Suara riuh tepuk tangan bergemuruh di dalam sebuah ballroom sebuah hotel berbintang di kawasan Jakarta.
Chelsea tersenyum dari kejauhan kala melihat suaminya itu sedang memberikan sambutan di atas panggung. Kenapa aku baru sadar kalau Rexan se-charming itu deh? batinnya.
Saking fokusnya Chelsea melihat ke arah Rexan, ia sampai-sampai tidak sadar jika Aleena sedang memanggil dirinya.
"Chel!" Kata Aleena lagi untuk kesekian kalinya.
Gadis itu tampak tersentak kaget, "Eh? Kenapa sih, Al?" tanyanya.
Aleena berdecih kecil, "Gue udah manggil lo berapa kali deh baru nengok pas gue colek. Fokus amat ngeliatin Rexannya sih? Tenang aja kali, dia gak bakalan kemana-mana," katanya.
"Idih? Jangan ngaco deh!" Chelsea mengelak.
"Halah... pipinya merah tuh," ledek Aleena.
Chelsea refleks langsung mengambil ponselnya, membuka kamera ponselnya dan mengecek pipinya. "Tuhkan kebiasaan, Al. Heran banget loh gue kenapa bisa punya temen model kayak lo ini," katanya.
"Hahahaha...!!" Aleena terkekeh.
Baru saja Chelsea ingin mencubit Aleena, tiba-tiba saja namanya terpanggil.
Tidak salah lagi; Rexan memanggil dirinya dari atas panggung. Semua orang kini menoleh ke arahnya, termasuk Diana—ibu mertuanya—seakan-akan ia mengodekan Chelsea untuk segera pergi ke atas panggung.
Dengan begitu Chelsea langsung segera bangkit dari duduknya dan menghampiri Rexan di atas panggung.
Dari atas panggung Rexan tak henti-hentinya melihat ke arah Chelsea, seakan-akan ia takut jika ia memalingkan penglihatannya sekejap saja, wanitanya itu akan hilang dari hadapannya.
Rexan membantu Chelsea untuk menaiki anak tangga panggung tersebut.
Chelsea menatap Rexan seakan-akan berkata, 'Kamu nih ngapain sih, Rex?'
Namun Rexan tak menggubris.
"Saya tahu, semuanya pasti bingung kan, siapa sebenarnya wanita yang ada di samping saya saat ini?" tanya Rexan. Laki-laki itu menggandeng tangan Chelsea, "Malam ini, akan saya umumkan bahwa wanita cantik yang ada di samping saya ini adalah istri sah saya."
Semua hadirin yang hadir dalam ball room tersebut tersentak kaget semuanya. Beberapa ada yang terlihat bahagia, namun juga ada yang merasa tak senang atas berita yang baru saja yang disampaikan oleh Rexan kala itu.
Media-media yang kala itu meliput acara Gala dinner pun tak henti-hentinya memotret-motret mereka berdua.
"Saya meminta maaf karena sebelumnya saya tidak mengundang ke acara pernikahan kami, dikarenakan kami hanya mengundang keluarga dekat saja. Saat ini, istri saya sedang mengandung anak dari buah cinta kami, saya meminta doanya kepada semuanya untuk selalu mendoakan untuk kehamilan istri saya," kata Rexan dengan begitu lantangnya.
"Maaf, pak Rexan, bagaimana dengan Karina? Apakah Karina sudah mengetahui hal ini?" tanya salah satu media.
"Betul pak, betul. Apakah pernikahan ini pernikahan yang bapak inginkan ataukah...?" tanya media yang lain.
"Bagaimana kalian berdua bisa saling mengenal satu sama lain?"
Rexan semakin mengeratkan genggamannya terhadap tangan Chelsea. "Sekarang ini saya sudah sama sekali tidak ada hubungan dengan Karina. Saya tidak tahu apakah dia mengetahui atau tidak tentang pernikahan saya dan saya tidak mempedulikannya. Satu yang pasti, wanita yang berdiri di samping saya ini adalah satu satunya wanita yang saya cintai sampai akhir hayat saya sesuai apa yang sudah saya ucapkan dihadapan Tuhan ketika kami mengucapkan janji suci pernikahan."
Chelsea hanya bisa terdiam mendengar ucapan Rexan. Ia sama sekali tidak menyangka bahwa Rexan akan berbicara seperti itu. Rasanya hatinya sangat hangat dan begitu membahagiakan. Satu hal yang pasti gadis itu sadari malam itu, ia benar-benar telah jatuh cinta pada laki-laki yang kini telah menjadi suaminya itu.
*
After Party...
"Cheers!"
Suara gelas champagne berbunyi di meja Rexan, Chelsea dan beserta sahabat-sahabatnya.
"Ehh eh! kamu minum ini aja, sayang," kata Rexan yang menarik gelas champagne dari hadapan Chelsea dan menggantikannya dengan segelas orange juice kepada gadis itu.
"Uuuh sayang dong katanya," goda Jodie.
Calvin juga ikut menggoda Rexan, "Udah gak malu-malu lagi ya sekarang. Udah sah. Asik!" katanya.
Rexan dan Chelsea tersipu malu atas godaan-godaan yang dilemparkan teman-temannya itu. Mereka semua saling melempar canda satu sama lain sembari menikmati suguhan makan malam itu. Tiba-tiba saja ada seseorang yang datang menghampiri meja Rexan beserta teman-temannya.
"Chelsea?" kata orang tersebut.
Chelsea menoleh kearah sumber suara. Matanya membulat seketika saat melihat orang yang memanggilnya itu. "Ka—kamu?" tanyanya.
"Aku kembali, Chel!"
Deg.
Jantung Chelsea rasanya ingin copot saat itu juga saat ia melihat sesosok orang yang kini berdiri di hadapannya. Matanya sama sekali tak berkedip, seakan-akan tak menyangka atas apa yang dilihatnya saat itu.
"Ke—ken?" kata Chelsea.
Semua orang yang ada di meja itu termasuk Rexan terheran-heran melihat Chelsea dan orang itu.
"Chel aku kangen banget sama kamu, kamu juga kangen sama aku kan...?" kata laki-laki tersebut lagi sambil berusaha untuk memeluk Chelsea yang sedang duduk di kursinya.
Rexan terkaget saat ia melihat istrinya dipeluk begitu saya dihadapan dirinya. "Lepasin," katanya dengan nada yang dingin.
Laki-laki yang bernama Ken itu sama sekali tak menggubris perkataan Rexan sambil terus memeluk Chelsea, meskipun gadis itu sudah berusaha untuk menjauhkan dirinya dari Ken.
"Gue bilang lepasin, lo gak dengar?!" kata Rexan sambil menarik Chelsea dari Ken.
"Lo siapa sih?!" Ken mulai merasa kesal atas perlakuan Rexan.
"Seharusnya gue yang nanya lo, lo siapa? Main peluk-peluk istri orang gitu aja? Hah?!" Nada suara Rexan kian meninggi.
Ken berdecih kecil, kemudian menoleh ke arah Chelsea. "Dia bohong kan Chel?" tanyanya.
Chelsea tak langsung menjawab pertanyaan Ken. Ia masih tak menyangka bahwa setelah sekian lama, kini ia bertemu kembali dengan Ken dan dalam keadaan yang seperti itu.
Aleena yang sudah muak dengan perlakuan Ken langsung maju mendekati Ken, Chelsea dan juga Rexan. "Lo gak usah cari gara-gara lagi deh Ken. Lo ga cukup selama ini lo udah buat Chelsea menderita? Sekarang Chelsea udah punya suami, dia udah bahagia sama Rexan. Mending lo pergi deh," katanya.
"Udah deh lo gak usah bohong. Asal lo tau ya, sampai kapan pun Chelsea itu cuma punya gue. Sampai kapan pun dalam hatinya itu cuma terukir nama gue doang. Ayo Chel, kita pergi," kata Ken yang berusaha menarik tangan Chelsea untuk ikut bersamanya.
"Nih orang bener-bener ya—"
"Cukup Ken!" Chelsea akhirnya buka suara. "Aku sudah menikah dengan Rexan dan sekarang aku sedang hamil anaknya, jadi tolong... jauhin aku. Anggap kita sama sekali gak kenal," kata Chelsea.
Rexan tersenyum sinis, "Lo dengar kan?" tanyanya. "Gue gak peduli ya lo siapa, lo harus inget, Chelsea itu milik gue. Sampai kapan pun dia bakalan tetep jadi milik gue. Sekali lo sentuh dia, lo bakalan tanggung akibatnya. Inget omongan gue itu," katanya. Rexan menarik tangan Chelsea untuk segera pergi dari sana. "Ayo Chels, kita pulang."
Bersambung...
***
Like it ? Add to library!
Creation is hard, cheer me up! VOTE for me!