perutku sudah ingin meledak rasanya makanan di restorannya Andi sangat enak. daging yang mereka sediakan itu benar-benar kualitas terbaik yaa walaupun harganya cukup mahal. semua yang mereka sajikan sesuai porsi dengan harganya. packing makanan yang akan dibawa pulang saja tempatnya bagus. sepertinya aku bakal sering delivery di sini. perutku sudah tidak dapat menerima lagi makanan yang aku masukkan tapii mulutku tidak berhenti untuk mengunyah. ya ampun nak tolong dong jangan siksa bunda mau ini.
"yang masih belum kenyang kah"
"udaah kak tapi nggak bisa berhenti makan enak banget sumpah"
"apalagi tumis jamur pakai udangnya. aduh nggak tahan malah pengen nambah satu porsi lagi'
"kalau udah kenyang udah berhenti dong, besok kita makan ini lagi kalau kamu mau"
"mauuuu, banget malah"
"maaf ya kayaknya bawaan bayi, biasanya tarika itu kalau makan ya nggak banyak-banyak banget kayak gini bahkan kalau makan biasanya sebelum kenyang dia itu udah pergi nonton drama Korea"
"ya nggak apa-apa lo ya namanya orang hamil yang makan 2 orang kok satu porsi aja ya nggak nambah berat badan kalau 2 kan pas"
"iya, ini kan jadinya tiga kali lipat"
"Kakak ih!!"
mereka tertawa dengan apa yang di katakan kak Arta. begitu aku selesai dengan makananku aku mulai mengurusi kedua anakku yang terlihat agak kesusahan dengan meja yang lebih tinggi dari mereka. aku bantu suap mereka bergantian dan sepertinya mereka menyukai makanan mereka.
meja makan kami telah dibersihkan tapi kami tak segera beranjak dari tempat duduk. kami masih saja berbincang-bincang. banyak hal yang kami bahas dan sampai akhirnya pembicaraan berakhir dan kami saling tukar nomor WhatsApp. Aku berharap aku lebih sering bertemu dengan dia (teman baru). karena aku juga bukan anak yang suka nongkrong ya temanku hanya itu-itu saja.
"makasih banyak loh udah diundang ke peresmiannya, tapi nggak enak ah nggak gratis"
"kamu ini lho kan udah potongan setelah harga toh"
"hahahaha aku cuma bercanda kok Andi"
"ya kalau serius kamu keterlaluan toh, duit kamu itu kurang banyak apa Arta ngalir terus"
"aminn amin semoga kamu pun kayak gitu juga ya"
"hahahaha, iya iya datang lagi ya kalau ada kesempatan pasti bakal aku sambut"
"insya Allah, yaudah kami pamit pulang ya"
saat di perjalanan kak arta pun menceritakan bagaimana pertemuan mereka berawal dari tidak kesengajaan mereka akhirnya berteman saling bertukar pikiran dan ada satu kejadian yang membuat mereka semakin dekat. tapi aku hanya mendengarkan sampai situ saja karena aku sudah mengantuk aku benar-benar kenyang dan akhirnya aku tertidur.
"sayang kita udah sampai loh ayo bangun anak-anak itu juga udah pada ngantuk loh"
"hhmm iya iya"
aku mengusap mataku yang masih rapat tertutup. begitu kurasa nyawaku sudah terkumpul semua. aku turun dan menggandeng kedua anakku yang duduk di bangku belakang. seperti biasa aku mengajak mereka mengganti baju gigi juga mencuci kaki mereka sebelum tidur. Aku duduk di tepi ranjang mereka tubuhku terasa berat kantukku kembali datang dan akhirnya aku tidur di situ.
"yang sayang, ya ampun kok malah tidur di sini sih"
"Aku males ah ke kamar aku tidur di sini aja"
"terus aku siapa yang nemenin tidur"
"bantal"
"ayang ih, ngambek aku nanti"
"yoo los"
"Yaang"
"suut ah jangan berisik nanti anak-anak pada bangun"
akhirnya aku tak tahan dengan rengekannya dan aku iseng minta dia menggendongku Aku ingin tahu bagaimana responnya dengan berat badanku yang sekarang tentu saja kak Arta enggak bakal kuat.
"yang aku mau sih. tapi aku takut bahaya loh"
"Halah kak bilang aja gak sanggup aku udah gendutan sekarang. pakai alasan segala deh"
"eh yang aku nggak ada bilang kamu gendutan loh"
"udah sana kalau memang nggak mau aku tidur di sini aja, kaki aku rasanya pegal dari tadi"
"yang temenin aku bobok"
"Halah lebay bobok2 aku kayak kebok iya kan"
"ih yang ngomongnya kok makin ngelantur sih nggak gitu"
"udahlah kak aku nggak mau tidur di sana Aku di sini aja"
"ayolah yang"
"nggak mau kak Arta"
rasa kantukku hampir saja hilang terus mendengar rengekannya agar aku tidur bersamanya. begitu aku tak bersuara memejamkan mata sampai akhirnya dia menyerah. tapi yang aku salut dari kak Arta adalah kesabarannya menghadapiku, sebelum dia pergi meninggalkan aku dia mengecup pipiku dengan lembut tak lupa menutup pintu kamar dengan pelan. jujur saja kalau saja berat badanku tidak seperti sekarang ini aku sudah melingkarkan kedua tanganku di lehernya dan membalasnya. tapi untuk melakukannya itu dengan berat badan seperti sekarang rasanya mustahil. tubuhku terasa sangat berat untuk bergerak dalam posisi tidur.
"kasian nyaa suami kuu"
setelah kupastikan kalau dia sudah tidak ada. aku pun bangun mengemasi barang-barangku lalu keluar dari kamar.lagipula enggak mungkin kan aku tidur dengan pakaian seperti ini Aku baru saja pulang tadinya aku hanya mau menidurkan kedua anakku saja.
perlahan aku melangkah mendekati pintu kamarku. ku buka pintu dengan sangat pelan mengusahakan agar tidak terdengar suara sedikitpun. dengan celah pintu yang tidak begitu lebar aku melihat sosok suamiku sedang memeluk bantal guling, kulihat saat itu dia sudah memakai pakaian tidurnya. aku tersenyum rasanya gemas melihat tingkah nya tadi. tapi tetap saja aku tidak mau langsung menyergapnya. aku kan perempuan gengsiku tinggi untuk memulai pertama kali. kalau aku yang mulai duluan rasanya itu hanya pada momen yang penting ya gak sih. secara perempuan itu kan maunya dipuji, dirayu, dimanja, di sayang2 lah pokoknya.
"gitu aja langsung nyerah"
"sayang!!"
"apa apa, padahal aku berharap kamu masih terus membujuk in aku sampai mau, masa iya sih aku mau tidur di sana dengan pakaian seperti ini"
"iya juga ya Yang, habisnya sayang kayak gitu banget jawabannya aku nggak mau aja kamu jadi ngomongnya ke sana sana"
"ya namanya perempuan apalagi lagi hamil biasa dong kalau misalnya dia ngomong sesuka hati"
"ya aku tahu sih yang mood perempuan itu kalau lagi hamil suka berubah-berubah, ya aku takut aja kita berantem gara-gara membahas soal itu"
"hhhmm ya ya ya"
aku mengunci pintu kamar dan mengganti pakaianku kak arta menyediakan ruang di sampingnya. sepertinya aku tahu dia ingin bermanja-manja sebelum tidur. Aku berbaring di sampingnya kurebahkan kepalaku di lengannya. senyum yang lebar membuatku begitu paham apa maunya kukecup bibirnya ya walaupun hanya sekilas tapi itu sudah sangat membuatnya senang.
"sekarang kamu hobi pakai daster kalau tidur yang"
"enggak usah banyak komentar ya kak"
"hahaha siap bos siap"
memang di kehamilanku yang kali ini aku merasa berbeda banyak kebiasaan yang belum pernah kulakukan jadi kulakukan biasanya saat tidur aku hanya menggunakan piyama tidur tapi entah kenapa beberapa bulan terakhir aku lebih nyaman menggunakan daster saat tidur walau terkadang AC di kamar terasa sangat dingin.
"kangen loo yang tidur kek gini ada temennya. ada yang bisa aku lihat sebelum aku tidur"
perlahan kurasakan jangan kak Arta sudah berada di pahaku pikiran Iseng ku melintas
"kak dingin"
"oh ok ok"
saat itu kata pun bangkit dari tempat tidur dan mengecilkan suhu AC. Saat kembali dan mau melanjutkan aksinya lagi lagi.
"kak selimut di lemari ambil yaa"
"hhmm ok ok"
sumpah saat melihat wajahnya Aku ingin tertawa, dia kembali dengan membawa selimut. dia berbaring lagi selalu membentangkan selimut yang di bawahnya. tangannya sudah mulai menaikkan dasterku ke atas tapi aku masih ingin menjahilinya.
"kakak pengen ya, aku capek lo"
"hah!?? hmm gak. mau upas perut aja kok"
"kok di naikin?? dari luar daster aja kan bisa kak. dingin soalnya"
"hhmm ya udah"
jawaban kak arta begitu pasrah dia menurunkan lagi dasterku dan meletakkan tangannya di perutku. perlahan dia mulai mengusap-usap, pelahan mendekat mengecup telinga ku lalu turun leherku. desah nafasnya yang hangat membuatku benar-benar sudah tidak tahan. aku bangkit dari tidurku dan aku langsung naik tepat di atasnya. dia terlihat kaget atau mungkin dia merasa aku berat.
"yang!!"
dia tersenyum lebar, di malam itu rasa rindu kami tertumpah kan semua. yang sudah lama tidak kami lakukan kami lakukan. ya walaupun aku agak susah karena tubuhku terasa berat tidak seperti sebelumnya.
_________________________________
semoga suka
selamat membaca
— Novo capítulo em breve — Escreva uma avaliação