Baixar aplicativo
44.44% Love Chef | Jung Jaehyun / Chapter 12: Losing Start (2)

Capítulo 12: Losing Start (2)

•-----•

Meet (again)

•-----•

"Ah, tadi Jaehyun meneleponmu. Kau diminta segera membantunya di kitchen." Aya baru mengingat bahwa beberapa menit lalu ada pesan untuk sahabatnya itu —ah, ralat. Kekasih baru sepuluh menitanya itu —Lee Jeno.

Astaga, apa yang sudah Aya pikirkan sampai - sampai menerima tantangan dari Jeno untuk menjadi kekasihnya. Satu hal yang harus Aya ingat, sebelum mengenal Mingyu, ia sempat menyukai Jeno; sahabatnya sendiri.

Lantas sekarang? Aya menjadi kekasih dadakannya Jeno. Akankah rasa yang dulu Aya pendam, akan muncul kembali ke permuakaan? Bagaimana dengan Jaehyun dan Mingyu yang menyepakati sesuatu?

Entahlah...

Terlihat Jeno menyambar ponselnya yang sedari tadi tergeletak di atas meja. "Kenapa tidak bilang dari tadi? Aku harus segera kembali kalau begitu. Kau akan makan malam di restoran La Bosseade atau bagaimana?"

"Aku belum tahu. Nanti akan kuhubungi. Sudah sana kembali bekerja," sahut Aya lalu menyedot minuman yang ada di genggamannya.

Jeno mengangguk sembari menyapu sisa cokelat yang ada di ujung bibir Aya. "Makannya jangan seperti anak kecil. Ya sudah aku pergi. Sampai jumpa nanti," ucapnya.

Meninggalkan Aya yang masih mematung akibat perlakukan spontan dari Jeno yang menyentuh bibirnya. Bahkan gadis itu mengulangi perbuatan Jeno sambil tersenyum simpul.

"Ya, hati - hati doneus!" sahut Aya lantang, walau Jeno tak dengar karena ia sudah berlalu pergi.

"Tapi, kenapa ekspresi Jeno biasa saja saat aku sudah menyanggupi tantangannya? Atau seharusnya kutolak? Ah, molla!" gumam Aya.

Aya, gadis itu meraih tasnya dan beberapa berkas yang ada di atas meja, lalu beranjak dari tempatnya menuju halte bus yang tak jauh dari minimarket tersebut.

Tak ada hujan, bahkan tak ada badai... tiba - tiba ada suara klakson mobil tepat di belakang Aya. Otomatis gadis itu terkesiap dan siap untuk mengomel.

Namun, omelan itu terasangkut saat Aya menoleh dan mendapati pelaku yang membunyikan klakson. Ternyata, Mingyu. Kim Mingyu mantan terindah Aya. Ah bukan, mantan saja.

Dengan gerakan cepat, Aya memutar kembali tubuhnya dan mengambil langkah lebar bahkan seperti setengah berlari. Ia tak menghiraukan Mingyu yang meneriakkan namanya.

"AYA PARK! TUNGGU!" teriak Mingyu yang sudah turun dari mobil. Bahkan laki - laki itu mengejar Aya.

Langkah kaki jenjang milik Mingyu, berhasil menyusul langkah Aya yang semakin menipis. Mingyu mencekal pergelangan tangan gadis itu hingga membuatnya berhenti.

Dengan tegas Aya menghentakkan tangannya dan terlepas dari genggaman Mingyu. "Apa maumu?!" tanya Aya ketus.

Terlihat Mingyu yang menatap Aya sendu. "Maafkan aku..." sahutnya lirih.

O, astaga! Inilah kelemahan Aya. Ia tak tahan melihat seseorang memasang wajah memelas di depannya. Kini gadis itu menjadi serba salah.

Aya mendesah pelan. "Tidak ada yang perlu dibicarakan lagi Gyu. Aku sudah memaafkanmu. Maafkan aku juga atas kejadian semalam. Aku —"

"Ya, aku tahu. Semalam kau dibawah pengaruh alkhohol. Aku tahu kalau kau tak kuat minum lebih dari dua gelas," potong Mingyu.

Lihat? Kim Mingyu masih sangat mengingat kebiasaan Aya Park seperti biasa. Bukankah itu tandanya ia masih sering memikirkan Aya? Lantas, kenapa ia harus mengakhiri hubungan dengan gadis itu?

Aya mengangguk pelan. Suasa menjadi canggung padahal disekitar mereka —Aya dan Mingyu cukup ramai. Di tepi jalan, Mingyu menghentikan langkah Aya yang ingin menghindarinya.

"Bisakah kita mengobrol sebentar? Ada yang perlu aku bicarakan," ucap Mingyu menepis kecanggungan yang ada.

"Mengobrol? Membicarakan apa? Haruskah aku menurutinya?" batin Aya.

Sejujurnya, Aya sangat ingin tahu alasan kenapa Mingyu memutuskan hubungan yang sebelumnya tidak ada masalah. Keputusan yang sangat tiba - tiba itu membuat Aya berpikir banyak. Apakah Mingyu hanya mempermainkannya atau memang ada alasan lain kenapa laki - laki itu sampai tega terhadapnya.

Namun, lagi - lagi rasa gengsi dan egonya lebih besar dari rasa penasaran yang ia rasakan. Aya, keras kepala!

"Kurasa aku sudah bilang padamu tadi. Sudah tidak ada yang pelu dibicarakan lagi. Aku permisi kalau begitu," sahut Aya. Lalu memutar tubuhnya dan melanjutkan langkahnya menuju halte bus.

Saat ini Aya butuh ketenangan. Ia akan mengikuti kata hatinya yang akan membawanya entah ke mana.

Sedangkan Mingyu, laki - laki itu hanya diam di tempatnya sambil memerhatikan punggung Aya yang semakin jauh. Tak ada hak, untuk Mingyu menghentikan Aya. Jadi, ia menyerahkan semuanya pada waktu dan takdir.

"Kuharap kau bahagia, Aya. Itu inginku sebagai seseorang yang teramat mencintaimu sampai detik ini," gumam Mingyu.

Laki - laki berkulit tan itu kembali ke mobilnya dan berlalu dari sana. Meninggalkan moment yang akan tersimpan di tempat itu dan jalanan serta bangunan yang akan menjadi saksi bisu antara Aya dan Mingyu —untuk pertama kalinya mereka bicara langsung setelah perpisahan waktu itu.

•-----•

Jaehyun; executive chef yang baru selesai membuat hidangan makan malam untuk hari ini, tengah memandangi hasil seni (masakan) yang ada di atas meja function order.

"Nakji bokkeum; olahan gurita dengan saus pedas. Melihatnya saja membuatku merasa lapar chef," ucap Taeyong yang berdiri tepat di samping Jaehyun.

Chef tampan bak kartun dalam komik itu sedari tadi tak melepaskan pandangannya dari hidangan nakji bokkeum yang ada di atas meja. Mungkin air liurnya sudah menetes kalau saja tak ia tahan.

Jaehyun terkekeh. "Kau bisa mencicipinya chef. Sudah kusiapkan di pantry. Setelah dinner time, kau bisa menyantapnya," sahutnya.

"Woah deabakk! Gomapta chef!" seru Taeyong kegirangan. Chef satu ini benar - benar luar biasa soal kuliner. Ia sangat suka dengan makan. Padahal masakannya sendiri sangat lezat tapi selalu ingin makan masakan orang lain. Rasanya berbeda —menurutnya.

Sedang di sisi lain, Jeno tengah khawatir sebab telepon dan pesan singkatnya tak dibalas oleh Aya —kekasihnya.

Firefly

Kau di mana? |

Jadi makan malam di sini? |

Aku membuatkanmu gurita pedas... |

"Kau di mana firefly! Astaga membuatku panik saja!" monolognya sambil mengusak rambutnya kasar.

Jeno sangat ingin berlari menghampiri Aya saat ini juga. Ia sudah paham, kalau gadis itu tak ada kabarnya hanya ada dua kemungkinan. Pertama, karena tidur terlalu nyenyak dan kedua, karena ingin menenangkan diri.

Saat ini Jeno sudah memutuskan pada opsi kedua, bahwa Aya sedang ingin sendiri dan tak mau diganggu. Tapi, apa penyebabnya? Ini tak bisa dibiarkan, pikir Jeno.

"Haruskah aku izin keluar sekarang? Tapi, dinner time baru saja dimulai. Restoran sangat ramai, ck bagaimana ini!" gumamnya sambil mondar - mandir di depan kitchen.

Jaehyun baru saja keluar dari ruangan function order, mengernyitkan dahinya melihat Jeno yang tampak sangat khawatir. Terlihat dari kerutan di dahinya, juga langkahnya yang tak beraturan —mondar - mandir.

"Ada apa chef Jeno?" tanya Jaehyun. Bahkan Jeno tak menyadari kalau Jaehyun menghampirinya.

Jeno sedikit terkesiap. "Ah, chef. Tidak ada apa - apa," sahutnya sedikit ragu.

"Ya sudah, kalau begitu kau bisa tolong gantikan aku? Shiftku sudah habis dan aku akan siap - siap untuk pulang," sahut Jaehyun sambil menepuk pelan pundak Jeno.

Tanpa menunggu jawaban dari Jeno, Jaehyun langsung melangkahkan kakinya. Tapi, sebelum jauh tiba - tiba Jeno menyerukan namanya.

"Tunggu chef Jung."

"Ada apa?" tanya Jaehyun setelah menoleh.

Jeno menghampiri Jaehyun dan berkata, "bolehkah aku minta tolong padamu? Kau mengenal Aya bukan? Dia tak bisa kuhubungi, aku hanya khawatir. Rumahmu tak jauh dari taman dekat sungai Han 'kan? Kalau kau —"

"Ada apa dengannya? Nanti biar aku yang akan mencarinya. Kau tidak perlu khawatir." Jaehyun memotong ucapan Jeno dan langsung bergerak cepat. Bahkan ia tak sadar apa yang telah ia lakukan.

Sedangkan Jeno malah melongo dengan tindakan Jaehyun yang tak kalah khawatirnya itu. Ada apa dengan Jaehyun, pikir Jeno.

"Boleh aku minta nomor ponsel Aya? Siapa tahu bisa tersambung saat aku hubungi nanti?" tanya Jaehyun sambil mengeluarkan ponselnya dari saku celana.

Dengan gerakan lambat, Jeno mengangguk dan menyebutkan nomor ponsel Aya. Sampai saat ini ia masih tak paham kenapa atasannya begitu mengkhawatirkan Aya.

Apakah Jaehyun menaruh hati pada Aya? Lalu, tantangan soal menjadi kekasihnya bagaimana? Oh, Jeno rasa ini salah! Tak seharusnya ia menyetujui untuk menjadi kekasih Aya. Bagaimana kalau ini bisa jadi salah paham?

Eh? Kenapa jadi berpikir begitu? Kenapa juga Jeno harus memikirkan perasaan orang lain? Tak apa bukan kalau sekali saja Jeno egois?

Setelah mendapatkan nomor ponsel Aya, Jaehyun segera bergegas ke ruangannya untuk mengambil kunci mobil.

Meninggalkan Jeno yang penuh tanda tanya, tentang sikap Jaehyun dan juga perihal kesepakatannya dengan Aya. Ah, jangan lupakan kekhawatiran Jeno pada kekasihnya itu —Aya.

•-----•


Load failed, please RETRY

Status de energia semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Pedra de Poder

Capítulos de desbloqueio em lote

Índice

Opções de exibição

Fundo

Fonte

Tamanho

Comentários do capítulo

Escreva uma avaliação Status de leitura: C12
Falha ao postar. Tente novamente
  • Qualidade de Escrita
  • Estabilidade das atualizações
  • Desenvolvimento de Histórias
  • Design de Personagens
  • Antecedentes do mundo

O escore total 0.0

Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
Vote com Power Stone
Rank NO.-- Ranking de Potência
Stone -- Pedra de Poder
Denunciar conteúdo impróprio
Dica de erro

Denunciar abuso

Comentários do parágrafo

Login