Beberapa Saat Sebelumnya.
Marioline Smith sedang duduk bersantai di halaman bunga yang terletak di belakang kediamannya, menikmati waktu minum teh chamomile bersama dengan perkumpulan istri-istri bangsawan.
Perkumpulan itu dihadiri sekitar sepuluh orang para istri-istri dari berbagai kalangan, dan pertemuan itu sangat penting menurutnya. Karena akan menaikkan harga dirinya sebagai orang terpandang dan berwibawa.
"Jadi Mrs. Smith. Apa benar kabar pertunangan tersebut.? Ucap salah satu wanita dengan topi putih dan bunga merah yang tersemat diantara topi tersebut.
Marioline tersenyum dengan elegan, tanpa memperlihatkan giginya. "Wah..wah Mrs. Benedict apakah ini sudah menjadi gosip yang menyebar luas. Bahkan aku saja belum mengatakan apapun." Jawab Marioline dengan sikapnya yang tidak mau menunjukkan dirinya terlalu senang dengan gosip yang beredar.
"Tapi apakah kau tidak tau tentang latar belakang calon besanmu. Mrs. Smith?" Ucap Wanita di sebelah Mrs. Benedict dengan dress rampel yang sangat megar dan bermotif bunga-bunga.
"Maksud anda, Mrs. Hamilton?" Tanya Marioline, sambil meletakkan cangkir tehnya.
"Ku dengar sesuatu mengenai Mrs. Huxley. Dia ternyata merupakan seorang ibu tiri, atau katakan saja dia adalah istri kedua Mr. Huxley." Jelas Mrs. Hamilton.
"Oh.. Jadi Mr. Huxley sudah bercerai. Aku rasa itu bukanlah masalah yang besar." Ucap Marioline dengan senyum elegannya.
"Ahh.. ternyata kau benar-benar tidak tau ya.." Mrs. Hamilton menyeringai dan memandang Mrs. Benedict. Sedangkan istri-istri lainnya menatap dan menyimak dengan penasaran.
"Mmmm.... maksud anda tau mengenai apakah?"
"Mereka tidak bercerai, istri pertama Mr. Huxley. Tewas bunuh diri. Itu yang para polisi katakan." Ucap Mrs. Benedict. Dan Marioline kembali memberikan senyuman yang aneh kearah teman-temannya.
"Bbbbaaammmmm..... Bbbbaaammmmm........ Bbbbaaammmmm......"
Suara dentuman yang nyaring sangat terdengar, dan itu terdegar dari lantai dua kediaman keluarga Smith. Mereka semua memandang ke arah jendela.
"Apa kau sedang memperbaiki sesuatu Mrs. Smith?" Tanya Mrs. Benedict terheran-heran. Dan kembali terdegar suara dentuman yang sangat nyaring.
"Permisi... sebentar..." Ucap Marioline dan meninggalkan teman-temannya untuk melihat keadaan apa yang sedang terjadi.
Marioline sudah berjalan dengan cepat ke lantai dua kamarnya, suara tersebut berasal dari kamar putrinya. Seorang pelayan sudah berada di depan pintu kamar Abigail, wajahnya terlihat takut saat Marioline mulai mendekat.
"Ada apa ini?? Apa yang sedang terjadi?" Tanya Marioline pada pelayan tersebut.
"Maaf, Mrs. Smith. Nona Abigail baru saja tiba. Dan ia minta dibawakan tongkat kastinya, setelah itu Nona Abigail masuk kedalam kamar dan mulai mengamuk." Jelas pelayan tersebut.
"ABIGAIL..... ABIGAIL....'' Teriak Marioline,
"Mrs. Smith saya sudah mencoba untuk memanggil-manggil nona. Tapi nona tidak menghiraukan, bahkan pintu kamarnya sudah dikunci." Jelas pelayan tersebut, dan kembali dikejutkan dengan suara dentuman.
"Bbbbaaammmmm..... Bbbbaaammmmm........ Bbbbaaammmmm......"
"Apa kau akan hanya berdiam diri DISINI??!!! CEPAT AMBIL KUNCI CADANGANNYA!!!" Marioline sudah kesal dan marah, pelayan tersebut langsung berlari dan menuruti perintah tanpa berani membalas ucapan majikannya.
Marioline masih berusaha memanggil nama anaknya, tapi Abigail benar-benar tidak peduli. Walaupun itu ibunya sendiri yang memanggil-manggilnya.
Tidak lama pelayan tersebut datang, dengan takut dan tangannya yang semakin gemetar mencoba memutar kunci. Pelayan tersebut kemudian berhasil membuka pintu kamar Abigail.
"ABIGAIL?? APA YANG KAU LAKUKAN??" Marioline sudah sangat terkejut dengan pemandangan kamar putrinya, yang ia lihat hanyalah sebuah kekacauan dan penuh dengan barang-barang yang hancur berantakan.
"Dan bukankah seharusnya kau bersama ayahmu untuk pertemuan dengan para kepala rumah sakit?" Tanya Marioline kembali.
"AKU MEMBENCINYA IBU... AKU SANGAT MEMBENCINYA...."Ucap Abigail dengan amat kesal, bahkan matanya sudah berlinang air mata.
"SIAPA YANG KAU BENCI?? SAMPAI KAU MENGHANCURKAN ISI KAMARMU INI. DIMANA MANNER-MU??" Marioline sudah cukup dekat dengan putrinya, dengan kasar dan paksa ia mengambil tongkat kasti yang dipegang oleh Abigail. Dan ia berikan kepada pelayannya "Singkirkan ITU!! SEKARANG JUGA!!"
"DIA LEBIH MEMILIH PELAYAN JELEK ITU, DIBANDINGKAN AKU IBU. BAGAIMANA AKU TIDAK KESAL DAN MERASA TERHINA DENGAN SIKAPNYA!!!"
"Apa maksudmu Abigail?? DIA SIAPA?? PELAYAN APA?? Apa kau sedang MABUK??" Marioline masih bingung,
"EDWARD HUXLEY IBU, apa ibu tau pelayan yang menumpahkan air di baju ayah. YAA.... DIA PELAYAN ITU... WANITA KOTOR DAN RENDAHAN YANG MENGGODA EDWARD!!!" Abigail kembali kesal.
"APA??!! Tapi... apa kau yakin.. Edward Huxley dengan seorang pelayan? Itu tidak mungkin Abigail." Marioline lebih tidak percaya lagi dengan ucapan anaknya yang benar-benar tidak masuk akal.
"Aku melihatnya IBU... AKU MELIHAT MEREKA... Di rumah sakit hari ini... Bahkan mereka sengaja sekali bermesraan di depan ayah dan aku, IBU!!"
"Rasanya ingin sekali aku menarik Edward, dan menjambak wanita tersebut."
Marioline masih saja terus berpikir, ia bahkan sedang menduga-duga sesuatu hal yang tidak ia inginkan terjadi.
Tapi dia harus hati-hati dan menyelidikinya terlebih dahulu, dan ia pun memberikan senyuman lebar ke arah putrinya.
"Tenang saja Abigail, ibu akan membantumu. Kau tidak perlu khawatir... " Ucap Marioline, dan Abigail menyeka airmata kekesalannya,
"Apa Maksud ibu??" Tanya Abigail.
Selamat Malam.., maaf :) karena long weekend agak sedikit tertunda. malam ini 2 chapter dulu ya..
Jangan lupa untuk rate, comment dan ulasannya..
terimakasih dan selamat membaca(^^)