Baixar aplicativo
2.05% Ketika Cinta Menemukan Tuannya / Chapter 23: Pantang Ingkar Janji

Capítulo 23: Pantang Ingkar Janji

Jeha tersenyum lagi melihat Nana yang mulai salah tingkah dan kehilangan kata-kata. Sesaat kemudian Nana sampai di rumah orang tuanya Lion.

»Rumah Keluarga Kim«

Nana keluar dari mobil, "Jeha terimakasih sudah mengantar ku"

"Oke, nanti aku akan menelponmu..bay.. " kata Jeha sambil menutup kaca mobilnya dan dengan cepat meninggalkan kediaman tuan Kim.

"Ahhh.... Nana sayang.. akhirnya kamu pulang" Ny Tresia menyambut hangat Nana yang baru saja masuk kedalam rumah.

Nana langsung mencium punggung tangan Ny Tresia. "Iya tante"

Ny Tresia nampak celingak-celinguk melihat keluar pintu. "Sayang..di mana Lion? apa dia tidak mengantarmu? "

"Ohh... dia lagi sibuk tante, makanya tadi dia minta supir nganter aku" jelas Nana sambil menyembunyikan apa yang sudah terjadi diantara dia dan Lion.

Mendengar penjelasan Nana, Ny Tresia hanya mengangguk setelah itu Ny Tresia membawa Nana masuk dan memintanya untuk istirahat biar kondisinya cepat pulih.

»Keesokan paginya«

Selesai sholat subuh, Nana lansung bersiap-siap dan segera keluar rumah.

"My Nana.. kamu sudah rapi aja, mau kemana sepagi ini? apakah kamu benar-benar sehat? " Yuri yang baru saja keluar dari kamarnya nampak bingung melihat Nana yang sudah rapi.

"Mmm... aku ada urusan. Jika tante mencariku tolong kasih tau dia kalau aku sudah pergi karena ada urusan, dan aku sudah baik-baik saja. " jawab Nana setelah itu dia meninggalkan Yuri yang tampak masih heran melihatnya.

»Rumah Pribadi Lion«

Sesaat kemudian Nana sampai di rumah megahnya Lion, itu sudah jam setengah 5 pagi untung ada taxi yang sudah beroperasi jam segitu sehingga Nana bisa sampai dengan cepat.

Nana masuk dengan mudah ke rumah Lion karena satpam yang menjaga rumah Lion cukup mengenalinya, begitupun pelayan yang ada di rumah Lion.

Tanpa lama-lama lagi, Nana langsung menuju dapur, dan memulai memasak.

"Nona apa ada yang bisa saya bantu?" Tanya pelayan Gong yang dulu pernah dia temui waktu pertama kali ada di rumah Lion.

Nana tersenyum dan menggelengkan kepalanya.

"Itu tidak perlu, ini sudah tugas saya"

"Tapi Nona tidak tau apa makanan kesukaan Tuan"

"Saya akan merubah makanan kesukaannya dengan masakan yang akan saya buat" kata Nana dengan percaya diri.

Pelayan itu hanya mengangguk dengan ekspresi rumit, setelah itu dia meninggalkan Nana sendirian di dapur.

Itu sudah jam 6 pagi, semua masakan Nana sudah tersaji di atas meja makan, setelah itu dia pergi ke kamar Lion.

Nana membuka pintu kamar Lion. Suara pintu terbuka cukup berisik meskipun sudah di buka dengan sangat pelan sehingga memancing emosi Lion, apakah itu artinya telinga Lion sangat peka?.

"Sudah aku bilang jangan masuk ke kamarku jika aku masih ada di dalam apa..... "Lion berbalik melihat ke arah pintu, dia tidak bisa menyelesaikan kata-katanya ketika dia melihat Nana berdiri di depan pintunya.

"Kamu kenapa di sini? " Lion menatap Nana dengan ekspresi buruk.

"Saya pantang ingkar janji, makanya saya kesini sesuai dengan kesepakatan kita" jawab Nana tanpa ekspresi.

Setelah mengatakan itu Nana menatap ke arah lion yang masih menggunakan kemeja putih yang belum di kancing, dia sedikit tercengang melihat bagian dada dan perut Lion yang putih dan berotot.

Menyadari Lion belum mengancing kemejanya, Nana langsung berbalik.

"Tolong kancing bajumu dulu..!"

Mendengar perkataan Nana, tiba-tiba fikiran jahil muncul di benak Lion.

"Bukankah kamu pelayanku? jadi kamu harus membantuku mengancing bajuku dan memakaikan dasiku!" ucap Lion sambil tersenyum licik.

Nana mulai frustasi dengan permintaan Lion, tapi dia harus menahan emosinya.

"Ya, aku memang sudah menjadi pelayanmu sekarang, apa kamu puasss..? " ucap Nana dengan menggertakkan giginya.

'Nana kamu harus sabar!, bertahanlah sampai 3 bulan ke depan'. Batin Nana.

Setelah meyakinkan dirinya Nana langsung mendekat ke arah Lion, dengan sedikit canggung dia mengancingkan kemeja Lion, namun matanya tidak bisa berpaling dari tubuh indah Lion.

"Aku kira kamu marah? " ucap Lion.

Nana hanya diam dan tidak mengubris perkataan Lion, sedang Lion memilih untuk tidak bertanya karena dia mencoba menyelamatkan harga dirinya dari cuweknya seorang wanita.

Berhubung Nana tidak bisa memakaikan dasi, Nana membutuhkan waktu yang lama untuk memakaikannya di leher Lion karena selalu gagal.

"Kenapa lama sekali?" Lion mulai geram melihat Nana yang terus-terusan salah memasang dasinya.

"Aku tidak bisa memasang dasi" ucap Nana seraya melepas dasi di leher Lion.

Mendengar pengakuan Nana, Lion semakin emosi. "Kenapa tidak bilang dari tadi, ya sudah kamu sebaiknya keluar dari kamarku sekarang! "

"Baiklah, kalau begitu aku tunggu kamu di meja makan" Setelah mengatakan itu, Nana langsung keluar dari kamar Lion sambil menggrutu dalam hatinya.

Sesampainya di meja makan, Nana menyangka dagunya menatap masakannya yang sudah tersaji di meja, sambil menunggu Lion, Nana menelan ludahnya dalam-dalam, ketika teringat tubuh Lion yang baru saja dia lihat.

'Tubuh siluman itu terlihat indah, baru pertama aku melihat dada bidang dan perut berotot lelaki dari jarak sedekat ini, benar-benar indah, Aahhh....apa sih yang akau fikirkan? aduh ini salah, entah kenapa yang indah -indah itu justru itu yang di larang haa..ha, jadi ingat lagu dangdut', Batin Nana.

Sedangkan Lion mulai memiliki perasaan yang rumit ketika Nana begitu dekat dengan tubuhnya.

Dia jadi teringat ciumannya di bibir Nana, langsung saja Lion menelan ludahnya dalam-dalam ketika dia mengingat bibir merah muda Nana yang terlihat lembut.

'Sial, kenapa aku tidak bisa melupakan ciuman itu?, apa itu karena pengalalaman pertamaku? mmmm... bisa jadi, tapi aku bodoh sekali kenapa ciuman pertamaku harus bersama gadis ular itu'. Gumam Lion.


Capítulo 24: Siluman Bebek

Lion adalah lelaki perfecksionis, dia gila kerja, dan dia hanya tertarik dengan bisnis, karena itu dia tidak pernah punya waktu untuk berkencan selain itu tidak ada satupun wanita yang mampu menarik perhatiannya.

Aura dingin dan bengisnya membuat para wanita kesulitan mengambil hatinya, selain itu Lion tidak percaya dengan cinta, jadi tidak heran kalau Nana bisa meninggalkan bekas mendalam di fikiran Lion.

Lion berfikir apakah dia sudah mulai tidak waras?, harusnya bukan Nana karena di luar sana banyak wanita berkelas dan cantik yang dengan senang hati memperlakukannya seperti dewa.

Setelah rapi, Lion keluar dari kamar dan langsung menuju meja makan untuk menikmati sarapan bersama Nana, melihat Nana hanya diam, Lion menatapnya penuh arti.

"Jangan melihatku seperti itu, nanti aku bisa mencolok kedua matamu dengan supit.!" kata Nana ketika dia menyadari Lion terus menatapnya.

Mendengar perkataan Nana, Lion langsung memalingkan matanya, dia berfikir kalau gadis di depanya benar-benar mengerikan kalau lagi marah.

Nana menatap Lion di seberangnya, tiba-tiba dia merasa ada yang kurang, segera dia bergegas masuk ke kamar Lion, sontak Lion menjadi bingung dengan tingkah Nana, dia berdiri dan mencoba mengintip kemana Nana pergi.

Sesaat kemudian Nana keluar membawa sisir dan jas Lion, segera dia meminta Lion berdiri dari duduknya, tapi malangnya Nana kesulitan untuk mencapai bagian kepala Lion karena dia memiliki postur tubuh yang pendek.

Menyadari Nana kesulitan, Lion langsung merendahkan tubuhnya sedikit, setelah itu Nana langsung membantu Lion menyisir rambutnya, seketika itu tatapan Lion tidak beranjak sedikitpun dari wajah Nana, para pelayan yang melihat adegan itu senyum-senyum sendiri.

Setelah membantu Lion menyisir rambutnya, Nana langsung memakaikan Lion jasnya.

"Sudah selesai" ucap Nana.

Bagi Lion itu pertama kalinya ada wanita yang melayaninya sebanyak ini, jantung Lion berdetak tak karuan, itu membuat dia salah tingkah di depan Nana, dia berfikir kalau Nana yang akan tampak grogi dan salah tingkah agar dia bisa mengejeknya tapi yang terjadi malah sebaliknya.

"Kenapa kamu diam saja?, ini sudah siang aku harus ke kantor? " Nana terlihat tidak sabar.

"Mmmm... ya... oh ya... ini mau sisir rambut" kata Lion sambil menggaruk-garuk jasnya dengan sisir sedang tatapanya masih tertuju pada Nana.

Nana mengangkat alisnya melihat kelakuan Lion.

"Itu jas mu bukan rambutmu, lagi pula aku kan sudah membantumu menyisir rambut"

Lion melirik sisir di tangannya setelah itu ekspresinya menjadi buruk "Oh..iya saya lupa"

Nana tidak habis fikir melihat tingkah aneh Lion, dia kira dia salah minum obat karena dia lupa apa kegunaan sisir

"Setelah selesai cepatlah makan" ucap Nana.

"Pelayan Gong, bukannya tuan Lion selalu rapi ya kalau keluar dari kamar, tapi kenapa sekarang berubah? " bisik salah satu pelayan juniornya.

"Jangan banyak tanya, nanti tuan dengar kamu bisa kena masalah" ucap pelayan Gong setelah itu kembali ke pekerjaannya, dia merasa senang dengan adanya Nana, setidaknya dia terbebas dari omelan Lion setiap pagi jika tidak menyukai menu sarapannya.

Lion mengangguk patuh mendengar perintah Nana, namun dia juga bingung kenapa dia begitu menurut dan grogi di depan Nana.

'Apa yang salah denganku? kenapa aku mendadak gugup? apakah gadis itu sedang menyihirku? mmmm aku merasa tersihir. tapi aku ini Lion tidak mudah untuk di taklukan'. Batin Lion.

Lion duduk di samping Nana yang sedang berdiri.

"Ayo makanlah, tenang tidak ada racun kok" kata Nana sambil mengambilkan Lion nasi dan supitnya.

"Aku tidak makan ini" kata Lion sambil mendorong nasi itu.

Nana mulai geram, dengan cepat dia mengambil nasi itu dan menaruh beberapa lauk di atasnya.

"Sekarang buka mulutmu" perintah Nana

Lion menjepit alisnya, dia bingung kenapa Nana tiba-tiba memintanya membuka mulut.

"Untuk apa? "

Nana meyeringai kearah Lion. "Jangan banyak tanya lagi, sekarang buka mulutmu..!"

Entah mengapa seorang Lion untuk pertama kalinya begitu menurut pada seorang wanita, dia menganga dengan patuh, melihat Lion menganga, Nana langsung memasukkan nasi dan lauk itu ke mulut Lion.

"Mmm.. apa yang kamu lakukan?" tanya Lion sambil berusaha memuntahkan makanan yang terlanjur masuk ke mulutnya tapi Nana segera menutup mulut Lion dengan tangannya.

Dengan terpaksa Lion mengunyah makanan itu, tiba-tiba matanya menyala, ekspresinya menjadi tenang, setelah habis di kunyah Lion menatap Nana.

"Oke, aku akan makan sekarang meskipun ini makanan bebek tapi aku akan tetap memakannya karena tidak ada sarapan lain di atas meja"

Nana menyeringai aneh ke arah Lion, dia mulai hilang kesabaran, terserah Lion mau anggap masakannya seperti makanan anjing atau bebek, yang penting dia sudah menjalankan tugasnya, dengan segera Nana duduk di bangku seberang Lion dan menunduk menikmati makananya.

Ketika dia mendongak, Nana langsung kaget melihat makanan yang di atas piring semuanya habis, dia melirik ke arah Lion yang pura-pura sibuk dengan handphonnya.

"Mmm ternyata cepat juga ya bebek itu memakan makanannya"

Mendengar godaan Nana, para pelayan yang menyaksikan Lion memakan habis masakan Nana, tidak bisa menahan senyum mereka, begitupun Nana.

"Khemm... siapa yang kamu bilang bebek? " tanya Lion sambil menatap tajam kearah Nana.

"Ada yang lupa kata-katanya, ya udah deh tugasku sudah selesai, kalau begitu aku akan langsung ke kantor" kata Nana sambil bangun dari duduknya.

"Tunggu" Lion menghentikan langkah Nana. Mendengar suara Lion, Nana langsung berbalik. "Apa lagi?".

"Mari berangkat bersama!" ajak Lion.

Nana berbalik melihat Lion. "Tidak perlu, aku tidak sudi semobil denganmu"

Mendengar perkataan Nana, Lion kembali geram, dia mengepal tinjunya sambil bergumam.

'Apakah aku begitu menjijikkan sehingga gadis ular itu tidak sudi semobil denganku? padahal aku sudah mencoba bersikap baik padanya, apakah dia tidak normal sehingga dia tidak tergoda melihat lelaki tampan dan kaya sepertiku?'.


Load failed, please RETRY

Presentes

Presente -- Presente recebido

    Status de energia semanal

    Capítulos de desbloqueio em lote

    Índice

    Opções de exibição

    Fundo

    Fonte

    Tamanho

    Comentários do capítulo

    Escreva uma avaliação Status de leitura: C23
    Falha ao postar. Tente novamente
    • Qualidade de Escrita
    • Estabilidade das atualizações
    • Desenvolvimento de Histórias
    • Design de Personagens
    • Antecedentes do mundo

    O escore total 0.0

    Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
    Vote com Power Stone
    Rank 200+ Ranking de Potência
    Stone 0 Pedra de Poder
    Denunciar conteúdo impróprio
    Dica de erro

    Denunciar abuso

    Comentários do parágrafo

    Login

    tip Comentário de parágrafo

    O comentário de parágrafo agora está disponível na Web! Passe o mouse sobre qualquer parágrafo e clique no ícone para adicionar seu comentário.

    Além disso, você sempre pode desativá-lo/ativá-lo em Configurações.

    Entendi