"Mas....jujur saja to?" pak Wijaya masih menanyakan hal yang sama.
Bila hendak pergi dari tempat itu untuk menghindari pak Wijaya, lebih-lebih ketika bu Anis dan pak Hadi datang.
"Ada apa mbak Bila?" tanya bu Anis pada Bila ketika ia terlihat teegesa-gesa.
"Ga...bu, saya harus mempersiapkan.sesuaty" jawab Bila.
"Maaf pak Wihaya, saya mau menemani tamu dulu, silahkan lanjutkan gobrolnya" Edwin menyusul Bila pergi menghindar.
Psk Hadi dan Bu Nisa merasa aneh dengan prilaku Bila dan Edwin.
Kemudian pak Wijaya menceritakan kejadian saat meluhat Bila dan Edwin di taman beberapa waktu lalu, juga kejadian yang baru saja terjadi.
Pak Hadi merasa terkejut, akan tetapi berbeda dengan Bu Anis ia seperti sudah tahu ada apa diantara mereka.
Pak Wijaya berusaha mengorek informasi dari bu Anis, tapi bu Anis hanya menjawab dengan ucapan yang penuh teka-teki "do'akan saja", membuat pak Wijaya kesal, namun ia sangat yakin kalau Bila dan Edwin memang ada hubungan.
Pukul 12.30 acara sudah berahir. tinggal karyawan butik dan beberapa orang yang sedang membersihkan tempat itu.
Setelah memastikan semua bisa diselesaikan Bila berpamitan pada salah seorang untuk pulang terlebih dahulu.
Bila keluar dari butik tersebut menuju jalan raya menunggu taxi datang, namun beberapa saat kemudian mobil Edwin beehenti tepat didepannya.
"Bila ayuk ku antar" Edwin memberi kode agar Bila segera masuk.
"Ga usah kak?" Bila bertanya dengan heran.
"Kenapa ga mau?"
"Ntar ada yang lihat lagi".
"Ga papa, suruh nikah aku juga siap"
"Ih kak Edwin" jawab Bila sembari masuk ke dalam mobil Edwin.
Setelah beberapa saat mereka tiba didepan rumah Bila, sebelum Bila keluar Edwin mengatakan sesuatu pada Bila.
"Sayang"
"Apa?"
"Malam Minggu besok ikut aku ya?".
"Ke mana kak?"
"Ada acara reuni jurusan angkatan ku, kamu ikut ya!"
"Hufff....males kak".
"Jangan gitu dong, kalau ga sama kamu aku bingung menghindari Caca".
"Cie....ada yang ketemu fansnya".
"Bila aku ga main-main lho" Edwin berkata dengan serius."
"Emang kenapa kakak harus menghindar?" Bila mencoba memberi Edwin pengertian "kak aku percaya sama kakak, kalau kakak harus ketemu kak Caca juga ga papa".
"Bila aku ga mau" Edwin tampak enggan ketika Bila menyebut nama Caca "Bil ikut ya!".
"Aku males kak sebenarnya, tapi kalau kakak memaksa aku ikut".
"Kamu mau kan?" dengan semangat Edwin memutuskan.
"Ya aku mau".
"Trimakasih sayang" Edwin meraih tangan Bila lalu menggenggam dengan erat.
"Ya sama-sama" Bila melepaskan genggaman Edwin "aku turun dulu ya" Bila berpamitan.
"Ya...sekali lagi makasih sayang".
"Ya...kakak hatu-hati ya". Bila berpesan sembari keluar dari mobil Edwin.
Bila berjalan menuju rumahnya, ketika ia masuk ia melihat beberapa bungkusan yang segera ia raih.
Ternyata bungkusan itu berisi makanan dan sebuah tas kerja yang membuat mata Bila terbelalak karena begitu menarik baginya.
Sebuah bungkusan yang berisi tas 3in1 dengan satu tas kerja, dimpet, tas tangan dan jam tangan, dari LV Demier berwarna coklat dengan motiv kotak-kotak.
"Wau.....tasnya siapa ini" Bila berlari mencari orang tuanya.
Ayah dan ibunya tampak sedang duduk di ruang tamu bersama adiknya Zahra yang juga sedang memegang tas sekolah baru.
"Wih....Zahra juga dapat tas baru?" Bila bertanya dengan antusias.
"Ya kak" jawab gadia berseragam SMA itu dengan senang.
"Berarti ini punya Bila dong bu?" tiba-tiba Bila merasa berkuasa atas tas yang baru ia temukan.
"Ya itu memang punya kamu" jawab ayah dengan bijak.
"Wah.....asik" Bila berlari memeluk ayah dan ibunya"makasih yah, bu".
"Ya jangan sama ayah ibu, itu pak Baroto yang ngasih kok".
"Pak Baroto?" Bila merasa aneh.
"Ya...." Zahra menjawab dengan semangat "Za juga dapat,nih" Zahra menunjukan tas sekolah miliknya.
"Kirain ayah, tapi ini tas mahal lho Yah,pak Baroto baik banget" dengan penuh tanda tanya Bila berkata.
"Tadi pak Baroto ke sini, beliau membicarakan sesuatu yang penting sama ayah".
"Oh ya.....memang ayah membicarakan pa?
"Bila.... tadi pak Baroto menemui ayah, beliau minta ijin ayaj supaya kamu dijodohkan dengan putra beliau, dan ayah menyetujuinya" ayah menjelaskan dengn lembut.
"Ya Bil, lagian kamu juga sudah cukup dewasa, teman-temanmu sudah menikah semua".
Bagai mendengar petir disiang hari dada Bila terasa sesak, mulutnya begitu kaku jiwanya seolah melayang dari raganya yang tengah lelah, ia ingin menolak dengan segera namun tak sanggup.
"Bila....dua minggu lagi pak Baroto akan berkunjung ke sini, untuk mengenalkan putranya".
"Tapi yah, Bila kan belum" Bila mencoba menolak.
"Bil....benar kata ibu kamu, usiamu sebentar lagi duapuluh lima tahun lho" ayah menyela bantahan Bila.
"Iya mbak, aku kan pengen punya kakak laki-laki" Zahra ikut memprovokasi.
"Tapi yah....ayah belum bilang dulu sama Bila, ayah belum tahu keputusan Bila" dengan terbata-bata Bila mencoba mengelak.
"Bil....selama ini ayah tidak pernah meminta sesuatu dari kamu, jadi untuk kali ini saja ayah mohon" dengan tulus ayah meminta.
"Ya Bil, siapa tahu kalian ber dua memang berjodoh" sahut ibu.
Bila merasa putus asa dengan semua perkataan keluarganya, ia merasa kesal pada dirinya karena belum bisa mengatakan bahwa ia dan Edwin telah kembali bersama.
Ia masih menyembunyikan hubungan mereka, sampai ia merasa siap untuk menikah, walau Edwin sendiri sudah berkali-kali memintanya untuk menikah Bila masih saja acuh.
Dan sekarang semua seolah sudah terlambat, ia tak mampu menolak permintaan orang tuanya, ia tak mungkin lagi lari dari keputusan sepihak ayahnya, walaupun ia menginginkannya.
Pelan-pelan ya readers.
Semoga harapannya supaya Bila dan Edwin segera mekangkah ke jenjang pernikahan segera terwujud.
Tapi ga semudah itu kali, biar greget kita beri sedikit sentuhan menggemaskan dulu dong.
Terimakasih atas dukungannya selama ini, tanpa anda semua cerita ini tidak mungkin bertahan hingga tahap ini.
Happy reading and love you all ???