Pagi yang cerah dengan sinar matahari yang menembus jendela dengan tirai yang terbuka.
Mata binar bening yang mulai terbuka dikarenakan sinar yang menyinari wajahnya.
"Mbak Ayisa sudah bangun?"
Mendengar itu dia mulai memperbaiki posisi tubuhnya, duduk dengan tegak diatas stretcher sembari menetralkan perasaannya.
Menatap heran wajah dia yang sedari tadi berdiri disampingnya.
"kamu?"
"saya Lily! suster cwantek sklee disini!" ucapnya sambil terkikik.
Lily menatap wajah Ayisa sambil tersenyum manis.
"cantik! pak Doctor itu aneh! masa cewek cantik kayak gini di bilang singa?!!"ucapnya dalam hati.
Lily tak henti menatap wajah cantik putih bersih Ayisa.
"kamu kenapa ngeliatin saya?" tanya Ayisa.
Lily sedikit terkejut"nggak! nggak ada!".jeda beberapa detik." makan dulu ya mbak!" ucap Lily.
"nggak! saya tidak lapar!"
Lily menjangkau semangkuk bubur diatas meja."mbak harus makan! mbak pengen cepat sembuh kan!? jadi harus makan terus minum obat!" ucap Lily.
"nggak!"
Ayisa terus menolak untuk makan walaupun Lily dengan hati baik ingin menyuapinya.
"Ayo lah mbak nanti pak Doctor marah sama saya kalau mbak terlambat makan!" ucap Lily.
"saya bilang saya nggak mau!! kamu jangan paksa saya! kalau saya nggak mau! itu artinya tidak!!" bentak Ayisa.
Lily terkejut saat dirinya dibentak keras oleh Ayisa.
"waduh! bener nih kata pak Doctor! kalau dianya singa!!"
Sontak Lily mengingat ucapan Ilyas.
Lily terus memaksa Ayisa untuk makan tapi tetap saja Ayisa terus membantah keras tak ingin makan.
Knop pintu terbuka pelan.
"Assalamualaikum!"
Suara lantang itu berhasil membuat Ayisa tersenyum.
Ayisa sangat mengenal suara itu.
"waalaikumsalam"
"Bang Ilyas! itu bang Ilyas?" tanyanya pada Lily.
"kayaknya!" jawab Lily.
Sebuah sentakan pelan berjalan kearah mereka dan berhasil menambah senyum Ayisa.
"ada apa ini?" tanya Ilyas pelan.
"ini pak Doc! adiknya pak Doc nggak mau makan!" aduan Lily.
"adik?" heran Ayisa.
"oh! biar aku yang suapi dia! karena dia itu manja! nggak sembarangan orang bisa meluluhkan manjanya!" ucap Ilyas dengan senyuman.
Ayisa mengerutkan keningnya juga mengerucutkan bibirnya mendengar ucapan Ilyas.
"mbak Lily aja yang suapin! kalau bang Ilyas bukan muhrim!' ucap Ayisa.
"Lily! kamu masih ada kerjaan kan?"
"kamu harus cek kondisi pasien yang disebelah!" ucap Ilyas.
"tadi mbak Lily mau nyuapin aku! mbak Lily aja!" ucap Ayisa sembari menjangkau tangan Lily.
Lily yang tak mengerti dengan mereka menjadi heran juga pusing dengan tingkah mereka.
Satu sisi Ilyas menyuruhnya untuk pergi sisi lain Ayisa yang ingin dirinya tetap disini.
"aduh..aduh.. Lily harus ikutin perkataan siapa?" tanya Lily kesal.
"mbak Lily harus mementingkan kesehatan pasien jadi mbak Lily harus tetap disini!" ucap Ayisa.
"Lily saya kan disini! jadi kamu bisa pergi! karena masih ada yang harus kamu kerjakan!" ucap Ilyas.
Lily melangkah untuk keluar.
"mbak Lily!!!" teriak Ayisa.
Langkah Lily terhenti mendengar suara cempreng memanggilnya.
"Lily saya ini yang paling berhak mengatur kamu! diluar sana masih banyak yang butuh kamu! jadi kamu bisa pergi sekarang! atau---" ucap Ilyas menatap tajam pada Lily.
"iya pak! iya!"
Dengan cepat Lily pergi meninggalkan mereka.
***
Hanya ada Ilyas dan Ayisa diruangan itu.
"makan?" tanya Ilyas.
Ayisa menggelengkan kepala.
Ilyas menyodorkan tangannya yang memegang sesendok bubur.
"ayo makan!'
"aku nggak suka bubur!!" teriak Ayisa kesal.
"Ayi kamu kenapa sih sayang??". Jeda beberapa detik."kok jadi manja banget!? kamu mau apa?" tanya Ilyas dengan nada bicara menggoda.
Ayisa mengercit."apaan sih!!" teriak Ayisa.
Ilyas mengacak lembut pucuk kepala Ayisa."kamu mau sembuhkan? pengen cepat pulang?" tanya Ilyas.
Ayisa mengangguk angguk kecil.
"yaudah makan! biar besok kamu Pisa pulang!" ucap Ilyas.
"beneran bang!?? besok udah bisa pulang??"
"iya asal kamu mau makan!" ucap Ilyas.
Degan cepat Ayisa membuka mulutnya."maam" minta Ayisa makan.
Dengan senyuman dan hati yang bahagia Ilyas menyuapi istri manjanya itu.
Bahagia juga sedikit cemas khawatir tiba-tiba dirasakan oleh Ilyas.
Seperti takut kehilangan Ayisa yang kini lebih dekat dengannya.
Walaupun Ayisa kadang tak menginginkan kedatangannya tapi Ayisa selalu membuat hatinya bahagia.
"Abang! abang kenapa sih!?"
Ilyas terkejut dalam lamunannya."kenapa?" tanyanya.
"Abang yang kenapa? kok ngelamun? ngelamunin siapa? pasti suster yang tadi ya?" ucap Ayisa terkikik.
Ilyas terkekeh geli dengan ucapan Ayisa.
"apa benar ya? bang Ilyas suka sama suster tadi??" tanya Ayisa kesal dalam hati.
Ilyas memperhatikan Ayisa yang sedang terdiam dengan lamunannya.
"lah..lah.. kamu cemburu ya? Abang suka sama Lily!" ucap Ilyas.
"enggak siapa yang cemburu!!" ucap Ayisa dengan nada tegas.
"bilang aja kalau cemburu?!"
Ilyas tak henti mengganggu Ayisa.
"enggak Abang!!" teriak Ayisa
"yaudah itu artinya kamu nggak suka sama Abang! jadi nggak apa-apa dong kalau Abang dekat-dekat sama Lily!!" ucap Ilyas.
"ih..ih Jangan!!" cepat menangkis ucapan Ilyas.
"kamu kan nggak cemburu!"
"iya..iya aku cemburu!!" ucap Ayisa kesal.
"nah tuh kan! cemburu! makanya jangan macem-macem sama Abang! berani kamu ngelunjak sedikit aja Abang bisa ngelakuin apa aja!" ucap Ilyas.
"emang Abang bisa ngelakuin apa? Abang kan takut istri!!" ucap Ayisa terkikik.
"oh berani kamu ya! Abang tinggali! kamu bisa jadi janda muda loh!!" ucap Ilyas mengancam.
"ih jangan! Ayi masih sekolah loh! masa aku jadi janda disaat aku masih sekolah! tapi Biarin Abang kan juga bakalan jadi duda!!" ucap Ayisa terkikik.
"Abang nggak mau jadi duda!!"
"Ayi juga nggak mau jadi janda!!"
Ilyas menjangkau tangan Ayisa dan menggenggam erat."yaudah biar adil! kita baikan aja biar nggak ada perpisahan diantara kita" ucapnya.
"oke! janji"
"janji!"
*setiap masalah sebesar apapun masalah itu harus diselesaikan dengan baik hati yang tenang dengan penuh kesabaran*