"Kami belum menentukan tujuan bisnis kami. Ada saran? Kita bisa pergi bersama membangun sumber daya." Menatap mata Aswa, Godel memasang wajah serius.
Aswa memiliki kemampuan kognisi yang tinggi, membaca pikiran adalah salah satu keahliannya. Pada kasus Godel, kebohongan nampak jelas dipikirannya. Melawan kebohongan dengan kebohongan pada kasus ini tidak menjadi opsi Aswa.
"Banyak tempat yang ingin aku kunjungi di seputaran Kota Samareand. Tapi kru ku sudah lengkap." Aswa memandang wajah Godel yang sedang kebingungan. Jawaban Aswa terlalu jujur. Membuat Godel menggaruk kepala.
"Bisnisku ya bisnisku. Bisnismu, aku wajib ikut serta. Sepuluh rantai babi bisa saja gratis." Setelah berbicara Aswa meneguk segelas besar air putih. Meletak gelas ke atas nampan tanpa menimbulkan suara. Sangat elegan. Mengisyaratkan emosinya yang sangat stabil.
Godel masih bisa berbohong, tapi lidahnya sudah kelu. Ada keyakinan dalam dirinya kalau Aswa sangat bisa menguntungkan. Tapi tekad iblisnya lebih kuat darinya. Jelas, iblis pemula di sini adalah Godel bukan Aswa.
Secara sepintas Godel sempat berpikir kemampuan Aswa yang bisa membaca pikiran. Tapi itu tidak mungkin karena kemampuan membaca pikiran mutlak harus memasuki alam pikiran orang lain. Discovery tentang kemampuan ini belum pernah muncul di dunia ini kecuali dalam komik barat. Istilah memahami pikiran orang lain menjadi lebih cocok ketimbang istilah membaca. Walau sesungguhnya para petapa sudah dipastikan memiliki kemampuan ini. Aswa sudah tau akan hal itu, namun tidak untuk Godel.
"Bagaimana aku menghubungimu?" Godel menyerah untuk mempermainkan Aswa. Ini kedua kalinya ia meremehkan Aswa. Sesuatu yang tabu di kalangan gerakan iblis.
Setelah scaning barcode via gadget, mereka akan mudah terhubung. Sistem ini digunakan penguasa untuk mengganti kartu tanda penduduk. Satu orang satu barcode, yang bisa digunakan untuk menjalankan varian aplikasi komunikasi via gadget. Nomor SIM Card? Di dunia ini penggunaanya sudah lewat 1000 tahun lebih. Sistem kuno.
Sebagai sesama penganut ideologi iblis, Godel merasakan ada banyak kartu truft yang tersembunyi di tangan Aswa. Melihat resiko yang diambil penganut ideologi iblis, sangat tidak mungkin mereka tidak mempersiapkannya.
Benar. Masih banyak kemampuan yang Aswa miliki, yang bahkan Muhayman, ayahnya tidak mengetahui. Makhluk normal hanya dapat fokus pada satu atau dua hal dalam satu aktivitas. Aswa dapat fokus pada sembilan hal.
Beranjak dari pandangan Sosiologi, interaksionisme simbolik karya George Hebert Mead, manusia terdiri dari self dan mind. Self atau diri merupakan karakter insani manusia. Karakter ini hasil dari proses interaksinya dengan lingkungan, memanfaatkan simbol-simbol yang ada alam pikiran (mind) manusia agar bermakna. Setiap hari manusia bermain-main dalam alam pikiran. Sambil menjalani hidup di dunia nyata. Alam pikiran membantu manusia menginterpretasi pengalaman empirisnya. Membantunya berkomunikasi dengan sesama manusia dan lingkungan. Dari perspektif psikologis, pengetahuan sistem kerja saraf sudah menjawab proses berfikir yang mengandalkan impuls listrik neuron dan korteks premotor pada otak. Singkatnya, diri manusia adalah wujud dari hasil berpikir manusia itu sendiri.
Namun, membedah otak manusia tidak akan menemukan domain dari mind. Kita tidak bisa melihat apa yang dipikirkan orang lain. Banyangannya abstrak, walaupun prosesnya dapat diketahui secara dharuri. Apa yang dipikirkan orang lain hanya dapat dipersepsi dari tingkah laku nyata.
Kasus Aswa berbeda. Dengan kehendaknya, pikiran seseorang yang dihadapinya akan muncul dalam pikirannya. Seolah-olah itu adalah domainnya. Untuk mengubahnya? Itu belum bisa, karena prosesnya seperti cermin. Melalui pikirannya, Aswa hanya bisa melihat bayangan pada cermin.
Alam pikiran yang dimiliki Aswa sangat kompleks, luas. Memiliki 9 domain yang saling terinterdependensi. Setiap hari ia menggunakan tujuh domain untuk berfikir atau fokus pada berbagai hal secara konstan yang menjadi rahasianya. Menggunakan satu domain untuk menganalisis situasi [Domain 8] dan satu domain tersisa untuk berinteraksi dengan orang lain [Domain 9].
Tujuh domain alam pikiran Aswa memiliki tingkat urgensi yang berbeda. Sehingga sewaktu-waktu dapat dialihkan untuk memikirkan hal yang lain. Biasanya hanya satu atau dua dari tujuh domain ini.
Lima domain yang menurutnya penting, dua dia gunakan untuk merapal kalimat-kalimat spiritual yang ia dapat lewat mimpi [Domain 1 dan 2], dua membuat fondasi kekuatan spiritual yang diajarkan ayahnya [Domain 3 dan 4], dan satu menjelajah alam filsafat [Domain 5].
Dibandingkan makhluk biasa yang hanya bisa fokus pada satu atau dua pikiran untuk membangun kekuatan. Aswa punya sembilan, coy!!! Dengan perencanaan yang tepat akan menghasilkan kekuatan maksimal.
Sebagai proses mental, Aswa seharusnya memerlukan banyak energi untuk berfikir dibanding makhluk normal. Tapi itu tidak terjadi. Kebutuhan nutrisinya sangat normal. Sejauh ini tidak mengganggu kondisi fisiknya. Kemampuan ini memang tidak dapat diterima nalar. Tapi secara normal ia harus benar-benar tidur selama lebih dari enam jam sehari untuk menjaga kondisi mentalnya.
Menyimpan rahasia sendirian lebih aman dari pada berbagi. Terlebih jika itu kelebihan ILAHI yang sangat diidam-idamkan banyak makhluk.
Selayaknya Harimau menyembunyikan Kuku. Menunjukkan kelebihan akan mengurangi kejutan. Bahkan orang terdekat jangan sampai tau. Menyuruk hilang-hilang, memakan habis-habis. Memendam sesempurna mungkin. Sampai mati tidak akan dibongkar.
Semakin ia menganalisa kemampuan kognisinya, semakin ia memahami potensi dirinya dengan sembilan domain pikiran. Satu domain, [Domain 5] ia gunakan secara khusus untuk menganalisa secara terus menerus hakikat dirinya, berfilsafat, kecuali saat tidur. Semua domain akan masuk ke mode istirahat.
Dengan hanya satu kehendak, benda mistis pada [Domain 4] yang ia miliki akan muncul sebagaimana parang yang ia gunakan untuk menebas Godel. Alasan ini juga yang membuat Godel memperhitungkan Aswa.
Bip.. bip...
Gadget Godel tiba-tiba melayang di hadapannya, dengan satu sentuhan memunculkan satu lokasi pada map.
"Itu rumah pohon, tempatku biasa menyendiri." Aswa berdiri lalu berjalan menuju pintu kantin.
"Yoi... maaf sudah menanyakan si bau-bau privasi. Hahaha..." Godel menggelengkan kepala, tertawa seperti setan.
"Orang seperti itu kau sebut teman? Ya Tuhan..." Jeon berbisik di telinga Aswa sambil terbang ke luar pintu duluan.
"Begitulah ideologi iblis, dua orang dikatakan teman jika punya musuh yang sama." Aswa berjalan mengikuti Jeon yang terbang menghadapnya.
Jeon tidak bisa menahan rasa penasarannya lagi. "Siapa musuh lu Wa?"
"Yang menghalangi jalanku ya musuhku."
"Jadi kita tidak bisa berteman?" Jeon mengernyitkan alis tanda tak suka.
"Tergantung siapa musuhmu. Jika kau tidak mencoba memusuhi Tuhan, maka kita bisa berteman. Musuhnya musuh bisa dikatakan teman juga, bukan?" Membuai Jeon dengan kata-kata filosofis sedikit menyenangkan juga bagi Aswa.
Jeon memandang kosong ke udara melafalkan kata "musuh... musuh... teman..." walau Jeon kebingungan tapi dia tidak sedikitpun pusing. Mungkin Jeon tidak berpikir pakai kepala,,, hehehe...
Sampai sekarang Jeon tidak mau percaya kalau Aswa beridiologi iblis. Walaupun pemikiran Aswa sama persis dengan penganut paham iblis.
"Apa... emang iblis percaya Tuhan?" mata Jeon mengerucut.
"Iblis juga makhluk Tuhan kaleee... menurut legenda mereka cuman sekali aja membantah Tuhan." Mata Aswa melotot ketika Jeon menabrak gerombolan siswa.
Awaaas...
"Aduuuhh... Maaf... " Jeon menundukkan kepala meminta maaf kepada Seorang Gadis bercadar dan pakaian serba tertutup lebar. Hanya mata bergaris hitam dan gundukan hidung mancung yang terlihat.
Gadis bercadar mengeluarkan belati dari pinggangnya yang ramping.
Aswa memejamkan mata...
Menghentikan rapalan kalimat pada [Domain 2] ranah pikirannya...
[Sihir Ruang dan Waktu]...
Kemampuan [Steal]...
Dalam pandangan Aswa semua gerakan menjadi melambat. Sesaat setelah itu ia membuka kemampuan (steal) untuk mencuri Item milik Gadis bercadar guna mengurangi kerusakan. Dengan kondisi seperti ini semua menjadi lebih mudah. Tapi ini sebenarnya bukan waktu yang melambat, melainkan Aswa melalui teknik pada [Domain 2] menginstruksikan tubuhnya untuk berpacu dengan waktu. Berubah menjadi sub atom, bergerak cepat dan teliti. Bahkan [Domain 9] ranah pikirannya ia gunakan secepat mungkin untuk berpikir.
"Kalung Cakar Naga Bayangan... Gelang Emas Hitam..." Artifak mahal ini berada digenggaman Aswa.
"Non-Aktifkan..."
Secepatnya Aswa mengembalikan item kepada gadis bercadar setelah cahaya item meredup. Lalu pergi menyelamatkan Jeon yang hampir tergores belati di wajah.
Kejadian itu hanya sekedip mata, sepersekian detik.
Pandangan Aswa kembali normal.
Blitss...
Belati menyinggung jas sekolah Aswa bagian punggung, tapi hanya sedikit tergores. Aswa mengenali gadis ini, namanya Mythria X'Airaider, putri Hamardryad X'Airaider, Gubernur Negara Bagian Borneo. Artikelnya sudah pernah dibaca Aswa di internet.
"Minggir..." Mythria tidak tertarik melanjutkan. Mungkin ia hanya ingin menakut-takuti dengan cara membunuh.
Pergi meninggalkan tempat kejadian dengan diiringi puluhan siswa yang terdiri dari berbagai ras. Ras Tokek paling menonjol dalam kelompok itu. Berjalan dengan sombong seperti vokalis Grup Band. Pupil lonjong vertikal dengan selaput mata tipis. Kulitnya seperti sisik ular berwarna putih sedikit keemasan. Ada rambut hitam yang tumbuh dengan model spikes.
Aswa berdiri dengan segera menghadap Jeon. "Hampir saja..." sambil tersenyum Aswa menghulurkan tangan kepada Jeon yang terduduk kaku.
Jeon merasa hangat saat berada dipelukan Aswa walau hanya seketika. Biarpun seperti itu, Jeon menganggap itu biasa-biasa saja. Tidak ada penambahan rasa spesial dalam dirinya. Berteman dengan Yanda dan Aswa karena mereka adalah tetangga sekaligus teman sekolah. Saat memasuki sekolah baru, ia akan mengalami gegar budaya. Bersama orang yang sudah dikenal jauh lebih baik untuk mengurangi efeknya. Inilah yang dipikirkan Jeon awalnya.
Mata Aswa menjadi kabur, kepalanya mengalami pusing. "Wa...?" Jeon kebingungan saat melihat tubuh Aswa sempoyongan.
"Santai broh..." Aswa menginstruksikan tubuhnya untuk rileks, membiarkan badannya terbaring di tanah. Setengah aktivitas biologis Aswa diistirahatkan sementara. Nafas harus sangat teratur, ritme jantung dipacu lebih cepat. Proses metabolisme dalam darah diprioritaskan. Otak saat ini sangat butuh oksigen dan nutrisi.
Asam lambung Aswa semestinya naik dengan cepat untuk mencerna untuk-untuk karena tubuhnya butuh energi. Tapi dengan instruksinya, lambungnya hanya mencerna dengan normal. Jika dibiarkan lambungnya bisa luka. Aswa masih dapat menjaga kesadaran. Mencoba untuk kembali berdiri.
"Siapa ini?" Sambil memegang tubuh Aswa, Yanda mencoba berkomunikasi.
Aswa melirik dengan kesal, "Doktor Rudolfo! Ane gak kesurupan, dukun..!"
***