Matahari terbit dengan cerah, menyinari daratan dengan terang tanpa satu pun mendung yang menutupi. Di dalam istana Keluarga Kerajaan Felixia, Dart berjalan dengan tergesa-gesa menuju ruang kerja Raja Gaiel. Menggenggam kencang kertas perkamen di tangan kanan, Kepala Keluarga Luke tersebut terlihat cemas.
"Gaiel! Apa maksudnya ini?!" ucap Dart seraya membuka pintu ruang kerja sang Raja. Beberapa penjaga yang ada tidak bisa menghentikan pria itu masuk, rasa cemas yang ada dalam benaknya membuat Dart terus melangkah menuju Raja Gaiel yang duduk di meja kerjanya.
Dart membanting perkamen di tangannya ke atas meja. "Laporan ini ... apa maksudnya? Bukannya Aliran Sesat sudah hancur saat tragedi di Kota Gahon itu?!" Menatap tajam, pria itu benar-benar meminta penjelasan dari sang Raja dengan rasa cemas.
Raja Gaiel mengangkat tangan kanannya dan meminta para penjaga pergi dari ruangan, meninggalkannya bersama dengan Dart untuk melakukan pembicaraan penting.
"Seperti yang tertulis di laporan itu .... Mereka ... masih aktif. Lebih tepatnya ..., mereka aktif kembali. Di kerajaan Moloia, terjadi pemanggilan iblis .... Memang tidak sekala besar seperti di Kekaisaran, tapi tetap saja itu menjadi tanda me—"
"Bukan itu yang aku tanya!" sela Dart. "Bukannya mereka ... anak-anak Korwa itu sudah mati semua? Siapa lagi yang melakukan ritual pemanggilan iblis seperti itu!?"
Raja Gaiel terdiam. Ia memalingkan wajah dengan rasa sedikit cemas. Bangun dari tempat duduk, lalu berjalan menghadap sahabatnya, Raja Gaiel memegang pundak Dart. "Ini belum berakhir ..., mereka masih ada," tegas Raja.
Wajah Dart langsung terlihat sangat kesal, perasaan amarah dan frustrasi mengisi benaknya saat paham semua tragedi yang dikira telah berakhir ternyata masih berlanjut. "Kalau seperti ini ..., untuk apa perempuan itu mati .... Kenapa semuanya tak berakhir juga? Hal seperti ini ...," gumam Dart penuh rasa kesal.
"Dart ..., pihak Konferensi tidak akan mengusik kehidupanmu lagi .... Engkau sudah memutuskan pensiun bersama Penyihir Cahaya, masalah ini biar pihak kami yang mengurusnya."
Mengangkat tangan dari pundak Dart, Raja Gaiel mengambil kertas perkamen dari tumpukan dokumen di atas meja. Menyerahkannya kepada Dart, seketika sahabatnya itu terkejut setelah membaca isinya.
"Apa ini ... tujuan utama mereka adalah memanggil Unsur Hitam? Apa itu ...? Apa semacam Iblis saat perang di Lembah Gersang?" tanya Dart. Ia meletakkan kertas perkamen ke atas meja, lalu menatap Raja Gaiel dengan tajam.
"Bukan ..., Unsur Hitam bukanlah iblis .... Dengan ini baik-baik, sahabatku .... Pertama, anak-anak Korwa itu masih ada yang hidup, Aliran Sesat yang sekarang bergerak juga dipimpin salah satu dari mereka ...."
Dart terbelalak mendengar itu. Dirinya samar-samar sadar kalau seribu bersaudara itu adalah jumlah yang banyak, tetapi dalam kekacauan di kota Gahon setahunya semua Korwa sudah mati bersama musnahnya monster iblis yang dipanggil.
"Apa itu benar? Apa kalian sudah memastikannya?"
"Sudah," ucap Raja Gaiel sambil mengambil kertas perkamen lain dari atas meja. Menerima kertas laporan itu dari Gaiel dan membacanya, Dart benar-benar memastikannya. Karakteristik dari para Korwa sangat mirip satu sama lain, dalam kertas deskripsi yang ada tertera secara rinci dan bahkan sketsa wajah jelas sangat mirip dengan para Korwa yang Dart tahu.
"Dia benar-benar Korwa ...." Dart meletakkan kertas perkamen ke atas meja, menunduk dan pasrah menerima kenyataan.
"Dart, tenang dan dengar penjelasanku ini .... Hal yang tidak bisa dipercaya bukan hanya itu saja." Raja Gaiel berjalan ke depan mejanya kembali, lalu duduk. Menatap pria di hadapan, Ia berkata, "Dari penelitian yang dilakukan oleh para penyihir di Kota Miquator, tujuan utama mereka bukanlah memanggil Raja Iblis yang tersegel atau semacamnya, tetapi membawa Unsur Hitam itu ke dunia ini ...."
"Unsur Hitam apa? Kalau itu bukan iblis, terus apa? Memangnya apa yang ingin mereka bawa ke dunia ini?"
"Itu ... adalah seorang Penghakim ..., sosok yang akan membawa dunia ke zaman yang baru ...."
Dart terdiam mendengar perkataan itu, wajah kesalnya berubah menjadi bingung. "Apa maksudnya?" tanya Dart seraya meletakkan kedua telapak tangan ke atas meja.
"Menurut Catatan Dunia yang dimiliki Penyihir Agung ..., Unsur Hitam itu bukanlah hal yang bersifat jahat atau baik. Itu ... adalah kemutlakan."
"Apa yang kau katakan! Jelakan supaya aku paham! Jangan berbelit ...."
Raja Gaiel menelan ludah dengan berat. Menatap dengan rasa takut, Ia berkata, "Itu adalah unsur yang diperebutkan oleh para Iblis dan Dewa ... saat Perang Kuno ribuan tahun yang lalu ...."
Dart langsung terbelalak mendengar ucapan Raja Gaiel, ia tidak percaya dengan apa yang didengar. Setiap orang tahu tentang Perang Kuno, tetapi itu hanya sebagai dongeng atau legenda yang sering diceritakan pada anak-anak sebelum tidur. Sebuah peperangan dahsyat yang mencangkup segala ras, tempat, dan dimensi, memusnahkan puluhan peradaban dan ribuan kota.
"A-Apa yang kau katakan? Kenapa bisa perang ribuan tahun yang lalu seperti itu bisa ada kaitannya .... Lagi pula, bukannya Perang Kuno dikatakan terjadi karena memperebutkan tahta tertinggi para makhluk hidup? Itu ... hanya legenda ... Hanya sebuah dongeng!"
"Memang ..., itu hanya sebuah dongeng yang diketahui semua orang di benua Michigan ini. Tetapi, kenyataannya tidak seperti itu .... Tahta, apa kau tidak berpikir kalau tahta itu sebelum diperebutkan sudah pernah diduduki seseorang?"
Dart langsung tahu apa yang ingin disampaikan Raja Gaiel. Wajah pria itu memucat, penuh rasa takut membayangkan apa yang akan datang ke dunia mengingat para iblis saja sudah sangat mengerikan dan membawa kehancuran dahsyat saat menginjakkan kaki di dunia nyata.
"Engkau tak perlu cemas .... Unsur Hitam itu masih spekulasi dari Penyihir Agung saja. Fakta kalau hal mengerikan seperti itu akan datang masih belum pasti ...."
"Belum pasti?" Dart mengangkat wajah dan melihat sahabatnya dengan tatapan datar.
"Ya ..., kau tenang saja dan lakukan kewajibanmu sebagai Tuan Tanah di wilayahmu. Besok sudah mau pulang, bukan?" Raja Gaiel tersenyum simpul. Melihat itu, Dart paham kalau senyuman itu terlihat terpaksa untuk menyembunyikan rasa takutnya.
Mempertimbangkan keputusan Raja Gaiel, Dart tidak membahas masalah itu lebih lanjut. Menarik napas dalam-dalam dan menenangkan diri, pria berkucir itu berkata, "Kalau masalah soal pernikahanmu dengan Putri Maharaja itu bagaimana?" Pertanyaan itu terucap untuk mengubah suasana tegang dalam ruangan.
"Ah ..., kalau itu .... Sepertinya sudah diputuskan akan dilakukan tahun depan. Maharaja sudah jatuh sakit, ia tidak bisa datang kemarin .... Kalau aku menolak tawaran itu, bisa-bisa perang 100% terjadi ...."
"Dalia ... apa dia marah?" tanya Dart ragu.
"Tidak ..., dia sudah memakluminya. Masalahnya sekarang ... adalah tradisi ...."
"Tradisi?"
"Aku harus memiliki anak dengan Putri Kerajaan Ungea itu dulu sebelum memiliki keturunan dari Dalia, itu tradisi mereka. Selir harus memiliki anak sebelum permasyhuri kalau di antara pasangan Raja belum melahirkan penerusnya .... Yah, soal pewaris Kerajaan Felixia sudah pasti adalah anak yang kelak lahir dari Dalia, tapi tetap saja mereka sepertinya tidak ada niat mengalah soal tradisi semacam itu ...."
Suasana sesaat menjadi senyap dan canggung. Dart terdiam dalam rasa aneh pada benaknya. Ia memalingkan wajah dan berkata, "Salah sendiri ...."
"Itu benar!! Itu salahku sendiri! Kalau tahu seperti ini, sebaiknya aku buat anak dulu dengan Dalia!! AKHH!! Sialan! Tradisi apa juga sih yang dimiliki Maharaja itu!?"
Pada momen itu, Dart benar-benar terjebak di ruangan dan harus mendengarkan keluhan sang Raja Jenius itu. Lebih dari dua jam, Dart mendapat ocehan yang tidak ada habisnya dari Raja yang malah terlihat seperti orang tua yang melepas stres di bar pinggir kota.
Kabur dari Raja Gaiel, Dart segera menuju ke kamar Mavis untuk menyiapkan barang-barang yang akan dibawa ke wilayah yang sudah lama pria itu tinggal. Perjalanan mereka akan berlangsung besok nanti, dengan tujuan akhir wilayah Bangsawan Luke, Kerajaan Felixia. Dalam persiapan perjalanan itu, Mavis dan Dart mendapat beberapa bantuan bekal dari pihak kerajaan sebagai tanda penghormatan.
««»»
Pada hari berikutnya Mavis, Dart, Fiola, dan Julia telah siap berangkat dengan barang-barang mereka. Mereka dibekali dua ekor Drake, kereta kayu, dan beberapa gerobak berisi penuh barang-barang yang diberikan oleh pihak kerajaan.
Menaiki kereta yang ditarik dua ekor Drake, mereka berangkat menuju wilayah Luke di pojok Kerajaan Felixia sebelum matahari terbit.
Pada gerobak yang ada di belakang kereta kayu, mereka juga membawa beberapa barang tambahan seperti tumpukan buku dan kristal sihir pemberian dari Penyihir Agung. Buku dan kristal itu tidak diberikan langsung oleh Penyihir Agung, tetapi dititipkan oleh perwakilan penyihir di istana Keluarga Kerajaan.
Duduk di kursi kusir dan mengemudi Drake, Dart merasa seperti pasangan pengantin yang baru saja pindah dari rumah mertua mereka mengingat semua barang-barang yang dibawa. Dalam perjalanan, mereka tidak mendapat masalah dan malah menjadi hal yang menyenangkan.
Saat mampir di desa atau kota untuk beristirahat, Sang Ahli Pedang dan Penyihir Cahaya disambut dengan ramah oleh para penduduk. Nama baik dan pencapaian yang dilakukan Party Pembasmi Iblis tidak terasa sangat berpengaruh sangat luas, memberikan kesan positif hampir pada seluruh penduduk Kerajaan Felixia.
Hari demi hari berlalu dalam perjalanan, dan pada akhirnya mereka sampai di Mansion yang penuh dengan kenangan masa kecil Dart. Sampai di depan gerbang utama, pria itu memarkir keretanya di luar.
Ia turun dari kursi kusir, lalu berjalan ke arah kereta untuk membantu Mavis turun. Mengulurkan tangan, Ia bagaikan seorang pangeran yang menyambut kedatangan Tuan Putri. Menggandeng Mavis, mereka berjalan ke arah Mansion yang terlihat sepi tersebut. Julia dan Fiola mengikuti di belakang, melangkahkan kaki menuju ke tempat yang akan mereka sebut rumah itu.
Saat hendak membuka gerbang utama, terlihat seorang pria berambut cokelat berdiri di halaman Mansion. Pria berambut klimis itu adalah Kepala Keluarga Rein, Thomas Rein. Menatap ramah Dart, Ia membungkuk hormat seraya berkata, "Selamat datang di wilayah anda, Marquess Luke ...." Semua yang orang bersembunyi mulai keluar, membuka gerbang utama dan mempersilakan masuk Dart dan Mavis.
"Thomas ...." Tatapan Dart terlihat bingung. Dirinya datang ke wilayahnya sendiri dengan siap mendapat omelan dari Kepala Keluarga Rein tersebut karena telah menelantarkan wilayah selama beberapa tahun. Tetapi saat malah mendapat sambutan ramah dari mereka, Dart mulai terlihat sedikit gugup.
"Engkau tak perlu was-was seperti itu, Tuan Luke .... Saya tidak akan memarahi anda atau semacamnya, saya tahu anda sudah melakukan kewajiban penting untuk negeri ini .... Sebuah kehormatan bisa menjaga Wilayah Luke ini selama anda pergi ...."
Dart benar-benar tidak mengira itu, apa yang telah dilakukannya selama beberapa tahun terakhir berdampak lebih besar dari yang dikira. Dart sama sekali tidak berpikir untuk mencari kehormatan atau reputasi saat membantai para iblis dan menyelamatkan orang-orang, hanya rasa kewajiban yang ada dalam benak pria itu saat melakukan semua hal tersebut.
Mendapat hasil yang ada sekarang, terasa dalam benak kebanggaan yang membuat matanya berseri. Melihat wajah suaminya, Mavis tersenyum senang karena bisa menemukan sisi lain dari pasangan hidupnya.
"Kalau begitu, Tuan Dart .... Kita harus segera mengurus masalah-masalah wilayah ini yang masih tersisa! Anda sudah siap, bukan?" ucap Thomas.
Perkataan itu langsung membuat wajah Dart berubah pucat. Rasa senang dalam benak pecah seperti sebuah kaca yang rapuh. Menarik napas dalam-dalam dan menenangkan diri, Dart menjawab, "Ya! Tentu saja!" Meski itu terkesan terpaksa, tetapi memang jelas ada niat menghadapi tanggung jawab yang sudah lama ditinggalkan.
Dart dan Thomas langsung masuk ke dalam Mansion untuk mengurus beberapa dokumen urusan kewilayahan. Tidak ingin menggagu mereka, Mavis memutuskan untuk berkeliling sekitar Mansion terlebih dulu bersama Fiola dan Julia.
Pada pembicaraan Thomas dan Dart di dalam, masalah utama yang dihadapi Wilayah Bangsawan Luke adalah persoalan personel militer dan tenaga kerja. Sejak berakhirnya masa peperangan, Thomas sekalu pengurus wilayah sementara tidak bisa mengumpulkan kekuatan militer karena cemas akan pendapat bangsawan lain.
Sebab masalah itu, kedatangan Dart Luke selaku Tuan Tanah yang resmi bertujuan untuk menghilangkan stigma yang melekat pada Keluarga Bangsawan Rein yang dikatakan ingin mengambil alih wilayah Luke. Dart dan Thomas mengurus dokumen-dokumen untuk melakukan perekrutan anggota militer dan beberapa pejabat tambahan untuk keperluan urusan kepemerintahan.
Dari susunan sistem pemerintahan yang ada di wilayah Luke, Dart memutuskan tidak akan mengganti pegawai negeri atau pemimpin kota-kota terdahulu yang telah ditetapkan oleh Thomas. Tetapi meski tidak ada pergantian, kekurangan tenaga kerja di ranah pemerintahan memang jelas masih tersisa dan mempengaruhi operasional yang ada.
Karena masalah itu, diputuskan pada Surat Putusan Khusus akan diadakan perekrutan dalam ranah pemerintahan pada bidang perekonomian dan tata kearsipan wilayah Luke. Dalam perekrutan hanya berlaku untuk orang-orang di wilayah Luke, dan memiliki kapabilitas pada bidang yang dibutuhkan.
Pada pembahasan tersebut, Dart meminta pada Thomas juga untuk mengadakan perekrutan Keluarga Cabang yang belum pernah terjadi sebelumnya di kalangan bangsawan besar manapun. Sebab berakhirnya keturunan Shieal pada masa peperangan, Keluarga Luke tidak memiliki keluarga cabang untuk menyokong Keluarga Utama. Mempertimbangkan hal itu, sangat diperlukan sebuah pengangkatan anggota keluarga cabang yang akan menyandang nama Shieal dari kalangan non-bangsawan.
Fiola dan Julia ditetapkan sebagai penyandang nama Shieal utama, sedangkan perekrutan dibatasi hanya untuk orang-orang berusia remaja sekitar tiga belas sampai dua puluh lima tahun saja untuk kalangan ras manusia, sedangkan untuk Demi-human ditetapkan batasan usia maksimal 40 tahun. Hal itu dilakukan untuk mengatasi masa pendidikan yang akan dilakukan oleh peserta seleksi yang diterima.