Baixar aplicativo
50% Chain Of The Past / Chapter 6: Bag 7

Capítulo 6: Bag 7

Setelah enam hari berada di Korea Selatan, Hani kembali menginjakkan kakinya di tanah air tercinta.

Pikiran Hani menerawang atas kesepakatannya dengan Bara.

Mungkin ini bisa disebut perjanjian lisan antara mereka.

Walaupun Pria itu tak mengatakannya secara langsung, tapi Hani bisa menyimpulkan dari kata-kata Pria itu kalau dia ingin gosip ini tetap berjalan untuk membahagiakan sang Mami tercinta.

Tapi yang Hani bingungkan kenapa setelah menghubunginya dua hari yang lalu pria itu selalu mengiriminya pesan singkat?

Entah itu untuk mengingatkan makan, entah itu bertanya bagaimana pekerjaan Hani hari ini, atau entah itu mengingatkan Hani untuk segera beristirahat agar wanita cantik ini tidak sakit.

Hani hanya sesekali membalas pesan pria itu karena dari awal Hani sudah bertekad untuk tidak terjatuh dalam hubungan 'simbiosis mutualisme' yang mereka jalani.

Tapi ketika Hani tak membalas pesan Bara, pria itu pasti langsung menelepon Hani dan berakhir dengan obrolan panjang karena Bara selalu bisa membangun pembicaraan sampai membuat Hani frustasi sendiri karena bukannya membuat jarak mereka semakin jauh, Bara seakan-akan membuat hubungan mereka menjadi nyata.

Memang sih mereka sudah sepakat, tapi apa harus membuatnya senyata ini?

Dan tidak bisa di bohongi, sepertinya Hani mulai terseret kedalam pesona Bara Afridzal Danudirja - Si kulit seksi dengan wajah tampan tanpa cela itu -.

Hani menghela napas berkali-kali guna menyingkirkan bayangan Pria yang kini menjalin hubungan 'simbiosis mutualisme' dengannya itu.

"Kak.. Itu.. Itu.. Bukannya Mas-mas ganteng seksi ya?" tanya Rinda tiba-tiba membuyarkan lamunan Hani yang saat ini sedang berjalan keluar dari pembatas pintu bandara.

Hani langsung mengalihkan pandangan kedepan dan betapa terkejutnya Hani karena Bara sudah menghampirinya sambil tersenyum manis.

Pria itu berjalan dengan gagahnya kearah Hani dan tanpa sadar Hani melangkahkan kakinya pelan menuju kearah Bara sambil mengernyitkan dahinya bingung melihat sosok Pria yang memang sedang dipikirkannya itu.

" Hai.. Bagaimana penerbangannya?" tanya Bara lembut setelah sampai di depan Hani lalu mengusap sayang puncak kepala Hani yang membuat Hani hanya dapat mengerjap kaku.

Rinda dan juga Bulan terbengong melihat Pria yang hanya sempat mereka lihat di infotainment kemarin saat ini telah berdiri tak jauh dari mereka.

Pria itu terlihat jauh lebih tampan jika dilihat langsung yang membuat Rinda juga Bulan berdecak kagum karena ciptaan Tuhan di depan mereka ini.

"Wow.. Incredible.." bisik Bulan tanpa sadar yang tanpa sadar juga diangguki oleh Rinda.

"Iya ya Mbak.. Emejing banget mas seksi" balas Rinda yang masih memperhatikan wajah Bara.

Untung saja jarak mereka dan Bara tidak terlalu dekat, jadi ucapan mereka pasti tidak terdengar oleh Pria itu.

"A'a kenapa bisa ada disini?" tanya Hani setelah tersadar dari rasa terkejutnya.

"Mau jemput kamu?"

"Tapi kalau ada wartawan gimana A'?"

"bukankah kita sudah sepakat menjalani saja seperti air?" tanya Bara dengan sebelah telapak tangannya masih berada di atas kepala Hani.

"i-iya sih tapi.. Tapi.. Ini.." Hani tidak tahu harus mengeluarkan kata-kata seperti apa karena memang Hani sudah sepakat menyetujui gosip yang beredar tentang mereka.

"Tapi apa? Sudah lebih baik aku antar kamu pulang sekarang. Pasti kamu lelah kan?" tanya Bara sambil tersenyum manis yang mana membuat Hani kesulitan untuk bernapas.

Bahkan bukan hanya Hani saja, tapi Rinda dan Bulan tanpa sadar pun ikut menahan napas melihat senyum itu.

"Udah bukan jamannya gw baper. kalau laki gw tahu gw baper liat senyum cowok lain, yang ada gw bakal di kunciin seharian di dalam kamar" curhat Bulan pada Rinda yang dibalas tawa cekikikan asisten Hani itu.

"Hani di jemput supir A'"

Bara menatap Hani sebentar lalu mengalihkan pandangan kearah dimana Rinda dan Bulan berada.

"Selamat siang" sapa Bara ramah pada kedua orang yang berada tak jauh di belakang Hani itu.

"Siang.." mereka menjawab kompak sambil balas tersenyum.

Bara melangkahkan kakinya kearah dua wanita yang tadi berjalan berdampingan dengan Hani.

"Saya Bara"

Bara mengulurkan tangannya untuk berkenalan kearah Bulan ketika Ia telah sampai di depan Bulan dan Rinda.

"Saya Bulan, Manager Hani" ucap Bulan sambil membalas uluran tangan Bara dengan senyum yang tak luntur dari bibir wanita berusia 35th itu.

Setelahnya, Bara mengulurkan tangan kearah Rinda yang malah terbengong karena melihat wajah Bara dengan jarak yang sangat dekat sampai membuat Rinda berfikir bagaimana bisa ada wajah sesempurna ini?

"Halo.." sapa Bara sambil masih mengulurkan tangannya, namun Rinda sepertinya masih belum tersadar karena terlalu terpesona.

Dengan gemas Bulan menyikut lengan Rinda sampai membuat Rinda tersadar dan tersenyum malu karena kelakuannya.

"ma-maaf mas seksi.. Eh.." Rinda langsung menutup mulutnya dengan sebelah tangan karena tanpa sengaja menyebutkan julukan untuk Bara yang dia dan Bulan buat ketika di negeri ginseng sana.

Bulan sampai menepuk keningnya sendiri karena kelakuan polos asisten artisnya ini.

Sementara Hani hanya mampu menyaksikan apa yang sedang diperbuat Bara saat ini pada Manager dan Asistennya.

Bara tertawa lalu menggoyangkan lengannya yang terulur.

"Boleh saya tahu nama kamu?" tanya Bara.

Dengan gugup Rinda mengulurkan tangannya menyambut uluran tangan Bara.

"saya Rinda, mas. Asisten Kak Hani" balas Rinda lalu buru-buru membebaskan tangannya dari telapak tangan besar Bara karena terlalu gugup dan takut ketahuan tangannya bergetar.

"Kalian hanya bertiga?" tanya Bara sambil menatap Hani, Rinda dan Bulan bergantian.

"kami pisah dengan kru lain setelah turun dari pesawat" balas Bulan sambil tersenyum ramah.

"oh.. Begitu..ehm..apa..apa Mbak Bulan dan Mbak Rinda juga menunggu jemputan?"

"Suami saya sedang dalam perjalanan. Tapi Rinda biasanya diantar Hani pulang. Bukan begitu, Rin?"

"I-iya.. Saya biasa diantar pulang Kak Hani,Mas"

"kal.."

"Sayang!"

Tiba-tiba ada seorang pria datang menghampiri mereka, tepatnya menghampiri Bulan.

Mereka semua mengalihkan pandangan kearah Pria yang ternyata adalah suami dari Bulan.

Mereka berbincang-bincang sebentar karena bulan memperkenalkan suaminya.

Tak berapa lama setelahnya, Bulan dan sang suami pamit terlebih dahulu karena anak mereka sudah menunggu di rumah.

"Kamu biasanya diantar supir Honey juga ya?"tanya Bara kearah Rinda yang di angguki wanita itu.

" Apa tidak masalah jika kamu diantar supir Honey sendiri tanpa Honey? "tanya Bara kembali

" Honey? " tanya Rinda yang baru tersadar jika Bara memanggil Bosnya dengan sebutan lain.

" wanita ini, namanya Honey kan? "balas Bara sambil menunjuk Hani dengan jenaka.

"Mbak Hani ganti nama?" tanya Rinda polos pada Hani yang hanya dibalas Hani dengan memijat keningnya frustasi.

"nggak Rinda! Nama aku tuh masih Hani hingga detik ini! Pria ini aja yang emang gak bisa manggil namaku dengan benar!" sungut Hani kearah Bara yang hanya dibalas Bara tawa renyah.

"Panggilan kesayangan kali Kak" balas Rinda kembali asal.

"Nah! Kamu pintar juga ya Mbak Rinda. Lebih peka gak kayak artis kamu ini!" balas Bara antusias sambil menjentikkan jarinya.

Sementara Hani hanya bisa terbengong karena ucapan Bara itu.

"Jadi Mas Bara ini.. Ehm.. Mas.. Pacarnya Kak Hani ya?"

"bukan! "

"iya "

Jawab Hani dan Bara bersamaan sehingga membuat mereka berdua saling pandang karena sama-sama terkejut.

"Yang bener yang mana? Kok kak Hani bilang 'bukan' tapi Mas Bara bilang 'iya'?"

"jawaban saya yang benar"

"A'! Jangan ngarang!" desis Hani tak suka.

"Honey sepertinya masih malu mengakui hubungan kami"

"A'!" Hardik Hani kembali.

"tuh kamu lihat, mukanya saja sudah memerah" ucap Bara lagi tanpa peduli sebenarnya muka Hani memerah karena amarah.

"Tolong ya A'Bara ja.."

"Non Hani,mau pulang sekarang?"

Belum sempat Hani menyelesaikan ucapannya, tiba-tiba supir keluarga Hani sudah berada di depan wanita cantik ini.

"Mang Asep udah dateng daritadi?"

"Barusan aja Non. Maaf ya Non Mamang telat, soalnya tadi jalanan lumayan macet"

"Gak apa apa Mang, Hani juga baru sampai kok. Ya udah yuk Mang kita pulang"

"eh.. Kamu mau kemana Honey?"

Bara menahan lengan Hani ketika wanita itu dengan tanpa berdosanya hendak pergi dari hadapan Bara.

"Mau pulanglah A'!" balas Hani sambil memutar bola matanya kesal.

"kamu sepertinya ada janji dengan Mami kan?"

Hani terdiam sesaat mendengar pertanyaan dari Bara untuk mengingat-ingat apakah dia benar-benar ada janji dengan Mami Tika.

Setelah beberapa lama terdiam, Hani lalu menepuk keningnya sendiri sambil menghela napas pelan.

" Iya, Hani lupa kalau bilang mau mampir setelah pulang dari Korea. Kebetulan juga Hani mau kasih oleh-oleh ke Mami. Tapi kenapa A'Bara tahu ya?"

"Mami yang suruh aku jemput kamu"

"jem.. Put Hani?" tanya Hani sambil menunjuk dirinya sendiri.

"Ya.. Jemput calon menantunya" ucap Bara jahil yang sontak membuat Hani terdiam.

'kesepakatan ini lagi ternyata? Jadi A' Bara jemput gw hanya karena disuruh Mami? Ck.. Gw melakukannya lagi! Gw berharap dan akhirnya kecewa sendiri! Kenapa gw harus sekecewa ini??? Please Hani sadar sebelum terlambat! Bara gak mungkin jemput lo hanya karena kemauan pria itu sendiri kan??!! Lo yang bilang mau jaga hati lo dari Bara api sialan ini! Tapi kenapa lo malah terseret ke dalam pesonanya?? Kenapa????!!! '

"Honey??"

"Ya udah nanti Hani kerumah Mami sama Mang Asep!" bentak Hani kesal karena terpancing dengan pemikirannya sendiri dan langsung membebaskan lengannya dari pegangan Bara.

Bara langsung membeku di tempat karena bentakan Hani yang tiba-tiba itu.

"kenapa kamu marah?" tanya Bara sambil mengerjapkan matanya tak percaya.

"A'a mending pulang aja deh! Hani pasti kesana kok!"

"Kamu ikut denganku!" ucap Bara datar terkesan dingin karena sebenarnya Bara bukanlah orang yang suka dibantah.

"Apaan si.."

"Maaf Mang Asep, Honeynya saya ajak kerumah saya dulu. Nanti biar saya yang antar pulang. Dan titip Mbak Rinda antar sampai rumahnya ya. " ucap Bara ramah setelah memotong ucapan Hani.

"Lho tapi Mas ini siapanya Non Hani?"

"Saya kekasihnya"

"enggak!" ucap Hani frustasi sambil menggelengkan kepalanya untuk meyakinkan Mang Asep agar tidak percaya begitu saja pada Bara.

Bara menatap Hani tajam yang membuat Hani langsung terdiam karena sedikit takut dengan tatapan laser itu.

Setelah dirasanya Hani tenang, Bara kembali menatap kearah Mang Asep sambil kembali tersenyum ramah.

"Anda lihat berita tentang saya dan Honey kan akhir-akhir ini?"

"oh Mas ini yang lagi di gosipin sama Non Hani ya?"

"Ya"

"Mang ini buk.."

"kalau begitu permisi ya Mang. Honey memang sedang ngambek sama Saya karena semalam saya ketiduran dan tidak mengangkat panggilan teleponnya"

"A'a apa-apa.."

"permisi.."

"Hani nggak ma.."

"Ayo Sayang.. Jangan buat Mami menunggu" ucap Bara Lagi-lagi memotong ucapan Hani sambil menggandeng tangan Hani setengah menyeretnya.

"lepas A'!" desis Hani sambil memukul lengan Bara dengan tangannya yang bebas namun dengan gerakan cepat Bara menarik tangan Hani sampai tubuh wanita itu masuk kedalam pelukannya.

"Aku melihat ada beberapa wartawan disini yang sepertinya akan siap membidik foto kita diam-diam, kamu mau kalau di ganggu Diego lagi karena mengira kita sedang bertengkar?" bisik Bara tajam tepat di telinga wanita itu yang membuat Hani membeku.

"Ikuti saja aku Honey.. Ini demi kebaikanmu" bisik Bara kembali namun kali ini sambil memamerkan senyumnya dan mengusap kepala Hani sayang seolah-olah mereka berpelukan sambil melepas rindu.

Dan memang benar kata Bara, sepertinya ada beberapa wartawan yang sudah membidik foto mereka yang sedang berpelukan itu karena Hani melihat salah satunya langsung yang berdiri tak jauh dari tempat mereka berdua berpelukan,tepatnya Bara yang memeluk Hani karena kedua lengan Hani hanya menggantung indah di antara tubuhnya sendiri.

Setelah dirasa cukup, Bara mengurai pelukan mereka dan kembali menggandeng tangan Hani yang saat ini tidak memberontak karena bisikan Bara tadi.

Sementara itu disisi lain Mang Asep masih kebingungan karena kejadian Bara menyeret tangan Nona Mudanya.

"Itu beneran pacarnya Non Hani?" tanya Mang Asep pada Rinda yang juga sudah dikenalnya cukup lama dari sejak Hani hanya menjadi model majalah fashion anak muda sampai menjadi Aktris seperti saat ini.

"Beneran Mang. Ya udah yuk Mang kita pulang. Tenang aja, Kak Hani aman sama mas seksi. Kalau gak salah si mas seksi itu kakaknya Kak Kina. Jadi pasti saat ini mereka itu mau kerumahnya Kak Kina. Oia Mang, itu kopernya Kak Hani Mamang yang bawa ya." ucap Rinda sambil menunjuk koper Hani yang berdiri tak jauh dari mereka.

Akhirnya Mang Asep hanya bisa pasrah sambil menyeret koper super besar Hani dan tak memikirkan lagi kemana Pria yang mengaku sebagai kekasih Nona Mudanya membawa sang Nona.

Asisten Nona Mudanya saja bilang jika pria itu kekasihnya Non Hani, Jadi Mang Asep bisa merasa lega jika Nona Mudanya diantar Pria tampan itu pulang.

**************

Bara dan Hani saat ini sudah berada dalam perjalanan menuju rumah Pria itu.

Hanya keheningan yang terjadi diantara mereka karena Hani sepertinya benar-benar marah pada Bara.

Hani saat ini sedang bersedekap dan mengarahkan pandangannya kearah jendela luar tanpa ingin menatap Bara.

"Kamu marah?"

"udah tahu masih tanya segala!" gerutu Hani yang masih bisa di dengar Bara namun Hani masih tetap tak ingin menatap kearah Bara.

Bara tersenyum geli karena sahabat adiknya ini ternyata wanita yang sangat mudah tersulut emosi.

"Maaf kalau aku memaksa menjemputmu, ini karena.."

"Iya Hani tahu A'a jemput Hani karena disuruh Mami! Gak usah diulang lagi omongannya!" potong Hani kesal sambil melirik tajam kearah Bara.

"Bukan begitu Honey.. Ini juga demi menjaga gosip Kita agar tak hilang. Ini demi kebaikanmu" ucap Bara lembut sambil melihat Hani sepintas lalu kembali mengalihkan pandangannya kedepan.

'kebaikan apanya? Ini juga pasti demi kebaikan A' Bara yang mau membahagiakan Mami kan? Cih!! Daritadi bilangnya demi kebaikan gw terus, padahal dia juga untung! 'gerutu Hani dalam hati dan sudah menatap Bara tajam.

"Tapi A'a gak harus bilang sama Rinda kan kalau A'a itu pacar Hani!"

"kamu marah karena itu?"

"Iya! Rinda itu asisten Hani yang harus tahu kalau gosip ini tuh cuma ka.."

"Lebih baik biarkan Rinda juga tahunya aku ada hubungan denganmu. Aku lihat Rinda itu wanita polos. Kalau dia tiba-tiba kebablasan bicara pada media bagaimana? Aku tidak ingin kamu di ganggu lagi oleh Diego, Honey" potong Bara Lagi-lagi dengan nada lembut sambil tersenyum kearah wanita itu.

"tolong mengerti kalau Aku hanya ingin melindungimu" ucap Bara kembali sambil masih mempertahankan senyumnya.

Hani tertegun beberapa saat karena ucapan pria itu yang seakan melindunginya sekuat tenaga dari nyinyiran netizen, namun dengan segera Hani menepis pikiran itu dan kembali berfikir kalau Bara juga mengambil keuntungan dari ini semua.

Apalagi kalau bukan demi membahagiakan sang Mami tercinta.

Untungnya juga Hani sayang setengah mati dengan Mami dari Pria ini, karena jika tidak, Hani lebih baik tidak mengikuti kesepakatan gila mereka karena tidak ingin terjatuh pada pesona Bara yang tampannya tak bisa tergambarkan dengan kata-kata ditambah lagi dengan badan yang gagah seperti model susu whey protein yang ada di televisi dan jangan lupakan kulit coklat asli Indonesianya seperti orang habis berjemur di pantai sangat, sangat, sangat menambah kadar pesona Pria itu.

Hani mendengus kesal karena tanpa sadar memuji Bara dalam hati.

"kenapa?" tanya Bara sambil tersenyum kecil.

"bisa berhenti tersenyum gak A'?" tanya Hani sinis yang malah dibalas tawa renyah pria itu.

"kenapa memangnya? Kamu terpesona?"

"Apa A'Bara gak sadar sama Pesona sendiri? Penampilan A'Bara dari mulai kepala sampai kaki adalah idaman para wanita normal  "

"Kamu normal apa tidak?"

"kebetulan Hani adalah salah satu wanita normal di muka bumi ini"

"jadi secara tidak langsung kamu mengakui kalau kamu juga terpesona pada pesonaku?" tanya Bara jahil yang dibalas Hani lagi-lagi dengan dengusan kesal sambil memalingkan wajahnya kearah jendela mobil Bara.

Hani tanpa sadar terjebak dalam permainan kata pria itu.

Sial!!

"bodo amat A'!" sungut Hani yang dibalas Bara tawa riang sambil mengacak rambut Hani gemas.

"kamu lucu banget"

Hani berdecak kesal sebagai balasan dan segera menepis tangan Bara tanpa melihat lagi pria yang saat ini masih tertawa riang itu.

"tidurlah dulu.. Perjalanan masih jauh" ucap Bara lembut dan mulai kembali memfokuskan penglihatannya pada jalanan di depan mereka karena sedari tadi Bara bolak balik melihat kearah wanita blesteran yang sedang dalam mode ngambek itu.

Hani tak membalas namun langsung memejamkan matanya guna menghindari obrolan kembali dengan pria tampan itu.

'Jantung tolong bekerjasama lah kali ini, Please.. Hani gak mau lagi jadi orang jahat yang egois!' doa Hani dalam hati sambil berusaha tak menghiraukan Pria yang duduk di sampingnya ini.

***********

############

Catatan Penulis 👇:

Si Hani ngambek mulu, lagi PMS kali ya😁😁..

Btw, kalian tahu gak apa yang dibutuhkan penulis selain Vote? Jawabannya comment pembaca.

Mau tahu alasannya? Penulis itu akan merasa karyanya dihargai jika pembacanya comment dan merespon cerita yang dia keluarkan. Berasa kayak suntikan semangat gitu loh😁.. Tak terkecuali diriku yang kalau nulis moodnya suka on off, tapi kalau udah baca comment kalian kayaknya ada dorongan dalam diri buat terus ngelanjutin cerita sampai tuntas.

Dan aku sangat berterima kasih karena support kalian selama ini😊😊

Okaylah kalau begitu..

See you ayang2 kuh tercinta yang selalu setia padaku.. Aku sayang banget sama kalian karena kalian sangat menghargai karya2 yang kubuat di tengah kesibukan eike syuting (syuting kehidupan pribadi maksudnya🤣🤣🤣)

Salam sayang selalu😘😘


Load failed, please RETRY

Status de energia semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Pedra de Poder

Capítulos de desbloqueio em lote

Índice

Opções de exibição

Fundo

Fonte

Tamanho

Comentários do capítulo

Escreva uma avaliação Status de leitura: C6
Falha ao postar. Tente novamente
  • Qualidade de Escrita
  • Estabilidade das atualizações
  • Desenvolvimento de Histórias
  • Design de Personagens
  • Antecedentes do mundo

O escore total 0.0

Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
Vote com Power Stone
Rank NO.-- Ranking de Potência
Stone -- Pedra de Poder
Denunciar conteúdo impróprio
Dica de erro

Denunciar abuso

Comentários do parágrafo

Login