Baixar aplicativo
50% My Dosen My Husband / Chapter 2: Pertemuan

Capítulo 2: Pertemuan

Seminggu kemudian....

Aku tinggal di sebuah kompleks kost an yang lumayan sedikit luas dari kost yang lain. kedua orang tua ku sengaja mencari tempat yang nyaman dan aman untukku sebab aku anak perempuan satu satunya, ini bisa di bilang perumahan sih lebih tepatnya. dan saat ini kedua orang tua ku dan adikku ada bersamaku, dua hari yang lalu mereka ada urusan sekalian mampir melihat keadaanku. orang tuaku tinggal di kota yang berbeda denganku tapi tidak terlalu jauh sekitar empat jam perjalanan.

"Kak ini ada episode baru ya?"

"Hmm..!!" jawabku singkat karna aku sedang membalas pesan dari pak aryan. mengenai pernikahan aku belum memberitahukan kepada mereka, aku takut apalagi dengan ayahku beliau sedikit galak, memikirkannya saja membuatku merinding.

"Apaaaa??" spontan aku berteriak, pak aryan mengatakan kalau dirinya akan tiba. Oh Lord, apa yang harus kulakukan. Aku benar-benar panik, semoga pak Aryan hanya bercanda.

"Kenapa nay?" tanya bunda berteriak.

"Gak papa bun." balasku.

Bunda lagi memasak di dapur sementara ayah dia lagi di depan. Aku dan revan di ruang tengah sedang menonton. Nama adikku Revano Revaldi aku manggilnya revan. Dia adalah adikku satu satunya sekarang dia kelas tiga SMA dan dia sedang fokus maraton drakor, iya betul.. kami berdua adalah pecinta drama korea. Awalnya dia tidak suka sama sekali tapi aku sering memaksanya untuk menemaniku menonton dan dia malah ketagihan. Bisa dibilang dia mendapatkan karmanya.

Tak lama kemudian aku mendengar ayahku sedang berbicara dengan seseorang di depan dan itu benar-benar menambah kepanikanku, tubuhku keringat dingin, Oh God.. ada apa denganku? dalam hati aku merapalkan segala macam doa yang kuketahui semoga saja itu bukan pak Aryan.

"Kau kenapa kak?" suara Revan membuatku terlonjak. "Eishh..kau ini, lanjutkan saja nontonnya." marahku padanya. Revan menatapku kesal kemudian melanjutkan aktivitasnya. Tiba-tiba Ayahku memanggil dari luar, Fiks.. gua End.

"Kanaya..!! sini nak, ada tamu." panggilnya, aku berjalan keluar dan benar saja tamunya adalah pak Aryan. Dia sudah gila, pak Aryan benar-benar menemui orang tuaku seperti janjinya minggu lalu saat ia mengantarku pulang.

"Aku ingin menemui orang tuamu, bisa kau menyuruh mereka datang?" ucapnya saat aku hendak turun dari mobil, Aku tidak menganggap serius ucapannya dan malah mengabaikannya. Sejak itu aku tidak pernah memberitahu orang tuaku sedikitpun, soal kedatangan mereka kali ini karena Ayahku memang sedang ada urusan.

"Ada tamu yang mau datang kenapa tidak memberitahu ayah dan bunda? jadinya tidak ada persiapan sama sekali." Sepertinya ayahku sedang menyeretku ke kandang singa, kini pak Aryan tahu sebenarnya aku tidak menyampaikan pesannya. Kulihat dia hanya menghela napas dan menatapku sejenak. Aku tahu itu adalah tatapan seakan ingin menghabisiku tapi beberapa detik kemudian dia tersenyum ramah.

"Ini bukan salah Kanaya, maaf kalau saya datang tiba-tiba, maksud kedatangan saya kesini hanya ingin menepati janji saya om." Jelas Aryan penuh keyakinan.

"Janji?" Ayahku terlihat bingung dengan ucapan Aryan. "Janji apa?" tanya ayahku sekali lagi.

"Minggu lalu saya bertemu dengan putri bapak dan saya berniat ingin menikahinya. Kedatangan saya kemari ingin melamar Kanaya putri bapak."

Fikss.. tamat sudah riwayatku. Kenapa pak Aryan terlalu blak-blakan, tidak bisakah ia kalem sedikit? apa harus langsung mengatakan hal itu. Belum lagi ayahku langsung terdiam setelah mendengarnya, kuyakin tidak lama lagi pak Aryan akan di seret keluar rumah. Oh Tuhan.. tolong Kanaya!!

"Ada apa ribut-ribut?" Bunda muncul dari dalam, "Loh.. ada tamu? Kanaya kamu kebiasaan yah nggak bilang kalau ada tamu, bunda kan bisa siapin teh. Tunggu sebentar yah?" katanya lalu berjalan hendak ke dapur.

"Nggak usah repot-repot tante." ucap Aryan, Rasti menoleh sambil tersenyum.

"Nggak papa, kamu teman kuliah Kanaya? bunda baru melihatnya."

"Mah, sini duduk dulu." potong ayahku.

"Mamah mau buatin teh dulu pah."

"Biar Kanaya saja yang buat, ada hal penting yang ingin di sampaikan nak Aryan."

Mendengar itu Kanaya langsung bangkit dari duduknya, "Ahh.. iya pah, biar Kanaya yang buat." ia langsung masuk kedalam.

Sepertinya ini lebih baik daripada aku harus melihat murka ayahku, tapi aku juga penasaran apa yang akan dikatakan ayahku. Jika dilihat reaksinya di awal tadi sepertinya akan baik-baik saja. Aku meyakinkan diriku, semua akan berjalan lancar.

Satu jam berlalu dan aku tidak keluar membawa teh, salahkan pikiran dan hatiku yang sedang bergejolak. Aku cemas dan pikiranku berkelana rasanya seperti sedang menaiki roler coster.

"Sayang, kenapa lama sekali." Suara bunda menyadarkanku dari lamunan. "Kamu ini buat teh saja lama sekali, jangan bilang kamu nggak bisa bikinnya?"

"Siapa bilang, Kanaya bisa kok bun. Buatnya lama soalnya perut Kanaya lagi sembelit."

"Perut kamu sakit? tunggu disini bunda ambilin obat."

"Nggak usah bun, Kanaya baik-baik aja kok tadi cuma sembelit aja sekarang udah nggak." cegahnya, karena memang benar perutnya tidak sakit itu hanya alibinya saja.

"Syukurlah, sini biar bunda yang bawa kamu istirahat saja di kamar." Rasti lalu mengambil segelas teh yang sudah di buat Kanaya dan menyuruh putrinya beristirahat.

"Loh? kenapa cuma satu bun?" tanya Kanaya melihat ibunya hanya mengambil satu gelas teh.

"Tamunya sudah pulang kamu sih lama banget keluar, Ini untuk papah." setelah itu Rasti keluar membawa segelas teh dan cemilan buat suaminya.

"Pak aryan sudah pulang? kenapa cepat sekali?sebenarnya apa yang terjadi? kenapa jadi misteri seperti ini?" batin Kanaya bertanya-tanya.

Jujur ini lebih menyeramkan dari pada menonton serial killer atau film horor. Kenapa tidak ada yang memberitahuku apa dan bagaimana kelanjutannya.

"Au-ah.. gelap." Kanaya menuju kamarnya.

***

"Jadi kamu ingin menikahi putriku?"

"Iya om." jawab Aryan penuh keyakinan.

"Tadi apa pekerjaanmu?"

"Saya mengajar di kampus Kanaya."

Ayahku hanya menganggukkan kepala, "Usiamu?" lanjutnya.

"Masuk 28 om." jawab Aryan hati-hati, ia tahu hal itu akan membuat orang tua Kanaya terkejut terutama ibunya.

"Ku akui keberanianmu untuk datang tapi kau harus tahu putriku masih sangat belia, tahun ini ulang tahunnya yang ke 21 sifatnya masih kekanak-kanakan dia juga sedikit egois dan keras kepala sangat susah di atur dan-"

"Hushh.. papah kok malah jelek-jelekin anak sendiri sih, Kanaya putri kita pah." potong Rasti tidak terima putrinya di nilai buruk.

"Biarkan saja!!" ucapnya pada Rasti, "Jadi bagaimana? apa kau masih ingin menikahi putriku? karena aku tidak ingin ada penyesalan nantinya dan aku tidak akan tinggal diam melihat putriku terluka, kuharap pertimbangkan keputusanmu."

Setelah mendengar penjelasan dari ayah Kanaya, Aryan bukannya menyerah justru ia semakin yakin dan ingin memiliki Kanaya. Entahlah, Aryan hanya mengikuti kata hatinya. Ia telah jatuh hati pada Kanaya saat pertemuan pertama mereka. Aryan melihat Kanaya berbeda dengan gadis-gadis di luar sana yang selalu mengejarnya.

"Maaf kalau saya lancang tapi setelah mengetahui semua itu membuat saya semakin yakin dengan pilihan saya om. Semua orang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing dan saya akan menerima semua hal tentang Kanaya."

Rasti yang mendengarnya langsung tersenyum bahagia, Rasti juga memiliki firasat baik terhadap Aryan. Pikirannya sangat dewasa dan Rasti yakin Aryan akan melindungi dan membahagiakan putrinya.

"Baiklah, kau bisa pulang sekarang. Aku akan menayakan putriku terlebih dulu, aku tidak bisa mengambil keputusan sendiri karena yang akan menjalani pernikahan ini adalah kalian."

Aryan merasa lega, setidaknya ada harapan dirinya di terima. Kini semua tergantung Kanaya, apa dia setuju atau tidak. Aryan lalu pamit dan segera pergi.

"Oh iya, apa besok kau sibuk? kalau tidak datanglah untuk makan malam."

Bagaikan mendapat lotre, Aryan sangat gembira mendengarnya. Itu artinya orang tua kanaya menyukainya. Maka nikmat Tuhanmu manakah yang kau dustakan.

"Baik om, sebisa mungkin saya akan datang." setelah itu Aryan pamit lalu pergi.

FLASHBACK OFF..


PENSAMENTOS DOS CRIADORES
kanay_ kanay_

Selamat membaca dan semoga kalian suka..

jangan lupa vote dan bintangnya yaaa di komen juga biar ceritanya bisa berkembang dengan baik..

tengkyuuuu ceunahh...

Load failed, please RETRY

Status de energia semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Pedra de Poder

Capítulos de desbloqueio em lote

Índice

Opções de exibição

Fundo

Fonte

Tamanho

Comentários do capítulo

Escreva uma avaliação Status de leitura: C2
Falha ao postar. Tente novamente
  • Qualidade de Escrita
  • Estabilidade das atualizações
  • Desenvolvimento de Histórias
  • Design de Personagens
  • Antecedentes do mundo

O escore total 0.0

Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
Vote com Power Stone
Rank NO.-- Ranking de Potência
Stone -- Pedra de Poder
Denunciar conteúdo impróprio
Dica de erro

Denunciar abuso

Comentários do parágrafo

Login