Kai membersihkan kedua kaleng susu kental manis bekas yang dia minta dari paman penjual kopi susu tadi malam.
Dia membuka bagian yang sudah berongga dan menghaluskannya agar tidak ada bagian logam yang tajam di permukaannya, dia lalu membuka kertas yang menjadi merk dagang susu kental manis tersebut dan membersihkannya.
"Raka! " teriak yasil menghampirinya, dan menyodorkan sesuatu di kedua tangannya.
"Apa ini bisa? " yasil memperlihatkan paku kecil yang di bawanya untuk membuat lubang di bagian bawah penutup kaleng susu itu.
"Terima kasih " kai menerimanya, dan meraih batu kali berukuran kecil yang sengaja dia siapkan.
Dia menyimpan paku tepat di tengah-tengah permukaan penutup kaleng itu, bagian lancip dari paku tersimpan dibawah dan dia memukul bagian atas paku dalam satu pukulan yang tidak terlalu bertenaga sampai membuat sebuah lubang.
"Coba kamu berdiri di sana! " setelah kai membuat lubang di masing-masing penutup kaleng susu bekas itu dia memasang benang yang biasa dia pakai untuk bermain layang-layang.
Setelah selesai dia memberikan satu bagian kaleng pada yasil untuk berdiri jauh darinya.
"Apa suaraku bisa di dengar? " kai bicara dengan menempatkan ujung bibirnya ke permukaan kaleng yang tidak tertutup.
"Iya " ketika yasil mengangkat satu ibu jarinya dan mulai bicara pada kai, dia menyimpan permukaan kaleng itu di telinganya agar bisa mendengar suara sahabatnya itu.
"Bagus! " pekik kai kesenangan, dia lalu merapikan kembali telepon kaleng yang sudah dibuatnya itu.
"Kamu kan bisa langsung bicara dengan anneth tanpa menggunakan ini " yasil mengomentari kai yang bersusah payah membuat telepon kaleng supaya bisa dengan anneth.
"Anneth sedang sakit " ucap kai, "dia tidak boleh keluar dari kamarnya atau nanti sakitnya bertambah parah "
"Ibunya bilang anneth itu alergi dingin " sambung kai lalu dia beranjak duduknya.
Yasil mengikutinya dari sampingnya, "orang kota itu memang aneh-aneh ya penyakitnya, kita beruntung tinggal disini! "
"Kita tidak boleh menertawakan kesakitan orang lain! " kai menoleh ke arah yasil yang setelah berkata dia tertawa perlahan menghilang karena kai memperhatikannya.
"Kamu mau ikut aku ke rumah anneth? " ajak kai.
"Tidak bisa " jawab yasil, "hari ini ayahku sedang memanen singkong di kebun, jadi aku harus membantunya hari ini! "
Kai tersenyum dengan ide cemerlang yang ada dalam pikirannya, "apa aku boleh ikut? "
Dahi yasil berkerut, "bukannya kamu akan pergi ke rumah anneth? "
"Itu bisa setelah aku membantumu " kai tahu kebun milik ayah yasil itu luas, pasti singkong yang akan mereka panen akan sangat banyak. Jika dia mendapatkan upah beberapa singkong, dia akan membawanya sebagai oleh-oleh pada ibunya anneth dan juga neneknya.
Singkong hasil olahan kebun ayah yasil sudah terkenal sangat bagus di pasar.
Yasil tertawa dia bisa membaca apa yang sudah direncanakan oleh kai.
"Boleh " dia menyimpan tangannya di pundak kai, "nanti aku akan memberimu beberapa singkong untuk dibawa ke rumah anneth dan rumahmu! "
"Kamu memang teman terbaik! " mereka lalu berjalan bersama menuju kebun milik ayah yasil yang terletak di ujung desa, walaupun harus berjalan jauh tapi semua tidak membuat mereka kelelahan. Di Setiap perjalanan selalu di bumbui dengan candaan kedua sahabat dekat itu, sampai akhirnya mereka sampai di kebun milik ayah yasil.
Dibawah terik matahari kai dan sahabatnya yang sudah terbiasa memanen singkong mengerjakannya dengan begitu mudah dan lihai, walaupun kai tengah disibukkan dengan pekerjaannya tapi pikirannya telah melayang. Membayangkan dia akan melihat anneth senang karena telah dibuatkan mainan olehnya dan juga membawakannya singkong paling enak di desanya.
Sesekali senyumannya muncul, dia tertawa sendiri tidak sabar ingin cepat menyelesaikan pekerjaannya hari ini.
"Nah, ini upah untukmu! " yasil memberikannya sekantong plastik yang berisi beberapa buah singkong.
"Itu untuk kamu bawa ke rumah anneth " dia menyambung kembali perkataannya, "dan ini biar aku yang memberikannya pada nenek "
"Kamu tenang saja bermain dengan anneth, supaya dia cepat sembuh "
Kedua mata kai berbinar-binar, dia senang sekali memiliki teman yang begitu baik seperti yasil.
"Aku pergi sekarang " dia menerima bungkusan dari yasil dan lalu segera berjalan dengan cepat menuju ke rumah anneth, hari ini dia juga sengaja tidak ke pasar untuk menyemir sepatu, dia menjadwalkan bertemu dengan anneth di hari liburnya.
"Kai sedang apa berdiri disitu! " sosok wanita yang merupakan ibu anneth membuatnya terkejut ketika dia sedang berdiri di balik pagar memandangi rumah anneth.
Dia membukakan pintu pagar, dengan senyumannya yang merekah melihat kai yang hanya mematung di balik pagar.
"Masuk saja, anneth sudah bangun tidur "
Kai berjalan kedalam halaman rumah dengan ragu, dia lalu menoleh ke arah ibu anneth.
"Ini untuk ibu " dia menyodorkan bungkusan berisi singkong yang baru saja di panennya.
"Tadi saya membantu teman memanen singkong dan diberi beberapa " kai memaksakan sudut bibirnya melengkung membentuk senyum.
"Singkong ini terkenal paling enak! "
"Kenapa repot-repot " ucapnya, "kalau begitu terima kasih banyak oleh-olehnya "
"Ayo masuk " ajaknya.
"Tidak usah bu " kai menolaknya, dia berdiri di depan teras rumah.
"Pakaian saya kotor karena selesai memanen langsung kesini! " sambung kai.
"Tidak apa-apa "
"Anneth kan sakit alergi jadi saya bicara disini saja " ucap kai, "apa boleh kami bicara dari jendela? "
"Tentu saja, nanti ibu bicara dengan anneth supaya membuka jendela kamarnya "
"Ibu tolong berikan ini pada anneth " kai menghentikan langkahnya yang akan masuk ke dalam rumah dengan kembali menyodorkan sepasang telepon kaleng yang di buat.
Dia menerima barang yang kai berikan untuk anneth, senyuman hangat tidak pernah hikang dari wajahnya.
Kai bergegas ke samping rumah dan menunggu anneth di bawah jendela kamarnya, tidak lama muncul sosok sahabat kecilnya itu dengan senyuman lebar walaupun wajahnya masih terlihat pucat.
"Kai! " anneth berteriak seraya melambaikan kedua tangannya, kali ini dia berani berteriak karena ibunya mengijinkan dia untuk bicara dengan kai dari jendela kamarnya.
"Ini apa? " dia lagi-lagi berteriak memperlihatkan barang yang kai berikan padanya melalui sang ibu.
"Lemparkan satu buatku! " kai juga bicara dengan sedikit teriakan.
Anneth menganggukkan kepalanya dan sesuai dengan instruksibkai dia melemparkan satu kaleng bekas itu pada kai.
"Simpan di telingamu " kai memberikan contoh pada anneth supaya dia bisa mendengar suaranya tanpa harus berteriak.
Anneth kembali mengangguk dan menuruti perkataannya.
"Apa kamu sudah merasa baikan? " lalu kai bicara ketika anneth telah menyimpan kaleng itu di telinganya.
Kedua mata anneth membulat tidak percaya dia bisa mendengar suara kai dari dalam kaleng yang dia simpan ditelinganya.
"Aku sudah sehat " anneth bicara mengikuti seperti yang lakukan.
Setelah dia bisa menggunakannya kedua mata mereka bertemu dan saling memandang, tidak lama tawa mereka muncul tidak bicara apapun.
"Terima kasih kai " anneth kembali berucap, "ini telepon yang luar biasa bagus! "
"Itu hanya terbuat dari dua kaleng bekas saja " ucap kai, "karena kamu tidak boleh keluar rumah jadi aku membuatnya supaya bisa bicara denganmu "
"Kamu tidak ke pasar? " tanya anneth terheran, biasanya di jam segini dia sudah berada di pasar untuk menyemir sepatu.
Kai menjawabnya dengan senyuman dan gelengan kepala, ibu anneth muncul dan membawakannya segelas air minum dan cemilan di piring. Dia tidak bisa mengatakan pada anneth bahwa dia sengaja tidak menyemir sepatu hari ini agar bisa menemuinya, dia merasa yakin itu akan membuat anneth sedih.
"Kai, minuman dan makanannya ibu simpan disini ya,,, " dia menyimpannya di meja yang berada di teras rumahnya.
"Kamu pasti cape karena seharian tadi memanen singkong, kamu makan ini " ucapnya kembali, "ibu mau pergi ke warung sebentar, kamu bisa kan jaga anneth? "
"Iya, bu "
Kai kembali fokus pada anneth yang berdiri di atas kursi supaya dia bisa sampai di jendela kamarnya.
"Cepat minum airnya " anneth sangat tahu kai pasti kelelahan dan haus. Dia menjadi teman yang mengerti hanya dengan melihatnya saja.
Kai beranjak sebentar dari posisinya untuk meminum air yang disediakan untuknya, karena perjalanan yang jauh tadi membuat tenggorokannya kering.
Dia meminum beberapa teguk air dari gelas yang dia pegang sebelum kembali bicara dengan anneth, seharian mereka melemparkan candaan melalui telepon kaleng yang kai buat khusus untuk bicara dengan anneth hari ini...