•••
COME TO LIGHT
🍓🍓🍓
"Tolong yakinkan Aya, terutama hatinya. Kau tahu 'kan bagaimana seorang Jeno Lee itu?...
... kau sepupunya, pasti kau lebih banyak tahu daripada aku."
Perkataan Chanyeol beberapa jam lalu membuat Mark terus memikirkannya. Apa maksudnya? Memangnya ada apa dengan Jeno?
Mark berusaha untuk menepis pikiran - pikiran itu, hingga ia tak sengaja menuangkan banyak kuah ke dalam mangkuknya.
"Mark, kuahnya akan tumpah kalau kau terus menuangkannya!" seru Aya yang sedaritadi memerhatikan Mark melamun.
Terkesiap, Mark langsung meletakkan kembali sendok sayur ke tempatnya. "Oh geez! Ada apa denganku!"
"Apa yang kau pikirkan, Mark? Kulihat kau melamun daritadi," ucap Aya.
Menghela napas pelan, Mark menatap Aya. "Aku sedang memikirkan ucapan kakakmu, Ay."
"Chanyeol oppa? Ada apa dengannya?"
"Ah, tidak ada. Sudah lanjutkan saja makannya. Setelah ini, bagaimana kalau kita ke Crazy Caffee?"
Aya mengangguk sebagai jawabannya. Padahal ia masih penasaran dengan ucapan Mark barusan. Memangnya ada apa dengan kakaknya itu? Apa yang dibicarakan oleh Chanyeol pada Mark? Itulah pertanyaan yang memenuhi pikiran Aya saat ini.
Beberapa menit berlalu, Aya dan Mark telah selesai makan siang dalam diam. Tak ada obrolan yang biasa Mark lontarkan.
"Mark, menurutmu... Jeno itu seperti apa?" tanya Aya sedikit random. Sebab ia tak suka dengan suasana hening yang ada, walau ada suara musik klasik yang terdengar.
Mark diam sebentar. Ia tengah berpikir harus menjawab apa.
"Seperti yang kau pikirkan. Menurutmu, Jeno itu seperti apa?"
Bukannya menjawab, Mark malah balik bertanya. "Kenapa malah bertanya? Bukannya menjawab pertanyaanku."
"Ya aku sudah menjawab. Seperti yang kau pikirkan. Jadi, sekarang kau harus menjawab pertanyaanku."
"Ah, ya sudah aku akan menjawab. Seperti yang kau pikirkan, Mark," jawab Aya sambil tersenyum.
Mau tak mau Mark ikut tersenyum hingga matanya menyipit. "Kau mengikutiku. Itu curang namanya."
"Biarkan, yang penting aku sudah menjawab pertanyaanmu kan?"
"Baiklah kalau begitu. Memangnya kau tahu apa yang kupikirkan tentang Jeno?" tanya Mark.
Aya menggelengkan kepalanya pelan. "Aku tidak tahu."
"Jawabanku pun sama. Aku tidak tahu bagaimana seorang Jeno Lee itu. Aku hanya tahu, dia adalah sepupuku. Selebihnya kami tidak terlalu dekat. Jadi, kurasa kau lebih mengenal Jeno daripada aku."
"Hm... kau salah Mark. Bagiku, Jeno memang sahabat baikku. Tapi, sampai saat ini aku belum bisa memahami Jeno sepenuhnya. Dia sangat pandai menyembunyikan sesuatu. Berbeda denganku...
... aku selalu menceritakan semua masalahku padanya. Bukan hanya masalah, apa pun pasti aku ceritakan padanya. Tapi... tak pernah sekali pun Jeno menceritakan masalahnya padaku. Dia... pendengar yang baik. Dia tidak suka donat. Dia juga sangat suka tertawa sambil memejamkan matanya. Dia... akan sangat marah saat ada yang membuatku menangis." Tiba - tiba saja Aya merindukan Jeno.
Entah kenapa, akhir - akhir ini Aya merasa kalau Jeno seperti menjaga jarak dengannya. Apa ada yang salah? Mungkinkah Aya melakukan kesalahan hingga membuat Jeno marah?
"Kau tahu, Aya? Daritadi, kau terus membicarakan Jeno. Bahkan yang baru saja kau ceritakan itu, bukankah itu namanya kau memang lebih mengenal Jeno daripada aku? Hanya saja, kau tidak menaruh perhatian padanya selama ini."
Aya terdiam. Apa yang diucapkan Mark memang benar adanya. Selama ini, Aya tak pernah melihat ke arah sahabatnya itu. Sebab yang ia pikirkan hanya masalah dirinya sendiri.
"Aya... apa kau pernah menaruh perasaan pada Jeno? Walau hanya sedikit?" tanya Mark to the point.
Mengangguk ragu, Aya berkata, "aku... pernah menyukai Jeno lebih dari sahabat. Tapi itu dulu Mark... sebelum aku menyadari kalau Jeno tidak membalas perasaanku."
"Lalu, bagaimana kalau sekarang malah sebaliknya?"
"Maksudmu?"
"Ya, bagaimana kalau ternyata Jeno benar - benar menyukaimu? Ah, bahkan mencintaimu, Aya?"
Terkejut, Aya sampai menegakkan punggungnya. Ia tak pernah berpikir sampai sejauh itu. Ia hanya tahu kalau dirinya lah yang diam - diam mencintai Jeno, dulu.
"Apa kau akan membalasnya? Bukankah kau pernah menyukainya juga?" Mark lagi - lagi bertanya dan membuat Aya kebingungan.
Menelan saliva dengan kasar, Aya meraih gelas dan meneguk air mineral yang tersedia di atas meja makan restoran tersebut. Lalu menjawab ucapan Mark.
"Sekarang, perasaan itu sudah berbeda Mark. Aku juga tidak tahu mengapa. Intinya... Jeno adalah sahabatku, tidak lebih."
Mark mengangguk mengerti. "Kalau memang itu yang kau rasakan. Lebih baik, kau akhiri sandiwara yang kau buat dengan Jeno. Jangan membuat Jeno berharap lebih padamu, Aya."
"Kau benar Mark. Aku akan mengakhiri semuanya dengan Jeno." Tanpa berpikir panjang, Aya memantapkan hatinya untuk menyelesaikan apa yang sudah dia mulai dengan Jeno.
Akhirnya, Mark bisa bernapas lega. Setidaknya amanat yang diberikan Chanyeol sudah ia laksanakan. Ya, Chanyeol meminta tolong pada Mark agar Aya mengakhiri hubungan palsunya dengan Jeno.
Namun, semua sudah terlambat. Jeno mulai mecintai Aya. Ah, bukan. Jeno sudah mengubah cintanya dengan Aya menjadi obsesi.
Why?
Sebab, saat ini Jeno dan Taeyong tengah berada di ruangan Jaehyun. Mereka berdua sedang mengendap - endap untuk mencuri resep turun menurun yang sudah di wariskan pada Jaehyun.
Semua demi obsesi yang dimiliki Jeno pada Aya. Atas hasutan dari Taeyong, Jeno mulai berubah. Jeno yang dulu, sebelum mengenal Aya mulai kembali. Jeno dengan kepribadian yang lain mencuat ke permukaan.
🍓🍓🍓
"Appa, maaf aku harus ke restoran sekarang. Baru saja Johnny mengirimiku pesan singkat, ada sesuatu yang ingin dia bicarakan padaku."
Jaehyun dengan terburu - buru menyelesaikan makan siangnya. Membuat Yunho dan Seohyun menyerngitkan dahi karena bingung melihat putranya itu.
"Habiskan dulu makananmu, Jae," ucap sang Ibu --Seohyun.
"Maaf eomma, aku sudah selesai. Kalau begitu aku akan pergi sekarang. Habiskan makan siang appa dan eomma tanpa aku ya," sahut Jaehyun sambil beranjak dari duduknya.
"Hey 'nak. Tunggu, kau kenapa? Wajahmu sangat khawatir begitu," ucap Yunho.
"Aku tidak bisa menjelaskannya sekarang. Aku pergi."
Jaehyun langsung berlari menuju kamarnya dan menyambar kunci mobil yang ada di atas kasur. Tanpa menunggu lama, Jaehyun langsung bergegas menuju La Bosseade.
Sepuluh menit lalu, Johnny mengirim pesan singkat ke Jaehyun. Yang berisi, bahwa Johnny mendengar percakapan Jeno dan Taeyong.
"Di mana mereka John?" tanya Jaehyun pada Johnny setibanya di La Bosseade.
Bahkan Jaehyun melewati meja makan VIP yang otomatis Aya dan Mark melihat laki - laki itu tengah berjalan terburu - buru.
Johnny membisikkan sesuatu pada Jaehyun.
"Jangan gegabah dulu Jae —"
Belum juga Johnny selesai bicara, Jaehyun sudah melangkahkan kakinya lebih dulu ke ruangannya. Dengan rasa penasaran yang teramat, Jaehyun tergesa - gesa ingin menangkap basah saudaranya itu. Ya, Lee Taeyong ... anak angkat Ayah dan Ibu Jaehyun.
"Astaga Jaehyun!" pekik Johnny sambil mengacak rambutnya kasar. Ia pun menyusul langkah Jaehyun.
Sedangkan di sisi lain. Mark dan Aya dibuat bingung dengan sikap Jaehyun yang mengabaikan kehadiran mereka berdua.
"Mark, tadi itu Jaehyun kan?" tanya Aya.
Mark mengangguk. "Apa dia tidak melihat kita?"
"Masa iya Mark? Jelas - jelas dia lewat di hadapan kita. Apa dia mengabaikanku?"
"Tidak mungkin Aya. Atau jangan - jangan, Jaehyun sedang terburu - buru jadi ia tak menyadari ada kita tadi."
"Mungkin saja Mark. Ya sudah, ayo pulang."
"Secepat ini?"
Aya menganggung. "Aku harus ke kantor dan menyelesaikan proposalku, Mark."
"Augh! Aku sangat kesal bila mengingat bagaimana proposal yang kubuat di tolak mentah - mentah oleh atasanku!"
Mark dan Aya tengah berjalan menuju parkiran. Entah mengapa, Mark suka saat Aya mulai bercerita sambil mengubah - ubah ekspresi wajahnya. Apalagi seperti sekarang. Bibir yang mengerucut dan kerutan di dahi, juga ocehan yang tak ada hentinya, membuat Mark gemas pada gadis itu.
Hingga tak sadar, Mark tersenyum melihat Aya yang terus mengoceh. Berjalan bersisian dengan Aya sangat menyenangkan, menurut Mark.
"... Mark!" seru Aya tiba - tiba.
Mark berhenti melangkah dan menyerngitkan dahi. Sebab daritadi Mark hanya memerhatikan Aya tanpa mendengarkan ocehannya.
"Apa?"
"Bagaimana kalau kau saja yang menjadi modelnya? Mungkin aku akan beruntung? Kau mau kan Mark?"
"Hah?" Mark melongo tak mengerti.
"Apa yang kalian lakukan di ruanganku?!" sentak Jaehyun saat menemukan Taeyong dan Jeno di ruangannya.
🍓🍓🍓