Hari berlalu begitu cepat, tak terasa sudah enam bulan Bila bekerja diperusahaan Edwin, kemajuan perusahaanpun sudah mulai terlihat dengan bertambahnya konsumen yang menginginkan produk Brata Fashion.
Selain menerima pesanan pembuatan seragam, sekarang Brata Fashion juga mulai membuat brand sendiri dengan membuka sebuah butik kecil dikota tersebut.
Mereka memperkerjakan desainer pemula lulusan sekolah Tata Busana dengan tujuan memberdayakan putra daerah.
Hari ini adalah peresmian Butik yang diberi nama EdRey Butik, pakaiana yang dijual di butik itu sangat berfariasi, mulai dari baju anak hingga dewasa baik pria atau wanita.
Baju gaul hingga syar'i semua tersedia di EdRey butik.
Esok adalah launcing EdRey sehingga hari ini Bila benar-benar sibuk mempersiapkan acara, oleh Edwin ia diberi tugas sebagai penanggungjawab acara tersebut.
Ini adalah kali pertama Bila menghandel sebuah acara penting, sehingga membuat tenaga dan fikirannya benar-benar tersita, selain kesan yang akan konsumen nilai Reyvan pemilik separuh perusahaan Edwin yang juga atasannya yang sesungguhnya akan hadir dalam acara tersebut.
Edwin melihat kinerja Bila yang begitu profesional, ia tahu betapa lelahnya Bila ketika malam itu ia melihat Bila tertidur disebuah ruangan di lantai dua yang berantakan karena ruangan itu memang digunakan sebagai ruangan untuk menaruh semua kebutuhan acara.
Bila tertidur dengan posisi duduk diatad karpet dengan bersandar disebuah kursi, kepalanya menunduk, posisi tidurnya benar-benar akan membuatnya bangun dengan tubuh yang pegal.
Ia melirik arlojinya dan waktu itu sudah pukul sepuluh malam, ia sengaja tidak membangunkan Bila, kemudian menghubungi pak Suyadi untuk meminta ijin agar Bila tidur di mes butik, pak Suyadi dengan percaya menitipkan Bila pada Edwin.
Dibutik tersebut memang disediakan mes dilantai tiga, ada tiga kamar disana, Edwin bertanya pada seorang office boy yang kebetulan lewat.
"Apa kamar diatas ada yang kosong?". dengan sopan Edwin bertanya pada seorang karyawan.
"Sepertiny ada pak, hanya saja masih berantakan". OB itu menjawab dengan hormat.
"Tolong kamu bereskan ya"
"Baik pak" Ob itu segera pergi untuk melakulan apa yang atasannya perintah.
Setengah jam kemudiam laki-laki bertubuh krempeng itu turun dan menemui Edwin.
"Pak kamarnya sudah saya rapikan".
"Kamu sudah pasang sprei dan selimut kan?"
"Belum pak, maaf tapi untuk sprey dan selimut belum ada pak"
"Apa? kok bisa?"
"Di mes hanya ada kasur pak, kalau pak Edwin perlu selimut saya bisa ambilkan di rumah saya, kebetulan tidak jauh" Ob itu menawarkan.
"Apa tidak merepotkan?"
"Tidak pak, saya ambilkan dulu"
"Maaf kalau bisa dua selimut"
Ob itu terlihat heran dan ingin tahu untuk siapa selimut itu, akan terapi ia tidak berani bertanya.
Seperempat jam kemudian Tarjo kembali membawa dua buah selimut lalu menyerahkan pada Edwin, sebelum Tarjo pergi Edwin menghentikannya.
"Maaf nama kamu siapa?".
"Saya Tarjo pak,"
"Tarjo ini buat kamu" Edwin menyalami Tarjo, ia memberikan sejumlah uang.
"Ga usah pak, ini...,".
"Sudah ambil saja, anggap ini rejeki kamu".
"Baik pak terimakasih". dengan enggan Tarjo menerima uang itu.
Edwin meletakan selimut itu ke dalam kamar. kemudian mengendong Bila, ia mengangkat Bila dengan hati-hati, mungkin Bila memang sangat kelelahan hingga ia tak sadar jika ia sedang berpindah tempat.
Edwin melihat wajah Bila yang tampak tenang bagai seorang putri tidur, ia perhatikan wajah mungilnya tampak seperti bonek kecil, baru kali ini ia benar-benar bisa menikmati setiap senti wajah Bila.
Bulu matanya begitu lentik, hidung mancung dan bibir mungil itu terlihat begitu manis saking manisnya ia seolah ingin memakan habis semua yang menempel di wajah Bila.
Padahal saat itu Bila tidak memakai riasan apapun, tapi ia masih terlihat begitu cantik.
Di lantai atas masih ada beberapa orang pekerja, yang bertugas untuk membereskan semuanya, mereka memperhatikan Edwin yang tampak acuh seolah tak ada orang disekitarnya, ia hanya fokus pada Wanita yang saat ini berada dalam dekapannya.
Kebetulan ada dua orang wanita yang berada disana, mereka terasa meleleh melihat perlakuan Edwin, mereka berterial kecil.
"Ya....Tuhan andai aku yang berada dalam pelukan pak Edwin" Salah seorang dari mereka berkata.
"Seneng banget jadi bu Nisa ya" sahut yang lain.
Peristiwa itu benar-benar membuat orang disekitar mereka baper bertubi-tubi, apa lagi ketika dengan lembut Edwin meletakan Bila pada kasur, bagai seorang suami yang perhatian membuka sepatu lalu mengusap kepala dan pipi Bila dengan lembut.
Para pekerja wanita disana menahan teriakan histeris mereka "say...aku meleleh" teriakan tertahan itu menggambarkan berapa situasi itu teramat menyentuh hati mereka.
Setelah memastikan Bila tertidur lelap, Edwin keluar, ketika ia keluar dari pintu ia terkejut melihat dua orang pekerjanya yang sedang memandangnya bagai memandang seorang idola dari korea.
"Ada apa?" Edwin bertanya dengan coolnya.
"Pak Edwin so sweet banget sih pak?"
Edwin hanya tersenyum mendengar perkataan dua gadis yang sedang meleleh, ia sengaja membuat mereka semakin baper "saya minta tolong, jaga calon istri saya" Edwin mengambil beberapa lembar uang dari dompetnya kemudian memberikannya pada dua gadis itu "ini buat kalian, jaga dia dengan baik".
"Trimakasih pak" mereka mengucapkan terimakasih dengan semangat.
Malam itu Bila tertidur dengan lelap dalam mimpi indahnya dalam kamar mes yang sederhana ditemani dua orang gadis yang menemaninya, ia bagai seorang putri yang dijaga dengan hati-hati, sementara Edwin tidur di kamar mes lain.
Meleleh dah ???