Pesawat akhirnya tiba di tempat tujuan. Wenda berdiri hendak meninggalkan tempat itu, namun Axton tetap diam di tempatnya. Tentu saja membuat Wenda bingung, "kau masih ingin di sini?" tanya Wenda.
"Kau keluarlah lebih dulu, aku akan menemuimu di luar kau tunggu saja ya." walau bingung Wenda menuruti perkataan suaminya. Dia lalu duduk di ruang tunggu di bandara sambil menunggu Axton. Setelah setengah jam tak ada kabar, Wenda cemas. Kenapa suaminya tak kunjung datang?
Wenda berusaha berpikir positif dan mencoba membaca majalah yang di tangannya untuk menyingkirkan kegelisahan yang dia rasakan.
"Nyonya Wenda Denzel," Wenda menoleh pada seorang pria yang memakai jas rapi berdiri di hadapannya.
"Ya," balas Wenda singkat.
"Tuan sudah menunggu anda di mobil, mari saya antarkan." Wenda ragu dengan perkataan si pria ini. Dia terlihat sangat ramah tapi watak bisa menipu. Si pria yang melihat keraguan di mata Wenda tersenyum simpul.
"Maafkan saya, saya belum perkenakan nama saya Nyonya. Saya sekertaris Tuan Axton Denzel, nama saya Cody Nyonya." Wenda bernapas lega lalu berdiri mengikuti Cody.
"Biar saya yang bawa koper Nyonya." tawar Cody sambil mengambil koper Wenda dari tangan pemiliknya.
"Ta-tak usah, biar aku saja."
"Tak usah sungkan Nyonya, anda adalah istri Tuan sudah sepantasnya saya melayani anda juga." balas Cody. Wenda merasa tak enak dengan tindakan Cody tapi apa boleh buat.
Wenda mengikuti Cody yang membawa kopernya.
Mereka berhenti tepat di samping mobil mewah yang terparkir agak jauh dari ramainya bandara. "Silakan masuk Nyonya, Tuan sudah menunggu anda." Cody beranjak setelah membuka pintu untuk Wenda menuju ke bagasi mobil.
"Masuklah," perintah seorang mobil di dalam yang tak lain adalah Axton sendiri. Wenda masuk dengan raut wajah bingung.
"Maaf sudah membuatmu menunggu lama," ucap Axton begitu Wenda duduk di sampingnya.
"Tak apa-apa, tapi kenapa kau sudah berada di dalam mobil bukannya kita akan bertemu di dalam?" balas Wenda mengungkapkan kebingungannya pada Axton. Axton tersenyum mendengar pertanyaan Wenda.
"Kau tahu kau adalah wanita pertama yang tak mengenalku." Wenda mengkerutkan dahi bingung dengan ucapan Axton.
"Kenapa? Aneh ya?" Axton menggeleng.
"Justru aku senang ada wanita sepertimu yang tak tergila-gila padaku." Wenda kembali dibuat bingung oleh perkataan Axton yang tergelak melihat raut wajahnya.
"Dengarkan aku baik-baik ya Wenda, aku ini seorang pemimpin perusahaan terkenal jadi seluruh tindak tandukku selalu diawasi paparazi."
"Oh seperti artis," Axton mengangguk.
"Itu sebabnya aku tak mau menemuimu nanti kau akan terganggu dengan semua wartawan." Oh kalau begitu alasannya Wenda sangat setuju. Dia juga tak mau privasinya terganggu.
"Jadi itu berarti kita akan merahasiakan hubungan kita."
"Ya seperti itulah lagi pula kita hanya menikah selama 6 bulan bukan?" Wenda hanya ber-oh ria. Kecewa? mungkin, tapi Wenda mengingatkan dirinya agar jangan terlalu berharap tinggi.
Bagaimana pun juga pernikahan mereka hanyalah sebuah kesalahan dan Axton hanya membantu mereka berdua untuk menyelesaikan masalah dengan cepat.
Wenda terlarut dalam pikirannya sampai tak mengetahui bahwa mobil telah berjalan meninggalkan bandara menuju rumah Axton. Wanita itu tersadar saat Axton mengatakan mereka sudah sampai.
Kedua mata Wenda melebar melihat gerbang tinggi dan kokoh terbuka mempersilakan mobil mewah Axton masuk ke pekarangan rumah. "Kita ada di mana sekarang?" tanya Wenda layaknya orang idiot.
"Dirumahku." jawab Axton singkat.
"Ru-rumah ini? Rumah yang besar ini rumahmu? Aduh, bagaimana aku bisa membersihkan rumah sebesar ini," omel Wenda entah pada siapa.
"Kau tak perlu mempersulit diri begitu."
"Maksudmu?" Bukannya menjawab Axton keluar dari mobil diikuti oleh Wenda yang penasaran akan jawaban Axton.
Beberapa pelayan yang sedang membersihkan halaman menghentikan aktivitas mereka ketika melihat Axton. Mereka membungkuk hormat pada Axton namun mata mereka memandang pada wanita asing di belakang yang celingak-celinguk layaknya orang yang baru melihat rumah megah. Kuno sekali, begitulah pikiran mereka.
Beberapa orang dari mereka terkikik geli melihat peristiwa itu namun tawa mereka terhenti saat Axton memandang mereka tajam. "Wenda ayo."
Wenda mengikuti Axton yang masuk ke dalam rumah diikuti oleh Cody dan supir membawa barang mereka. Di dalam rumah, Wenda tak henti-hentinya berdecak kagum melihat mewahnya rumah itu. Tak luar ataupun dalam rumah, rumah Axton benar-benar luar biasa.
"Cody, kumpulkan semua pelayan," perintah Axton pada Cody. Tanpa diperintah dua kali, Cody mengerjakan pekerjaannya. Tak butuh waktu lama semua pelayan berkumpul.
Tak butuh waktu juga Wenda menjadi pusat perhatian karena tingkahnya. "Siapa gadis yang berada di belakang Tuan, apa dia seorang pelayan baru di sini?" tanya salah seorang pelayan.
"Aku juga tak tahu, lebih baik kita dengar saja perkataan Tuan." balas seorang pelayan yang ditanya. Axton memandang pada seluruh pelayan sehingga yang awalnya terdengar desas-desus menjadi sunyi senyap.
"Terima kasih karena kalian sudah berkumpul di sini, aku ingin mengenalkan seseorang pada kalian." Axton menoleh pada Wenda mengisyaratkan agar Wenda mendekatinya.
Seakan tahu, Wenda berdiri di samping Axton. "Namanya Wenda, dia adalah istriku." Pengakuan Axton sontak saja mengejutkan semua pelayan begitu juga Wenda yang menatap Axton dengan mata membulat.
Wenda pikir Axton akan menyembunyikan hubungan mereka pada pelayannya ternyata tidak. "Dia akan tinggal bersama kita di sini, jadi perlakukan dia baik sama seperti kalian memperlakukanku dengan baik." lanjutnya.
Axton lalu memandang Wenda yang sekarang spechless. Menjadi Nyonya Besar bukanlah impian Wenda namun mimpi yang mustahil itu terwujud karena menikahi Axton Denzel. "Wenda," Wenda yang awalnya memandang lurus menoleh pada Axton.
"Kau tak perlu repot memikirkan bagaimana caranya mengurus rumah ini, ada banyak pelayan yang mengurus rumah. Apa kau mengerti?" Wenda menganggukan kepalanya perlahan mengerti.