Tidak tahu apa yang sedang merasuki Ella, pertengkaran dengan ayahnya tiba-tiba saja memuncak saat makan malam tadi. Emosi sudah mengusainya, sepertinya ini adalah kemarahan terbesar yang ia limpahkan pada ayahnya.
Ella membanting pintu kamarnya dengan kencang, tidak peduli jika harus merusak engsel pintu kamarnya sendiri. Dia sudah cepat berlari kearah tempat tidur, mengambil bantal putihnya yang ia dekap kiat pada wajahnya sendiri.
"Aarrgghhh!!!"
Dalam sekejap Ella sudah berteriak sekuat mungkin, tapi merasa belum puas dengan meluapkan emosinya saat itu. Hanya dalam beberapa detik wajah Ella sudah memerah dengan cepat, karena ia sedang mencari oksigen disekitarnya. Ditambag lagi airmatanya sudah berlinang, dan membasahi pipinya.
"Aku benci ayah... Hk... hk... hk...!" Seru Ella lirih dan kesal, entah mengapa dia merasakan sesak pada dadanya. Amarahnya belum benar-benar memudar.