Baixar aplicativo
98.85% Artika family / Chapter 172: di rumah aja

Capítulo 172: di rumah aja

"apa!!! kakak berhenti!!"

"santai dong yang jangan ngegas hahaha"

"apa sih yang kakak pikirkan!! aku juga pernah hamil sebelumnya, yaa biasa kan!! kenapa ngacem2 mau berhenti kayak gitu kak!??"

"yaa biarin lah yang"

"enak aja ngomong biar!!! anak kamu mau di kasih makan apa!! aku sekarang udah gak kerja, kalau kamu juga mau gak kerja gimana kita membayar semua kehidupan kita, belum lagi uang WiFi uang PLN uang air dan pengeluaran-pengeluaran lainnya!!!"

"yang tenang dulu loo, pikirin calon anak kita"

"tenang tenang!!! gimana aku mau tenang kalau kakak mau berhenti di rumah sakit papa!!"

"atur nafas dulu sayang, kamu mikirnya kejauhan yang"

akhirnya aku menuruti perkataan kak Arta, dengan duduk aku berusaha menenangkan diri dengan mengatur nafas, lagipula ku rasakan kaki ku mulai kebas berdiri dan mengomel sedari tadi. kak Arta mendekati dan mengusap perut ku dengan perlahan.

"aku gak berhenti kok sayang, itu cuma ancaman aku aja sih sama atasan aku biar di ijinkan pulang. yaa lagian gak mungkin mereka kehilangan salah 1 dokter terbaik mereka seperti aku"

"gak ada yang gak mungkin yaa kak!!! kamu gak usah sombong jadi orang. ingat!!! di atas langit masih ada langit"

"iya tau yang,di atas nya langit ada planet ² kan"

"kakak ih!!! sumpah yaa ngeselin banget!!"

"hahahahaha ampun² yang, janganlah marah-marah terus sayang kasihan anak kita"

"nggak usah pegang pegang kak, aku lagi kesel nih"

"ih galak kali lah istri aku ini, gak kangen apa yang"

"gak gak gak yaa kak!!!"

"yakin nih. . . "

"iya!!"

"bener yakin"

"iya kak!! aku yakin bingit bingit bingit!!"

"mau ke mana yang!"

"Kakak itu kalau di bilangin nggak pernah mau dengerin dengan serius. aku udah males sama kayak kakak kan yang capek juga dengerin Omelan aku"

merasa sangat kesal aku pergi meninggalkan kak Arta begitu saja, rasanya aku benar-benar mendidih.aku pergi mengisi bak mandi dan kuputuskan untuk berendam di sana. air yang hangat dan juga aroma sabun cukup membuatku rileks sampai rasanya otot-otot leherku yang menegang tadi sudah terasa nyaman.

"maafin bunda ya sayang marah² terus"

dengan busa busa sabun yang lembut aku mengusap perutku perlahan, aku merasa bersalah karena telah begitu meluapkan emosi tanpa memikirkan janin yang ada di perutku. calon bayiku yang beberapa bulan lagi akan hadir ke dunia.

"sayang. . ."

terdengar jelas kak Arta memanggilku dengan rambut dari luar, aku tak menjawab apapun tapi aku yakin dia tahu aku ada di dalam.

"aku minta maaf ya sayang, aku memang kekanak-kanakan. aku nggak akan berhenti kok janji. kalaupun iya aku nggak bekerja lagi di rumah sakit papa aku bakal buka klinik di tanah kosong di depan rumah kita. atau mungkin aku akan lebih sering mengurusi perusahaan. kamu jangan marah lagi ya sayang pikirkan calon anak kita"

masih dalam diam sambil menikmati hangatnya air di bak mandi aku kembali berpikir tapi mungkin kali ini dengan pikiran yang sedikit jernih tanpa emosi. aku melupakan perusahaan kami yang selama ini hanya di oleh orang-orang terpercaya kak Arta. tapi tetap saja sangat disayangkan kalau kak Arta berhenti dari rumah sakit yang sudah jadi tempatnya bekerja selama bertahun-tahun, di sana kak Arta memiliki banyak teman, kenalan, pasien dan sana juga dia mendapatkan pengalaman pengalaman menjadi seorang dokter hebat singa bisa jadi seperti sekarang ini.

"ya mungkin aku terlalu berlebihan, aku hanya memikirkan hal-hal yang bahkan belum terjadi"

aku menyudahi kegiatan berendam diri sebelum telapak tangan dan kaki ku mulai mengeriput karena terlalu lama di dalam air, lagi pula aku sudah cukup tenang. saat aku keluar dari kamar mandi kulihat kak Arta sudah tertidur pulas, dengan tubuh yang hanya tertutup handuk aku menghampirinya kuperhatikan wajahnya yang terlihat cukup lelah mungkin selama di luar kota dia kurang tidur atau memang sedang banyak pasien.perlahan tanganku mendekat dan mulai mengusap wajahnya.

"aku gak mungkin gak kangen sama kamu kak"

bisik ku dengan pelan hingga kecupan ringan ku jatuhkan ke pipinya dan akhirnya aku meninggalkannya pergi.

"kok cuma di pipi sih yang"

mataku terbelalak langsung melihat ke belakang, ternyata kak Arta belum tidur dengan pulas aku ingin langsung berlari karena malu ingat kata-kataku yang terdengar nyolot tadi, tapi sayangnya tanganku sudah di tangkap nya.

"tadi katanya gak kangen, yakin bingit malah!!"

mendengar perkataan kak Arta rasanya wajahku menjadi datar seperti tembok, aku benar-benar malu seperti aku telah meludah dan ludah itu ku jilat kembali. kak Arta tak berhenti sampai di situ dia memeluk tubuhku dari belakang, mulai mengecup tengkuk leher ku sampai menggigit telingaku dengan pelan.

"kamu harum banget sih yang"

bisiknya di telingaku, membuat bulu-bulu halus sekum berdiri dan jantung ku mulai berdebar kencang, rasanya tubuh ku yang sudah lama tak tersentuh ingin meronta-ronta minta dapat perlakuan lebih. tapi aku berusaha menekan keinginan ku itu karena gengsi, aku tidak mau semudah itu luluh aku berbalik dan menolaknya hingga agak menjauh.

"biasa aja tuh, namanya juga baru selesai mandi"

dengan jantung yang masih berdebar debar aku pergi meninggalkannya lalu mengambil pakain ku di lemari. begitu selesai aku berencana untuk keluar, sekilas aku melihatnya sedang membaca majalah dengan santai.

"mau ke mana yang"

"lapar!"

"yeee di tanya apa di jawab apa hahahaha salting banget yang"

"ke dapur"

"Oalah yang yang hahahahaha"

saat ku tutup pintu kamar aku kembali merasakan malu, ku tutup wajahku yang terasa panas karena telah salah menjawab pertanyaannya, ya memang aku sedang salah tingkah. aku mengambil beberapa snack di kulkas lalu pergi ke rumah ayah dan bunda untuk menghindari nya.

"assalamualaikum"

"waalaikumsalam"

"nonton apa bun?"

"liat sendiri lah, mata kamu jarak sedekat itu masih kelihatan kan"

"buset dah bun"

mendengar jawaban bunda aku tahu bunda masih sangat kesal karena perlakuan ku kepada Fandri. saat bunda tak menjawab lagi aku duduk tak jauh darinya. aku pun mulai menikmati snack ku sambil menonton film India yang di putar pada siaran ANTV.

"TV di rumah kamu lagi rusak ya tar"

"hhmmm gak sih bun"

"lah terus kenapa mau nonton TV aja kamu harus banget kemari"

"hehehehe sepi aja gak ada temen nonton bun"

"ooooh"

"hehehe iya bun"

padahal sebenarnya bukan hanya karena itu, tak lama setelah itu ayah masuk. terlihat keringatnya bercucuran aku tahu pasti ayah barusan dari kebun kesayangannya. mungkin menanam beberapa benih atau habis memanen hasil kebun kecilnya.

"siapa yang datang tar!???"

"uhuk uhuk uhuk uhuk!!!"

"pelan² tar"

aku tersedak begitu mendengar pertanyaan ayah, memang tidak ada salahnya menjawab. tapi yang ku pikirkan bunda pasti akan mengadu soal kejadian fandri pada kak Arta.

"kak Arta yah"

"Arta pulang!!"

saut ayah dan bunda bersamaan ya walaupun dengan ekspresi yang berbeda-beda. aku berusaha menenangkan diri untuk tidak berpikir yang macam-macam karena aku benar takut kalau sampai bunda menyampaikan kejadian waktu itu.

================================

selamat menunaikan ibadah puasa yaa all

semoga puasanya lancar

sehat selalu untuk kita semua

maaf lama yaa


Load failed, please RETRY

Capítulos de desbloqueio em lote

Índice

Opções de exibição

Fundo

Fonte

Tamanho

Comentários do capítulo

Escreva uma avaliação Status de leitura: C172
Falha ao postar. Tente novamente
  • Qualidade de Escrita
  • Estabilidade das atualizações
  • Desenvolvimento de Histórias
  • Design de Personagens
  • Antecedentes do mundo

O escore total 0.0

Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
Denunciar conteúdo impróprio
Dica de erro

Denunciar abuso

Comentários do parágrafo

Login