Baixar aplicativo
77.01% Artika family / Chapter 134: bersiap

Capítulo 134: bersiap

setelah lelah berkeliling dan sekarang kami pun pulang sesampainya di rumah langsung beristirahat.

aku dengan anak-anak tidur bersama karena memang sudah jam 2 siang tentu saja kami sudah benar-benar mengantuk.

kak Arta dan fandri saat di perjalanan pulang tadi sudah berencana untuk membersihkan mobil karena besok akan dipakai lagi untuk mengantar ayah dan bunda pulang ke kampung halaman.

"fan kamu ikut balik bareng ayah dan bunda"

"gak tau sih kak, kalau mau kuliah kakak taunya masalah kemarin belum selesai, tapi Aku juga nggak mau absen terus gimana ya Kak"

bingung

"Ya udahlah kamu ikut sama Ayah Bunda aja dulu dari pada nanti kamu kenapa-kenapa, kakak juga minta maaf ya seharusnya kakak selesai lebih cepat masalah kamu tapi sayang ada urusan untuk pergi ke luar negeri"

"nggak papa kali Kak, lagian kita nggak tahu juga kalau tiba-tiba kakak harus keluar negerikan"

"iya fan"

kami pun saling tersenyum dan lanjutkan membersihkan, setelah mengeluarkan semua barang-barang membersihkan alas mobil barulah kami menyiram semua permukaan mobil dengan air dan kami pun mulai melakukan suci mobil ala ala.

"aduuh fan capek juga yaa rasanya jadi lapar lagi lah aku"

"ya ampun kak udah makan berapa kali!! lapar lagi aah parah"

"hahahaha pengen ngunyah fan"

"ih kak Arta!! gak kebayang yaa kak kalau kamu gendut"

"astagfirullah fan kamu ini loo mikirnya jauh banget, baru juga sehari ini"

"hahahahah kan masih membayangkan"

"gak ah jauh jauh itu"

"takut bener kak hahahah apa lagi daa kak udah laku juga hahahaha"

"Yee ya gak gitu juga laaa jaga penampilan juga lama biar istri tetep love love"

"iiihh najis!!"

"hahahahahaha"

setelah selesai mencuci mobil mereka melanjutkan kegiatan masing-masing seperti kak arta yang pergi mandi dan ke ruang kerja, lain halnya fandri selesai mandi dia merapikan barang barangnya karena besok akan ikut bersama ayah dan bunda.

"ayah!!"

panggil fandri

"hhhmm apa"

sautnya

"fandri ikut pulang kalian yaa"

"lah kuliah kamu gimana"

ayah langsung berbalik melihat fandri

"gampang itu yah"

meletakkan tas

"gampang gimana!?? eeh fan dulu kakak kamu kuliah gak banyak liburannya looh"

ayah mendekat

"ini masih lebaran ayah gak papa kok"

berusaha memberi alasan

"bener gak papa?? kamu lagi gak terlibat masalah kan fan"

ayah curiga

"hah!!ya gak lah yaa"

kaget

"hhmmm ya udah, tapi ayah gak mau yaa fan gegara kamu sering libur kuliah kamu nanti malah ngulang"

ayah menepuk-nepuk pundakku

"semoga aja gak yah"

kataku dengan berat

saat ayah pergi aku yang masih terduduk dan diam mulai berpikir entah kemana mana.

pertanyaan ayah tadi mulai berputar putar di kepalaku membuat aku jadi takut dan di dalam hati dan pikiran aku terus terlintas hal yang tidak aku inginkan.

"masalah yang sekarang memang cukup besar"

"gimana kalau yang di bilang ayah bener"

"kalau aku harus ngulang gimana"

"gimana ayah dan bunda nantinya"

"kalau aku ketahuan bohong gimana"

"kalau masalah ini gak selesai gimana dengan kuliahku"

"masa depanku"

begitu banyak kata kalau dan bagaimana dalam pikiranku membuat aku pusing dan tak bisa berpikir jernih.

dengan tatapan kosong aku terdiam masih terus memikirkan bagaimana tentang aku

"fandri"

panggil Bunda

"hei fandri!!"

panggil sekali lagi

"laah ini anak di panggil panggil"

mendekat

"FANDRI!!!"

panggil Bunda dengan keras

"eeh!! iya Bun"

kaget

"kamu bengong!! di panggil dari tadi juga"

"hehehe maaf Bun"

"kenapa??"

duduk

"gak kenapa-napa kok Bun"

"bunda tau loo kamu bohong, cerita dong fan"

"fandri gak papa kok Bun"

"beneran fan"

"iya Bun"

"hmmm ok, yuk bantu Bunda sebentar"

"ngapain Bun"

"udah ikut aja"

saat bunda menarik tanganku aku merasa tangan tuanya yang hangat menggenggam tanganku dan saat itu membuat aku sadar.

aku sebagai laki-laki harus kuat untuk menghadapi apapun, bagaimana aku akan melindungi ibu tercintaku ini kalau aku sendiri saja lemah.

dengan tersenyum aku menerima genggaman tangan bundaku itu, dia mengajakku ke kamar dan dia mau minta tolong padaku untuk mengambil koper yang ada di atas lemarinya.

"Oalah bun bun makanya jangan pendek hahahh"

ejekku

"dasar anak kurang ajar!! orang tua sendiri di hina!!"

omelnya

"hahahahah maaf maaf bos"

"hahahahah"

ayah ikut tertawa

"diam!!"

bentak bunda

hangatnya keluarga membuat aku punya semangat baru dan kekuatan baru untuk menjadi orang yang berani menghadapi masalah apa lagi masalah di mana aku tidak bersalah sama sekali.

setelah selesai membantu ayah dan bunda berkemas akupun beristirahat sebentar karena memang aku sudah sangat lelah.

di rumah seberang saat sudah terbangun melihat anak-anak masih tidur dan mencari cari suami yang tak terlihat.

"kaaak"

memanggil

"mana sih kok gak ada nyaut"

turun

"kak Arta"

memanggil lagi

"iihh di mana sih"

mulai kesal

akupun naik kembali ke atas untuk mengambil ponsel dan mencoba untuk menelponnya.

dengan duduk di sofa aku berkali-kali nelponnya tapi tidak mendapat jawaban dan akhirnya aku pun menyerah.

saat duduk aku mulai berfikir kembali, kalau besok pagi kami berangkat pasti siang kami sudah sampai dan tidak mungkin kami langsung pulang, lebih baiknya kalau kami menyempatkan diri untuk bersilaturahmi dengan orang-orang di sana.

kalau memang kak arta mau kami akan menempuh perjalanan malam saat pulang.

"iihh mana sih"

bangkit

aku kembali berkeliling untuk mencari kak arta dan setelah cukup lama aku mencarinya sambil menelpon nelponnya ternyata aku mendengar suara telepon dari dalam ruang kerjanya saat itu aku pun mendekat melihatnya yang terlelap disana.

"Oalah dasar budek!!"

kesalku

walaupun aku kesal tapi aku tidak langsung membangunkannya karena aku tahu dia cukup lelah hari ini.

melihatnya tertidur di sofa saat itu kembali membuatku tertawa saat ingat hari ini wajah lucunya ketika sudah kekenyangan dan memaksa untuk makan.

aku mendekat melihat wajah tidurnya yang aku rasa tidak berubah seperti saat dulu aku suka melihatnya saat tidur.

bibirnya yang selalu mengoceh tiada henti sekarang tertutup rapat dan hanya tersisa senyuman tipis saat dia tertidur.

bibirnya yang sedikit merah tipis dan seksi yang selalu mengucapkan kata-kata manis saat aku sedang marah atau ngambek, bibirnya yang selalu mengecup keningku saat pergi kerja dan sebelum tidur benar-benar membuatku ingin mengecupnya saat itu juga tapi aku menahan diri.

kembali aku lihat wajahnya yang polos saat tertidur matanya yang indah dengan bulu mata yang panjang dan lentik yang selalu memandangku dengan jarak yang sangat dekat yang mampu membuatku terdiam langsung meleleh di hadapannya.

"suamiku"

kataku pelan

tak ingin membuat perasaanku menjadi lebih kacau aku pun segera bangkit dan beranjak pergi tapi.

"eeh!!"

kaget

"mau ke mana"

menarik

"kakak ih!!"

kaget

betapa kagetnya aku saat aku ingin melangkahkan kaki untuk pergi tiba-tiba tanganku ditarik olehnya membuatku langsung terjatuh tepat di atasnya dengan wajah yang begitu dekat.

rasanya seperti kembali ke awal jantungku berdebar-debar begitu aku menatapnya.

"lepasin"

kataku memberontak

"sebentar deh yang 5 menit aja"

memeluk

"kakak iihh!!"

masih berusaha

"lima menit yang"

ulangnya

aku pun mulai tenang dan diam pada itu aku di pelukannya dan berada di bagian leher dan dada sebelah kirinya aku mendengar detak jantungnya yang cukup tak beraturan dan beda jauh denganku tentu saja itu membuat aku tersenyum.

"yank"

panggilnya

"hhmm"

"aku cintai kamu"

"apaan sih kak"

malu

"aku bilang aku cinta kamu"

masih tetap dalam pelukannya aku tidak menjawabnya dan aku hanya tersenyum.

wanita mana yang tidak akan senang kalau mendengar kata-kata yang sangat manis membuat dirinya berbunga-bunga seperti yang aku rasakan sekarang.

=============================

semoga kalian suka


Load failed, please RETRY

Capítulos de desbloqueio em lote

Índice

Opções de exibição

Fundo

Fonte

Tamanho

Comentários do capítulo

Escreva uma avaliação Status de leitura: C134
Falha ao postar. Tente novamente
  • Qualidade de Escrita
  • Estabilidade das atualizações
  • Desenvolvimento de Histórias
  • Design de Personagens
  • Antecedentes do mundo

O escore total 0.0

Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
Denunciar conteúdo impróprio
Dica de erro

Denunciar abuso

Comentários do parágrafo

Login