Baixar aplicativo
56.88% Memory Of Love / Chapter 62: Mangsa Empuk Bag.2

Capítulo 62: Mangsa Empuk Bag.2

"Kalau memang harus ditegasi, why not" Edwin menjawab pertanyaan Bila dengan acuhnya.

"Kak...setidaknya, kakak bisa bedakan lah antara tegas dan galak".

"Kamu mau bilang aku otoriter, berhati dingin, atau bos kecil yang kejam" Edwin mengungkit perkataan yang pernah ia dengar ketika Bila menggerutu tentang sikapnya.

Bila tersenyum kecut, tak tahu harus bagaimana "ya..., paling ga biar karyawan disini ga ngomong gitu tentang kak Edwin".

"Bukan urusan kamu, biarkan mereka dengan pendapat mereka, dan aku akan bertahan dengan cara kerjaku".

"Ya....Allah kak Edwin, kasihan lho karyawan yang sudah senior seperti bu Anis dan yang lain kalau terlalu ditekan, karena seseorang yang bekerja dalam tekanan hasilnya ga akan bagus kak" Bila mencoba meluluhkan hati Edwin.

"Kalau aku ga bersikap tegas, aku yakin usaha papahku akan segera bangkrut, seaat inipun seandainya aku ga pegang usaha papa, dan mencari partner untuk mendanai pabrik ini aku yakin sudah selesai" dengan tegas Edwin berkata pada Bila.

Melihat sikap tegas Edwin sebenarnya Bila merasa yakut, akan tetapi iaencoba untuk bertahan demi rekan-reknnya.

"Kak aku tahu kok, kakak jadi bad mood seperti ini karna aku, aku minta maaf ya!" Bila tak tahu lagi harus berkata apa, sehingga ia mengeluarkan jurus terakhir yang menurutnya ampuh.

Setelah sekian detik Edwin tak juga bereaksi dengan pernyataannya, Bila ahirnya menyerah dan memutuskan untuk pergi dari ruangan Edwin.

Sebenarnya Edwin dalam diamnya, memperhatikan tingkah Bila, karena dari awal ia memang ingin menjahilinya.

"Ya sudah pak, saya permisi dulu" wajah putus asa terlihat jelas ketika Bila bangkit dari kursinya

Baru beberapa langkah, suara lembut Edwin tiba-tiba terdengar membuatnya berhenti.

"Memangnya kalau aku lebih lembut sama genk kamu si trio wek-wek itu, apa yang aku dapat" Edwin berkata sembari mendekat ke arah Bila.

"Ya siapa tahu, kalau mereka tidak terlalu tertekan justru kinerja mereka akan lebih baik kak".

"Bukan masalah mereka, tapi dari kamu" tatapan menggoda Edwin mulai membuat Bila resah.

"Ma...maksudnya apa?"

"Jelas... aku lakukan apa yang kamu mau, dan apa yang akan kamu lakukan untukku?".

"Aku....aku...aku, aku akan bekerja lebih baik lagi"

"Bekerja" Edwin menatap Bila dengan tak percaya "Bila....aku tahu pasti kamu menemuiku, dengan misi merayuku kan?"

Bila tidak berani menjawab pertanyaan Edwin, kini ia merasa tersudut.

"Bila karena kamu datang untuk menggodaku, sekarang kamu harus bertanggungjawab"

"Apa" Bila membelalakan matanya karena merasa jadi korban "kak aku tidak bermaksut menggoda, aku hanya membantu teman-teman saja, ga lebih"

"Ya aku tahu, tapi kamu melakukannya dengan cara menggodaku, dan bukan salahku kalau aku tergoda" Edwin berkata sembari menggandeng jari kelingking Bila dengan jari kelingkingnya.

"Kakak" Bila kaget ketika ia hendak melepaskannya justru Edwin mendekap kedua tangan Bila dengan kuat, sehingga kini mereka sedang sama-sama memegang tangan orang didepannya.

"Sudah lah...., kamu ternyata memang berubah Bil, berubah jadi nakal"

Wajah Bila memerah, karena merasa malu, tapi ia juga merasa kesal, dengan prilaku jahil Edwin, ia berusaha melepaskan tangan Edwin, tapi sayang tenaga Edwin terlalu kuat.

"Kakak....bentar deh ada apa itu di rambut kakak " Bila mencoba mengalihkan perhatian Edwin.

"Apa" Edwin merasa aneh.

"Sepertinya ada uban deh di rambut kakak?"

"Serius?"

"Makanya lepasin dong, aku cabut ya"

Edwin merasa malu, karena rambutnya beruban ahirnya melepaskan tangan Bila agar ia mencabut uban dikepalanya.

Sejujurnya Edwin merasa bahagia, karena Bila begitu memperhatikannya, Bila bersiap mengambil uban dikepala Edwin, akan tetapi bukannya semakin mendekat, justru Bila berlari ke arah pintu.

"Maaf kak, makasih udah lepasin tanganku" bila mengejek Edwin kemudian keluar dari ruangannya.

"Sial....gua dikadalin cewek tengil ini" Edwin mengusap kepalanya merasa tertipu, akan tetapi jauh disudut hatinya ia merasa bahagia.

Pukul 18.05 Edwin sampai dirumahnya, setelah memarkirkan mobilnya ia segera masuk, didalam rumah nampak pak Baroto sedang menonton TV, Edwin segera menghampiri ayahnya dengan raut muka berseri-seri.

"Bahagia bener kamu, ada apa?" Pak Baroto bertanya melihat muka ceria Edwin, yang belum pernah dilihatnya sepulang Edwin dari Jepang.

"Pa Edwin belum cerita ya, kalau sekarang gadis yang Edwin cintai ternyata orang yang reifan kirim dari perusahaannya, untuk mendampingi Edwin di pabrik pa" dengan semangat penuh Eswin bercerita pada ayahnya.

"Terus?" pak Baroto menanggapinya dengan datar.

"Ya seneng lah pa, secara Edwin ketu calon istri".

"Papa si maunya kamu nikah sama gadis pilihan papa"

"Wah....ga bisa, Edwin cuma mau nikah sama gadis yang Edwin cintai"

"Emang dia mau sama kamu?"

"Belum sih, tapi semoga sebentar lagi"


PENSAMENTOS DOS CRIADORES
Bubu_Zaza11 Bubu_Zaza11

Gas tipis-tipis pembaca yang baik.

Maaf kalau dlm tulisan sy agak kurang sopan, krn penyebutan Trio Wek-wek disini bukan bermaksut menghina atau menyudutkan karakter orang yg sudah berumur, akan tetapi untuk mempersingkat kalimat dalam tulisan saya. ???

Mohon maaf jika membuat pembaca kurang nyaman ?????

Tetap ditunggu bintang, saran, kritik, dan ulasannya.

Happy reading and love you all ???

Load failed, please RETRY

Status de energia semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Pedra de Poder

Capítulos de desbloqueio em lote

Índice

Opções de exibição

Fundo

Fonte

Tamanho

Comentários do capítulo

Escreva uma avaliação Status de leitura: C62
Falha ao postar. Tente novamente
  • Qualidade de Escrita
  • Estabilidade das atualizações
  • Desenvolvimento de Histórias
  • Design de Personagens
  • Antecedentes do mundo

O escore total 0.0

Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
Vote com Power Stone
Rank NO.-- Ranking de Potência
Stone -- Pedra de Poder
Denunciar conteúdo impróprio
Dica de erro

Denunciar abuso

Comentários do parágrafo

Login