Unedited
Unedited
Paradise adalah kelab malam tempat biasa Alex, Zak dan Rafael berkumpul. Tempatnya sesuai dengan namanya. Paradise. Surga. Bukan surga di atas ya, surga di bumi. Alex menyipitkan mata begitu masuk ke dalam kelab. Matanya sibuk mencari sosok Zakari dan Rafael.
Pandangannya tiba-tiba berhenti pada sosok pria yang kini sedang tersenyum lebar ke arahnya sembari melambaikan kedua tangannya. Dengan kakinya yang panjang, Alex berjalan menuju ke tempat Zak dan Rafael duduk.
"Yo, Alex my bro.." sapa Zak berdiri dari tempat duduknya dan memberikan Alex pelukan.
Rafael yang melihat kedatangan sahabatnya itu lantas ikut berdiri dan menyapa Alex.
"Lo kenapa, Raf?" tanya Alex dengan penampilan Rafael kini.
Rafael kelihatan begitu berantakan. Rambutnya acak-acakan. Matanya hitam berkantung. Kumisnya yang mulai tumbuh bahkan tidak dia cukur. Penampilannya saat ini sangat berbeda dengan penampilanya sehari-hari yang selalu modis dan rapi.
Rafael menyibak rambutnya yang mulai panjang dan berkata, "Hanya masalah kecil, Lex." Rafael kemudia mengambil tempat duduk di sebelah Alex.
Dari penampilan Rafael, Alex yakin bahwa temannya itu sedang berbohong.
"Seorang Rafael Daniswara pemimpin perusahan Daniswara Corp yang sangat dikagumi dan dihormati oleh semua karyawannya gak akan keliatan kayak begini kalo itu cuma masalah kecil doang." tantang Zak dari tempat duduknya.
Rafael menatap Zak lekat kemudian mulai memijat pelipisnya. Rafa bukan tipe orang yang hanya karena masalah kecil penampilannya bisa berubah 180 derajat seperti ini. Di antara mereka bertiga, sifat Rafael terbilang yang paling dewasa. Sikap dan prilakunya yang bersahabat membuat Rafael banyak dikagumi dan dihormati para pebisnis.
Zakari dan Alex tahu bahwa ada sesuatu yang mengganggu pikiran sahabat mereka itu. Namum mereka berdua juga mengerti jika Rafael belum siap menceritakannya sekarang. Alex dan Zak tidak akan memaksa Rafael.
"Lo gak perlu cerita sekarang, Raf. Kalo lo udah siap cerita, kita berdua siap dengerin elo. Kalo lo enggak mau cerita, kita berdua juga gak akan maksa elo." ujar Alex mencoba memahami keadaan Rafa.
Zak yang duduk di samping kanan Rafa, ikut menganggukan kepalanya setuju dengan perkataan Alex."Bener kata Alex, Raf."
Rafael tersenyum lemah dan berucap, "Thanks bro,"
Suasana kelam yang tercipta diantara mereka bertiga membuat Zak tidak tahan dan akhirnya memutuskan untuk melalukan sesuatu. Sambil memegang gelas yang berisi tequila di tangan kanannya, Zak berdiri.
"Gentlemans, kita lagi di Paradise. Tempatnya untuk senang-senang. Kalian gak liat apa, setiap wanita yang ada disini natap kita kayak kita ini makanan lezat? Jadi, angkat dagu kalian. Senyum. Kedipkan mata and let's hunting." ucapnya tersenyum puas lantas berjalan meninggalkan Alex dan Rafael sendirian.
Rafael dan Alex hanya bisa menggelengkan kepala mereka berdua saat melihat Zak berjalan ke arah tempat duduk sekelompok wanita yang sedang asyik mengobrol.
Ya, kalau sifat Alex digambarkan sebagai sosok yang dingin dan tegas, sifat Zak adalah kebalikannya.
Terkadang Zak bersikap seperti anak kecil. Berisik, ceria dan tanpa beban. Akan tetapi, meski sikapnya agak kekanak-kanakan, otaknya itu jangan pernah diragukan.
Di antara mereka bertiga, Zakari memiliki IQ-nya yang paling tinggi. Dan hal itu tidak dia sia-siakan. Sesuatu yang belum bisa dilakukan Alex dan Rafael sudah dilakukan Zak. Cabang perusahan Zak kini bukan hanya berada di dalam negeri saja. Keluarganya berhasil membuka cabang perusahan mereka di negara tetangga. Dan itu semua karena ide dan saran-saran dari Zak.
Dari tempat Alex dan Rafael duduk, mereka berdua bisa merasakan semua tatapan yang diberikan orang kepada mereka. Tatapan panas dan menggoda dari para wanita dan tatapan ingin membunuh dari para pria. Oh, hal ini sudah biasa mereka alami. Dan mereka sama sekali tidak memerdulikannya.
Alex lantas menebarkan pandangannya ke seluruh penjuruh ruangan. Matanya tiba-tiba bertemu dengan mata wanita cantik yang saat ini sedang duduk di pojokan sembari menyesap minumannya. Alex mengedipkan matanya ke arah wanita itu. Dan wanita itu juga membalasnya dengan kedipan mata yang tak kalah lebih sexy.
Sangat gampang bukan.
Entah kenapa pikiran Alex kembali ke kejadian tadi siang. Peristiwa dimana sekretarisnya itu mengatakan kalau Alex tidak termasuk ke dalam tipe pria idaman wanita.
Sialan.
Alex masih kesal jika mengingat kejadian itu. Ia tidak percaya saja kenapa dirinya tidak masuk ke dalam tipe pria yang disukai wanita itu.
Dia menyalahkan kacamata tebal yang selalu digunakan Delilah sebagai penyebab dirinya tidak masuk ke dalam pria ideal sekretarisnya itu.
Alex tersenyum miris.
Semoga kalian suka :)
Komen dan votenya jangan lupa guys.