Baixar aplicativo
41.4% OVERLORD INDONESIA / Chapter 106: Pelukan Kasih Sayang Dari Kematian

Capítulo 106: Pelukan Kasih Sayang Dari Kematian

Warrior itu membuka kedua tangannya lebar-lebar, seakan menunggu sebuah pelukan.

"...Apa yang sedang kamu coba mainkan~? Menyerah?"

"Menyerah apa? Karena aku sudah memberikan perintah kepada Narberal, kurasa ini saatnya bagi kita untuk menyelesaikan ini."

"Apa? Apa kamu sedang mimpi? Martial Art mu menggelikan, apa kamu kira kamu bisa menang melawanku, Clementine yang hebat ini? menyebalkan sekali"

"Memang mengagumkan, yang lemah bisa membuat lelucon seperti itu."

Clementine yang sudah tidak tenang ingin membalas 'itu kamu ya kan?', tapi dia menenangkan dirinya.

Kemampuan warrior dari orang yang di depannya memang menggelikan, tapi kekuatan fisiknya memang sangat luar biasa bagus. Dari yang dia ketahui, tingkatannya hanya berada di bawah dua orang yang sempurna --- Kapten kepala yang spesial dari black scripture dan Kapten Prajurit Kingdom. Dia mengayunkan pedang secara serampangan sesuka hatinya, dan bisa mematikan jika Clemenine terpereset dan terkena itu.

Bersikap seperti biasa, Clementine mengejek dengan senyum menghina:

"...Lupakan saja, aku setuju kita harus menyelesaikan ini~"

Warrior Momon mengangkat bahu menjawabnya.

Clementine mengawasi sikap tenang pria ini. Banyak sekali celahnya, tapi bukan hanya itu semua. Ini pasti jebakan.

Tapi Clementine tidak punya pilihan lagi. Apa yang dia katakan memang terdengar seperti lelucon, tapi dia sebenarnya benar-benar serius. Dia bisa saja kabur dengan kekuatan Skeletal Dragon, tapi dia tidak bisa membuang waktu. Sangat penting untuk melemparkan anggota Windflower Scripture dari ekornya (agar tidak mengikutinya lagi), tapi dia sudah menghabiskan terlalu banyak waktu untuk bermain-main.

Clementine menunduk pelan-pelan, mengencangkan genggaman pada belatinya.

Menyelesaikan pertarungan ini secepatnya. Jika mungkin, lakukan dengan sekali serangan.

Tidak punya waktu lagi untuk dibuang adalah sebuah alasan, tapi warrior di depannya itu menjadi semakin teratur gerakannya. Lebih aman untuk menghabisinya sebelum dia semakin kuat.

Bernafas dalam-dalam, Clementine berlari secepatnya. [Pace of the Wind], [Greater Evasion], [Ability Boost], [Greater Ability Boost], dia mengunakan empat martial art yang sama seperti sebelumnya untuk menutupi perbedaan kemampuan fisik mereka. Tidak perduli apapun yang Momon lakukan, dia masih bisa menggunakan lebih banyak martial art.

Di dalam dunia yang semakin cepat, dia bisa menangkap gerakan dari musuhnya dengan sempurna.

Dia mungkin akan mengambil pedangnya dari tanah atau menggunakan martial art, pertarungan tanpa senjata atau senjata rahasia. Tidak, mungkin dia akan menggunakan senjata yang dilempar.

Clementine memikirkan banyak kemungkinan dari yang akan dilakukan musuhnya. Clementine sangat percaya diri dia bisa menembus semuanya.

Tapi seluruh tebakan Clementine meleset jauh.

---Musuh itu tidak melakukan apapun.

Dark Warrior itu hanya membuka lengannya, menunggu serangannya mendarat.

Sebuah perasaan dingin mengalir ke tulang belakangnya. Ini semua diluar dari bayangan Clementine, sebuah ketakutan akan hal yang tidak diketahui.

Akankah dia menyerang dengan berani atau mundur dan kabur?

Dia hanya memiliki dua jalan untuk diambil.

Clementine mungkin kejam dan tak punya hati, tapi dia tidak bodoh. Dalam satu detik itu, dia dengan cepat mempertimbangkan kemungkinan yang tak terhitung dan cara untuk menyerang balik.

Hal terakhir yang memberikan dorongan kepada Clementine adalah rasa percaya diri dan harga dirinya.

Dia sudah meninggalkannya, tapi dia pernah menjadi salah satu anggota dari unit spesial terkuat dari Slane Theocracy -- Black Scripture. Seseorang seperti dia tidak seharusnya kabur terbirit-birit menghadapi warrior yang tidak dikenal dan tidak punya keahlian seperti Momon.

Setelah menguatkan niat, sisanya pun akan mengikuti. Tanpa ragu dan mendapatkan kembali ketenangannya sebagai warrior kelas wahid, Clementine berlari menuju dada Momon --- sangat dekat seakan mereka hampir berpelukan.

"Matilah~!"

Menggunakan seluruh otot di tubuhnya, Clementine menusukkan Stiletto miliknya ke celah penutup kepala Ainz. Dan dia memaksa putar pisaunya untuk lebih memperdalam tusukannya hingga otak. Bukan hanya itu, dia tidak perduli dan terus melanjutkan serangannya.

Clementine terus mengikuti pemikirannya bahwa dia telah mendaratkan pukulan yang fatal, mengeluarkan magic yang tersegel di dalam stiletto. Sebuah mantra [Lightning].

Tubuh Ainz ditembus oleh petir.

Senjata Clementine diberi mantra yang tersegel. Jika mantra yang tersegel dikeluarkan, magic yang tersimpan di dalamnya akan habis. Tapi mantra yang berbeda bisa disegel di dalamya lagi, jadi bermacam-macam magic bisa disiapkan sebelumnya tergantung situasi, jadi sangat sesuai dengan dirinya.

Stiletto yang ditusukkan ke dalam tengkorak bersamaan dengan hadiah petir besar --- Itu adalah serangan yang sangat fatal.

Tapi ---

"Aku belum selesai!"

"[Full Throttle]"

Dia menggunakan kecepatannya yang ditingkatkan untuk menarik Stiletto lain dan melepaskan mantra [FireBall] di dalamnya. Clementine membayangkan tubuh Momon yang terbakar dari dalam, dan berpikir bahwa dia sudah mencium daging yang gosong.

Tapi -- Clementine terdiam oleh pemandangan yang tak terduga di depannya dan membuka matanya lebar-lebar.

"Hmmm. ternyata begitu. YGGDRASIL tidak memiliki senjata magic seperti ini. Aku belajar sesuatu yang baru."

Meskipun kedua mata Ainz ditusuk oleh Stiletto, dia masih bisa berbicara dengan tenang. Ini membuat Clementine menyadari bahwa tidak ada darah apapun ketika dia menusukkan belatinya pada celah helmet sebelmnya.

"Tidak mungkin! Bagaimana bisa! Mengapa kamu tidak mati!"

Dia tidak pernah mendengar martial art sehebat ini. Atau dia memiliki sebuah cara untuk menghadapi serangan tusukan? Jika begitu, bagaimana dia bertahan terhadap serangan magic yang mengikutinya?

Bahkan Clementine yang seorang veteran ratusan pertarungan tidak bisa menjawab pertanyaan ini.

"!"

Tubuh Clementine dipeluk, membuat Momon dan Clementine semakin dekat sehingga medali petualang semakin berderit.

"Biar kujawab pertanyaanmu."

Dark Armor menghilang tanpa jejak, berganti dengan wajah yang mengerikan di dalamnya.

Itu adalah sebuah tengkorak tanpa daging atau kulit. Di lubang matanya yang kosong --- ada belati-belati yang menancap tadi, tapi kelihatannya tidak menyakitkan bagi Ainz.

Clementine tahu penampilan apa itu artinya:

"Undead.. Elder Lich!"

"...?..Aku punya banyak hal untuk ditanyakan kepadamu, tapi lupakan saja. Aku hanya bisa mengatakan jawabanmu hampir benar. Kalau begitu ---"

Clementine berpikir bahwa monster di depannya seharusnya tidak memiliki ekspresi apapun karena tidak ada kulit atau daging, tapi dia merasa monster itu sedang menyeringai.

"Bagaimana rasanya? Menghadapi Magic Caster yang menggenggam Pedang dua tangan? Tidak bisa menyelesaikannya dengan cepat, bagaimana rasanya?"

"Jangan, jangan meremehkanku!"

Clementine berusaha keras dengan seluruh kekuatannya, tapi dia tidak bisa bergerak seakan dia dirantai dengan ketat.

Liches adalah undead yang kuat dan ahli dalam kemampuan magic, tapi kemampuan fisik mereka tidaklah besar. Jadi Clementine seharusnya memiliki keunggulan. Tapi ---

"Mengapa, mengapa!"

---dia tidak bisa lepas.

Ketika dia menyadari bahwa kekuatan raksasa -- dan kemampuan fisik yang kuat -- bukanlah efek magic dari armor, Clementine menjadi kaku. Pemandangan yang datang di otaknya adalah kupu-kupu yang tak berdaya dan terjebak di jaring laba-laba.

"..Ini adalah alasan sebenarnya dibalik pemberian handicap kepadamu. Seorang musuh sepertimu tidak layak untuk menghadapi kekuatan penuh dariku --- yang mana adalah magic."

"Sialan---!"

"Karena kebenarannya sudah terkuak...sebelum kita mulai, ini menjengkelkan."

Dengan suara mendesis, Lich itu melepaskan stiletto dari matanya dan melemparkan mereka ke samping. Sementara undead itu mengambil pisaunya, Clementine terus berusaha mati-matian. Tapi dia tidak bisa menandingi tenaga dari hanya satu lengan itu dengan seluruh kekuatannya. Dia tidak bisa merubah posisi pelukan dan tak bisa bergerak.

Setelah mengeluarkan kedua stiletto, mata yang kosong bersinar dengan cahaya crimson jahat, melihat kepada Clementine yang terengah-engah menggunakan seluruh kekuatannya.

"Mari kita mulai."

Clementine tahu apa yang akan dilakukan musuhnya, pasti tindakannya lebih mirip seorang Lich daripada sikap seorang kekasih.

Sebuah suara retak aneh bisa terdengar.

Ketika Clementine mengerti apa yang lich itu akan lakukan, sebuah perasaan dingin menyebar ke tulang belakangnya.

"...Tidak mungkin...tidak mungkin, dasar bajingan!"

Suara berderit datang dari armornya yang melekuk.

---Dia mencoba untuk meremukkanku dengan dadanya.

Lich akan menjadi subyek tekanan dari armor itu juga, tapi dia mungkin menggunakan suatu metode khusus untuk mengeraskan tubuhnya. Tubuhn tegap itu sangat kuat bagaikan sebuah dinding.

"Jika saja kamu lebih lemah..."

Lich itu mengeluarkan pedang pendek dari suatu tempat. Warnanya hitam dengan empat permata di gagangnya.

"Aku akan berpikir untuk menggunakan pedang ini untuk menghabisimu... Tapi tak banyak perbedaan dari mati oleh pedang atau karena hancur tulang belakangmu ya kan? Kamu masih tetap akan mati."

Clementine gemetar di seluruh tubuhnya.

Ketika dia mendengar lelucon ini, tekanan pada tubuhnya semakin meningkat dan kekuatan di dadanya semakin tak tertahankan. Medali para petualang yang dia dapatkan setelah membunuhnya tidak dapat bertahan dari tekanan itu dan berjatuhan ke tanah. Yang pertama jatuh adalah medali perak yang baru saja dia dapatkan.

Bernafas menjadi semakin menyakitkan dan menakutkan.

Dia benci lengan yang memeluknya.

Dia membenci dirinya yang mengenakan armor ringan untuk meningkatkan daya hindarnya dan mengenakan medali.

Mengetahui bahwa pedang juga percuma, Clementine memukul wajah lich itu dengan liar, tapi itu hanya semakin menyakiti Clementine. Karena Clementine tidak punya waktu untuk merasakan sakit, dia menarik morning star miliknya untuk memalu Ainz, tapi posisinya sangat canggung malahan mengenai dirinya sendiri.

Dia bisa membayangkan nasib dia selanjutnya. Pernafasan yang semakin menyakitkan, perutya yang semakin pipih dan armor yang tergencet. Seluruh fakta ini mengatakan kepada Clementine bagaimana nasib dia selanjutnya

"Berhentilah berontak. Aku bisa mengakhiri hidupmu dalam sedetik hanya dengan merubah posisi lenganku, tapi kamu sudah menghabiskan banyak waktu untuk membunuh mereka, jadi aku juga akan melakukannya pelan-pelan dalam menyiksamu."

Clementine menyerang dengan liar.

Dia mencoba mendorong wajahnya, menggaruk hingga kukunya berjatuhan, bahkan menggigit dengan giginya -- tapi semua itu tidak efektif dan tekanan yang tak tertahankan masih terus berlanjut.

Tak perduli bagaimana dia berontak, dia tidak bisa lepas dari lengan yang mengikatnya. Tapi Clementine tidak berhenti berontak, sulit baginya untuk bernafas dan pandangannya semakin sempit.

"Dance of the death?"

(Tarian kematian)

Dia tidak memiliki kekuatan untuk mendengar suara yang lembut.

Dengan suara muntah, kotoran pun menyembur ke wajah Ainz. Cahaya merah di dalam soket mata Ainz bersinar karena merasa jijik.

Clementine yang telah menggunakan kedua lengannya untuk berontak, telah menjadi mayat yang mengejang.

Ainz tidak mengendurkan tenaga di lengannya, tapi menekan semakin kuat. Setelah itu, Ainz merasakan sensasi tulang yang tebal retak dari lengannya.

Ainz melepaskan tubuh yang bahkan tidak bisa mengejang itu.

Dengan suara memercik, tubuh Clementine jatuh ke tanah seperti sampah. Wajahnya memelintir akibat kesakitan dan menjadi menakutkan, benar-benar tampilan yang mengerikan. Dia seperti ikan yang tertangkap dari lautan, organ tubuhnya tampak keluar dari mulutnya.

Ainz mengeluarkan infinite flask miliknya, membasuh dirinya hingga bersih dari muntahan dengan air yang mengalir tanpa habis. Di waktu yang sama, dia berkata dengan lirih kepada Clementine:

"Aku lupa bilang padamu.... Aku orang yang sangat munafik."


Load failed, please RETRY

Status de energia semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Pedra de Poder

Capítulos de desbloqueio em lote

Índice

Opções de exibição

Fundo

Fonte

Tamanho

Comentários do capítulo

Escreva uma avaliação Status de leitura: C106
Falha ao postar. Tente novamente
  • Qualidade de Escrita
  • Estabilidade das atualizações
  • Desenvolvimento de Histórias
  • Design de Personagens
  • Antecedentes do mundo

O escore total 0.0

Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
Vote com Power Stone
Rank NO.-- Ranking de Potência
Stone -- Pedra de Poder
Denunciar conteúdo impróprio
Dica de erro

Denunciar abuso

Comentários do parágrafo

Login