Baixar aplicativo
74.71% Artika family / Chapter 130: maaf

Capítulo 130: maaf

setelah lama berpuasa hari yang di tunggu akhirnya tiba.

pagi ini saat terdengar suara takbir ber saut sautan bertanda kalau hari kemenangan semua umat Islam telah tiba.

di rumah pagi ini sangat ramai apa lagi kedua anakku yang sibuk dengan baju baru mereka.

"bunda bunda mau pake tali kaya punya ayah"

kata Arfa

"tali yang mana sih bang"

bingung

"ituu loo Bun"

menunjuk

"oohh ikat pinggang"

baru mengerti

"iya iya itu"

akupun segera mencari dari lemariku dan langsung memakaikan ke Arfa.

"Tika kenapa di buka jilbabnya sayang"

mendekat

"mau yang kaya bunda itu loo di lilit lilit"

menunjuk

"sayank ini untuk orang besar yaa adek belum bisa"

jelasku

"gak mau bunda Tika maubya yang kaya bunda"

merengek

"oala Tika Tika "

menggaruk kepala

akhirnya akupun pergi naik lagi ke atas mencari selendang kecil untuknya dan memakainya seperti yang aku pakai.

"hah copot kakiku gini ceritanya"

baru duduk

"yank pecinya mana"

teriak kak Arta mencari

"ya ampun kak, dari tadi malam gak mau iihh"

omelku

"lah mana aku tau yank"

"kalau gak tau yaa di tanya kak, coba cari di dekat Al Qur'an kak, kalau dari tadi malam di siapkan pasti pagi pagi gak heboh gini"

omelku lagi

"lah kamu tadi malam susun kue gimana lagi coba"

"lah kok nyalahin aku"

"iya iya salah aku"

manyun

"udah ketemu belum kak kita mau shalat ini"

"belum loo yang"

"iihh kakak ini yaa"

menghampiri

setelah cukup lama mencari akhirnya ketemu juga dan kamipun segera berangkat ke masjid untuk melakukan shalat idul Fitri dengan fandri yang pergi terakhir agar tak ketahuan oleh Ayah dan bunda tapi syukur keadaan fandri sudah membaik sekarang wajahnya sudah tak terlalu memar seperti pertama.

"bapak bapak ibu ibu harap segera merapikan stafnya agar kita bisa memulai shalat hari raya idul Fitri"

akupun dengan segera menggandeng Tika mencari barisan saf yang kosong lalu membentang sajadah sedangkan kak Arta dengan Arfa mencari barisan di depan, setelah mendengar arahan dari imam kamipun mulai shalat.

"yank ambilkan makan yaa"

baru sampai

"ya ampun Kak belum juga duduk"

lirikku heran

"udah lapar yang"

jawabnya

"ya udah sebentar lagi ya aku bawa mukena dulu ke atas"

"ya udah yang cepetan yaa"

"iih dasar"

"hehehehe"

dengan membawa mukenah aku pun segera ke atas, sebelum turun aku mengambil ponselku dan melihat Facebook dan Instagram sudah sangat ramai orang mengupload foto mereka dengan keluarga.

"waah bajunya samaan"

kataku melihat kiriman Yulia

"YAaank"

panggil kak Arta

"iihh gak sabaran deh, kalau udah laper banget kenapa nggak ambil sendiri coba manja banget"

omelku menuruni tangga

aku pun langsung menuju ke dapur mengambilkan makan untuk kak Arta.

kemarin sore setelah ayah dan kak Arta membeli daging aku dan Bunda memasaknya menjadi rendang dan syukur rasanya sangat pas.

"niih kak"

menyodorkan piring

"makasih sayang"

"hhhhmmm"

setelah kak arta selesai makan aku pun langsung mengambil kesempatan kosong itu untuk meminta maaf.

dengan duduk bersimpuh di depannya menyentuh tangannya nya aku langsung merenungi kesalahan-kesalahan yang pernah aku perbuat padanya.

"Kak aku sadar kalau selama ini aku banyak buat salah baik itu dari perkataan maupun perbuatan, dari aku sering jahilin, marah-marah bahkan pernah melukai kakak untuk semua itu maafin aku ya Kak"

kataku masih tertunduk

"iya sayang nggak apa-apa aku udah maafin kok,begitupun aku ya kalau aku punya salah atau ada kata-kata aku yang menyakitkan hati aku harap kamu bisa memaafkan ya"

akupun mencium tangan kak Arta dan kak Arta mencium keningku.

pada saat itu ada sedikit air mata di ujung mata kami sampai akhirnya kami saling menatap dan tersenyum.

"bunda bunda Tika bunda"

kata Arfa datang berlari

"kenapa!!"

aku yang masih terduduk di depan kak Arta kaget dan langsung berdiri

"aduuh!!"

kesakitan

"auuwh"

aku menyentuh kepalaku yang terbentur

"kenapa bank"

langsungku

"sini Bun sini"

Arfa menarik tanganku

aku pun dengan segera mengikuti Arfa yang ternyata dia mengajak aku ke belakang rumah tak lama dari jarak yang cukup jauh aku melihat Tika yang sedang menjongkok sedang memegang sesuatu.

aku yang sudah sangat panik dan jantungku berdebar dengan cepat, entah apa yang sedang terjadi langsung memanggilnya nya.

"TIKA!!"

panggilku cukup keras

mataku seolah-olah ingin copot saat melihat dia berbalik dengan baju putihnya yang berlumuran darah akupun dengar bergegas lari mendekatinya, dengan nafas yang masih terengah-engah aku langsung menyentuh pundaknya memeriksa tubuh bagianmana yang tengah terluka.

"sayang kamu kenapa, kok berdarah mana yang luka sayang"

kataku panik

"tika gak papa kok Bun"

jawabnya santai

"kalau berdarah kayak gini nggak mungkin nggak apa-apa sayang"

kataku masih panik

"bukan Tika bunda tapi empus"

tunjuknya

"hah!??"

bingung

akupun segera memalingkan pandangan ke arah yang di tunjuk Tika dan ternyata darah yang ada pada Tika bukan darahnya sendiri tapi darah di empus yang melahirkan.

"ini dedek miauwnya Bun"

memegang bayi kucing

"aduh sayang bunda serseran loo aaah lemes lutut bunda"

kataku langsung duduk

"kenapa kenapa"

kak Arta baru datang

"itu anak kamu kak"

kataku masih menenangkan diri

"lah kenapa ini kok berdarah yank"

tanya kak Arta

"itu empus kita melahirkan Tika pegang anaknya yang yang baru lahir"

jelasku

"Oalah Tika Tika"

kak Arta menggeleng

"mandiin kak gantiin bajunya juga aku mau siapin tempat buat si empus dengan anaknya"

kataku mulai bangkit

"iya yang, yuk Tika kita mandi nanti kita liat lagi yaa"

ajak kak Arta

"Tika mau liat ayah"

"iih adek bau tau"

kata Arfa pada Tika

"tapi. . "

Tika masih berat untuk pergi

"ayo sayang sebentar kok"

ajak kak Arta lagi

"ya udah yuk yah"

setelah kak arta dan Tika pergi akupun mencari kardus untuk menempati si empus yang masih membersihkan anak anaknya yang baru lahir baru membawa mereka ke ruangan tempat kandang kandang kucing.

"nah ok di sini aja yaa mpus kamu sehat sehat yaa"

kataku menaruh ke dalam kandang tanpa menutupnya

"bunda Arfa gak mau pegang ya Bun jorok"

katanya mundur

"iya sayang, namanya juga baru lahir nanti kalau udah bersih baru boleh pegang"

kataku mengusap kepalanya

"hhmm ok Bun"

angguknya

"ya udah yuk"

ajakku

akupun langsung menggandeng tangannya dan mengajaknya masuk ke rumah.

setelah Tika sudah mandi dan mengganti pakaiannya kami pun langsung menuju ke rumah ayah dan bunda.

sebelum sampai aku menerima telepon dari fandri dia bilang akan datang ke rumah ayah dan bunda dan aku pun mengiyakannya.

"assalamualaikum"

"waalaikumsalam masuk-masuk"

kata bunda

"nenek"

panggil Tika semangat

"waah cucu nenek"

memeluk

"nek tapi kan Tika lihat empus kecil loo lucu licin licin"

Tika menceritakan kejadian yang tadi

"licin licin!??"

bingung

"itu loo Bun dia lihat si mpus melahirkan, langsung dipegang dan digendong loo bun Aku kira dia yang kenapa-napa"

jelasku

"hahahah kamu langsung panik lah yaa"

"ya iya lah bajunya berdarah gitu yaa aku kira dia yang luka eeeh ternyata"

"hahahahahaha"

ayah dan bunda tertawa

setelah pembicaraan yang cukup panjang dan suasana sudah mulai tenang aku dan kak Arta langsung bersalah dan saling maaf maafan dengan ayah dan bunda.

"assalamualaikum"

"waalaikumsalam"

jawab kami

"fandri!!"

kaget Bunda

langsung bangkit dan melihat fandri dari atas ke bawah memastikan keadaannya baru mendekat.

"hai Bun"

sapa fandri

"hai hai endasmu peyank fan!!"

kata bunda menokok kepalanya

"aduk Bun sakit"

kesakitan

"tau sakit kan bunda hatinya ini lebih sakit tau gak waktu kamu hilang gitu hah!! kepala bunda ini udah mikir tah apa apa tau!!"

omel bunda

"maafin fandri ya Bun"

peluk fandri

sesaat bundapun tenang tapi saat berikutnya berubah.

"maaf maaf awas kamu yaa!!!"

omel bunda

bahkan saat itu bunda sampai melepas sendalnya untuk memukul fandri sangking geramnya.

"ampuuun bun"

berlari

"rasain kamu yaa, hhmm enak kan"

kata bunda melempar sendal ke duanya

"hahahahaha"

membuat kami semua tertawa dengan yang mereka lakukan itu.

syukur lebaran kali ini aku merasa sangat lengkap karena kehadiran orang orang tersayang di dekatku terima kasih Tuhan untuk kesempatan ini.

=================================

minal aidin wal faizin

mohon maaf lahir dan batin

saya Nita neko minta maaf sebesar-besarnya yaa kalau ada salah salah penulisan atau yang lainnya karena khilaf adalah sifat manusia dan meminta maaf adalah sebuah kewajiban

terima kasih buat kalian yang udah mau baca cerita ini

😘😘😘😘😘😘😘😘

semoga kalian suka dengan cerita kali ini

insya Allah kalau nggak terlalu sibuk besok akan kembali apa up

terima all


Load failed, please RETRY

Capítulos de desbloqueio em lote

Índice

Opções de exibição

Fundo

Fonte

Tamanho

Comentários do capítulo

Escreva uma avaliação Status de leitura: C130
Falha ao postar. Tente novamente
  • Qualidade de Escrita
  • Estabilidade das atualizações
  • Desenvolvimento de Histórias
  • Design de Personagens
  • Antecedentes do mundo

O escore total 0.0

Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
Denunciar conteúdo impróprio
Dica de erro

Denunciar abuso

Comentários do parágrafo

Login