Baixar aplicativo
1.83% Pernikahan Paksa / Chapter 8: Menjebak

Capítulo 8: Menjebak

Walaupun lampu ruangan temaram.Rendi masih bisa melihat Serena sedang mengobrol dengan seorang teman laki-lakinya sambil memegang segelas minuman bewarna merah. Mungkin itu sirop rasa strawberry.

Sebelum mendekatinya Rendi memperhatikan adiknya. Kalau-kalau ada yang mencurigakan. Ia memperhatikan anak laki-laki yang sedang ngobrol dengan adiknya. Celana skinny, kemeja lengan panjang, jas sempit yang trendi. Rambut berponi ke depan gaya anak-anak zaman sekarang. Sepatu kets.

Mereka ngobrol sambil tertawa-tawa. Seakan suasana yang sedang berlangsung tidak menggangu mereka. Hmmm...bagus banget. Kakaknya sedang gundah, si adik malah enak-enak pacaran. Untungnya ga sambil bermesraan. Bisa-bisa Rendi tambah naik pitam. Para gadis juga tampaknya sedang anteng melihat permainan, sehingga Rendi dapat melangkah mendekati adiknya dengan tenang.

Serena tersenyum melihat kakaknya datang. Wajahnya keruh tapi kakaknya ini semakin keruh malah semakin tampan. Bibirnya yang merah tampak melengkung ke atas tanda Ia sedang kesal. Ia hapal betul sikap Kakaknya. Kalau sedang marah Ia pasti melengkungkan bibirnya.

"Lihat Kakakmu mencari-cari dirimu." Bisik Erlan teman laki-laki yang sedang ngobrol dengannya.

"Kakakmu cakep banget. Beda wajahnya sama kamu. Apa dia kakak kandungmu? Atau diantara kalian ada yang jadi anak pungut..Aduh.." Erlan mengaduh karena sikut Serena mampir didadanya. Erlan tertawa kecil. Hanya saja memang Erlan benar. Antara Ia dan Rendi memang tidak ada kemiripan selain dari mata. Mereka tidak memiliki ibu yang sama.

Rendi semakin cepat berjalannya. Hanya saja Ia tidak bisa menahan diri untuk mencari lihat Jasmine. Mata Rendi lalu melihat Jasmine yang sedang duduk bengong dipojokan sambil menopang dagunya. Agaknya dia juga sedang banyak pikiran sama dengan dia. Bahkan tekanan batinnya mungkin lebih berat dari dia. Masih SMA sudah mau dinikahkan.

Rendi menghela nafasnya, semakin yakin Ia harus memutuskan perjodohan ini. Demi menyelamatkan masa depan dua orang insan yang tidak berdosa. Korban dari ambisi dua orang kakek-kakek yang ingin meneruskan persahabatan mereka menjadi persaudaraan.

Rendi lalu mendekati Serena dan Erlan. Rendi menatap sedikit melotot ke arah Erlan. Erlan nyengir sambil berkata. "Assalamualaikum Kakak.." Katanya sambil mencium tangan Rendi. Rendi menganggukan kepalanya.

"Kau siapanya Serena?" Tanya Rendi dengan wajah judes.

"Saya temannya." Erlan menjawab sambil terkagum-kagum melihat wajah Rendi yang sangat imut-imut. Kalau saja Ia memiliki wajah seperti itu pasti Serena akan mencintainya.

"Teman spesial?" Kata Rendi.

Serena mencubit tangan kakaknya.

"Iih...Kakak Kho nanyanya gitu?"

"Harus jelas, Biar kakak tenang"

"Lagi PDKT Kak..sayang Serenanya nolak terus."

Rendi menatap sambil mengerutkan keningnya. Nih bocah berani juga.

"Tentu saja Serena menolak, Kamu bukan tipenya" Kata Rendi sambil nyengir. Tinggal Erlan yang cemberut. Rendi lalu melihat ke arah Serena dan mengajaknya pulang.

"Serena Ayo kita pulang!!" Kata Rendi sambil bersiap-siap menerima suatu penolakan. Ia yakin Serena pasti menolak di ajak pulang tapi ia heran Serena malah tersenyum bahagia.

"Eh. Kakak..Aku sebenarnya menunggu Kakak sedari tadi. Aku juga ingin pulang. Tapi antar dulu aku ke toilet. Aku ingin pipis." Kata Serena sambil menarik tangan Rendi masuk ke ruangan dalam rumah. Tidak lupa Ia pamit dulu pada Erlan

"Daah...Erlan" katanya

Mau tidak mau Rendi mengikuti Serena yang mau buang air kecil. Serena seperti hapal benar dengan rumah Jasmine buktinya Ia masuk ke dalam rumah tanpa kesulitan.

Rendi hanya mengikutinya saja. Pikiran Rendi tetap fokus pada pembatalan perjodohannya.

Begitu sampai pada suatu kamar. Serena masuk kedalamnya. "Kakak..pegang dulu minumannya. Ini minuman sirup strawberry. Enak banget..Aku sudah minum dua gelas. Kalau kakak mau minum aja. Aku pipis dulu ya" Kata Serena sambil masuk ke kamar mandi yang ada di ruangan itu.

Rendi menerima gelas dari Serena. Ia celingukan melihat suasana Kamar. Ada meja belajar di pojok kamar dengan komputer PC keluaran terbaru. Rak buku ada disamping meja tersebut. Ranjang dengan sprei hello Kitty. Berbagai boneka ada di atas sofa.

Ada berbagai poster yang menempel di dinding. Poster beberapa pemuda yang Rendi perkirakan adalah sebuah grup band. Melihat dari wajah-wajah mereka. Pasti itu dari Jepang, Cina atau Korea. Rendi tidak tahu pasti.

Rendi lalu mengerutkan keningnya ketika melihat ada Poster yang laki-laki yang sedang sendirian. Poster close up seorang laki-laki dengan wajah khas orang Asia. Dan Ia kaget melihat wajah yang tertera di poster itu mirip sekali dengannya.

Ia mendekati poster itu. Tulisan Korea tertera di bawahnya. Ia menjadi sedikit haus. Sambil menatap wajah yang ada di poster Ia meminum air sirop itu sekali teguk. Rendi merasa aneh dengan rasanya yang sedikit pahit.

"Kakak sudah meminum air sirop?" Tanya Serena tiba-tiba berdiri dibelakangnya. Rendi menoleh ke belakang.

"Kenapa rasanya sedikit pahit?" Rendi memberikan gelas bekas sirop itu ke tangan Serena.

"Masa sih?" Kata Serena sambil cengar-cengir cengengesan menyebalkan.

"Ini siapa? Wajahnya mirip denganku." Tanya Rendi sambil menunjuk pada Poster yang nempel di dinding.

"Ini Poster Cha Eun Woo, Kakak. Wajahnya mirip banget kan dengan Kakak."

" Ini kamar Jasmine kan?" Tanya Rendi

"Ya.." Serena menjawab dengan pendek

"Bukannya tadi dia bilang tidak suka aktor Korea" Tanya Rendi lagi.

"Ia berbohong kepada Kakak. Ia sebenarnya sangat menyukai anggota grup band Astro itu, Cha Eun Woo. Tapi Ia tidak menyukai perjodohannya dengan Kakak. Sehingga Ia menjadi morang-maring."

"Ooh..." Kata Rendi sambil kemudian Ia berbalik mau melangkah ke luar. Tiba-tiba Ia merasa pusing, badannya sedikit limbung.

"Kenapa Kak?" Kata Serena sambil memegang tangan Kakaknya.

"Entahlah. Kenapa Kepalaku jadi pusing"

"Kakak..ayo duduk dulu" Serena menarik kakaknya untuk duduk di atas Ranjang.

"Kenapa duduk di ranjang?" Rendi protes.

"Ga apa-apa, Ini Kamar Jasmine yang ada di Villa. Jasmine cuma nginap sesekali disini."

Rendi menurut karena kepalanya terasa sangat pusing. Ia duduk di atas ranjang dan kemudian Ia membaringkan tubuhnya dengan tidak sadar. Matanya terpejam rapat. Rendi pingsan. Serena malah tersenyum. Ia tidak terlihat panik. Ia menaikan kaki Kakaknya lalu menariknya ke atas tempat tidur.

"Maafkan Aku Kakak. Ini keinginan Kakek. Lagipula Aku ingin Kakak dan Jasmine bersatu. Kalian sebenarnya menurutku sangat cocok. Aku tidak ingin Kau hidup sendiri selamanya dan Aku juga tidak ingin hidup Jasmine hancur. Kakak harus menyelamatkan hidup sahabatku Jasmine. Hanya Kakak yang bisa. Semangat Kakak...I Love You so much." Kata Serena sambil melepaskan sepatu kakaknya. Ia lalu pergi keluar.

Diluar Kamar Ia celingukan tapi kemudian tersenyum lebar Ia melihat Kakeknya Jasmine dan Kakeknya sedang menunggu di lorong kamar.

"Bagaimana Serena?" Tanya Kakeknya.

"Ia sudah pingsan Kakek, tinggal mengatur Jasmine agar ikut pingsan juga" Kata Serena.

"Bagus.. Kalau tidak begini. Mereka tidak akan menerima perjodohan ini. Maafkan Kakek ya Rendi. Karena Kakek sangat mencintaimu" Mata Kakeknya Rendi berkaca-kaca.

"Aku minta maaf sudah melibatkan mu dengan masalah Cucuku. Sejak ditinggalkan kedua orangtuanya Aku tidak bisa mengendalikannya. Mudah-mudahan dengan bantuan cucumu Rendi, Ia dapat mengubah kelakuannya."


Load failed, please RETRY

Presentes

Presente -- Presente recebido

    Status de energia semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Pedra de Poder

    Capítulos de desbloqueio em lote

    Índice

    Opções de exibição

    Fundo

    Fonte

    Tamanho

    Comentários do capítulo

    Escreva uma avaliação Status de leitura: C8
    Falha ao postar. Tente novamente
    • Qualidade de Escrita
    • Estabilidade das atualizações
    • Desenvolvimento de Histórias
    • Design de Personagens
    • Antecedentes do mundo

    O escore total 0.0

    Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
    Vote com Power Stone
    Rank NO.-- Ranking de Potência
    Stone -- Pedra de Poder
    Denunciar conteúdo impróprio
    Dica de erro

    Denunciar abuso

    Comentários do parágrafo

    Login