Baixar aplicativo
73.56% Artika family / Chapter 128: baikkan

Capítulo 128: baikkan

begitu selesai berbuka puasa kami bersantai sambil menikmati cemilan dan nonton tv.

setelah panggilan pertama tadi aku kaget dengan ponsel jadul miliknya itu.

ini sudah panggilan ke tiganya benar benar membuat aku tak nyaman.

apa lagi aku sedang duduk dengan manjanya di sampingnya.

"siapa sih kak"

tanyaku

"dari rumah sakit loo yank"

jawabnya

"kok dari tadi kayaknya nelpon terus"

"iya soalnya mereka kirim email sayang aku belum ada cek ini nnty malam aja besok baru aku selesaikan"

"oooh gitu"

"hhmm iya, oo yang masih ada nugget kemarin"

"entah kak, kenapa"

"pengen yaank"

"ya udah aku lihat dulu lah nnty aku gorengin"

"ok sayank"

akupun bangkit dari belakang tempat paling nyaman itu lalu pergi ke dapur melihat ini kulkas dan tenyata masih ada akupun langsung mengambil wajan dan memanaskan minyak.

"ada sayang"

memeluk dari belakang

"ada kak"

jawabku

"yang banyak yaa"

bisiknya

"enak di kakak lah yaa"

"kita makan berdua sayang"

"hhhhmmm ya udah sana ah lama jadinya"

"gak mau ah"

"kakak"

"apa sayangku"

"iihh sanaaa"

"gak mau"

begitu lah terus perdebatan kecil kami setelah berbaikan jadi sama sama manja.

"hhoooeeeekk!!"

kami langsung melihat

"najis aku liat kalian sumpah"

"fandri!!"

"iya aku kenapa"

terus berjalan membuka kulkas

"mana Arfa dan Tika"

tanyaku

"mana aku tau laah itu kan anak kalian"

cueknya

"oohh gitu, kak mana ponsel kakak"

"ini yang, buat apa"

"buat telepon bunda mau bilang anak laki lakinya lagi di sini"

"eeh eh eh kak kak aku becanda kak jangan kak"

langsung berbalik

masih dengan memegang ponsel kak arta aku yang sudah lupa gimana cara pakainya akhirnya hanya berpura pura untuk menelpon bunda untuk mengerjai fandri yang ngeselin ini.

"kakak jangan kak aku mohon kak"

mendekat

"bodok amat"

cuekku

"kak ih iya iya itu Arfa juga Tika lagi main aku cuma haus ajanya kak"

"bodok fan, haloo Bun tarika mau bilang soal fandri Bun"

pura-pura

"KAKAK!!!"

teriaknya dan langsung mendekat

dengan segera akupun menghindar dan sembunyi di belakang kak Arta.

"iya iya ah kakak gak telepon"

kataku langsung

"ya ampun kak mau copot jantungku"

menghela nafas

"uwaaaaaa!!"

teriakku

"apa sayang"

kak Arta kaget

"nuggetnya!!"

kataku

dengan segera kak Arta berbalik badan dan melihat ke wajan, dengan wajah kesal kak Arta melihat ke fandri yang datang sebagai pengganggu.

"ini semua karena kamu fan!"

kata kak Arta murka

"lah loh loh kok jadi aku sih"

mundur perlahan

"fandri!!"

teriak kak Arta mulai mengejar

"hahahahahahaha"

aku tertawa dengan kerasnya

aku angkat nugget yang sudah sangat hitam itu dan menggoreng lagi yang baru, aku lihat lihat lagi nugget hitam itu membuat aku kembali tertawa geli.

begitu aku selesai menggoreng semua nugget aku segera menempatinya bersama sausnya juga dan akupun menuju ke ruang tv melihat kak Arta dan fandri yang tadi kejar-kejaran.

"iihh udah ah, ini masih ada kok tapi yaa gak banyak"

kataku dan duduk

"ini gara gara kamu ni fan"

menyalahkan

"laah kok aku sih bingung deh"

"iya kalau kamu gak mancing mancing dia marah kan gak gini"

"hhmmm ya ya ya"

manyun

"Abang ajak adek sini kita makan nugget"

panggilku

"iya Bun"

sautnya

setelah perdebatan berakhir suasana pun kembali tenang kami makan nugget bersama sambil menonton acara TV pada malam itu.

setelah melihat berita aku pun baru ingat kalau lebaran tidak lama lagi hanya tinggal menghitung hari,walaupun ini bukan lebaran pertama tapi buatku setiap aku merayakan hari raya idul Fitri bersama keluarga adalah hari-hari yang berharga yang pernah aku jalani.

saat kami tengah menikmati waktu yang tenang lagi-lagi ponsel baru kak Arta berbunyi membuat aku tidak nyaman.

"siapa lagi sih ini"

katanya kesal

Kak arta pun segera bangkit dari tempat duduknya agak sedikit menjauh untuk menjawab telepon itu.

begitu kata kembali duduk di sampingku pun mulai dengan ocehan-ocehan nya.

"eh kakak ipar sumpah ya Aku malu banget deh lihat kamu tampang oke duit banyak gitu denger hpnya tulalit hahahahaha tampang kota tapi ndeso hahahahaha parah parah"

ejeknya

"iya deh kak aku juga nggak nyaman dengernya"

ikut ikutan

"jadi mau gimana nanti kamu ngambek lagi"

jawabnya manyun

"laah kok jadi aku"

protesku

"lah kan memang iya yank, biar aku nggak main game lagi"

lanjutnya

"olah kak kak kok hidup gampang dibawa susah"

kataku bangkit

aku bangkit dari tempat dudukku dan mencari ponsel yang diletakkan kak Arta tadi, setelah aku membawanya dengan lengkap kertas yang masih tertulis di layar aku kembali menghampiri kak Arta dan fandri tempat berdiri di kak Arta aku ku melepaskan kertas dari ponselnya dan menempelkan di kening kak Arta.

"yaank!!"

keluhnya panjang

"nih kak tinggal di uninstall aja gamenya, bukan sok kaya atau gimana Kak cuman HP ini ngingetin masa lalu susah banget deh hahahaha"

jelasku dan tertawa

"hahahaha iya kak pas itu"

setuju fandri

"belum lagi nanti selesai kita lebaran kakak mau tugas di luar kotor mana kenyang Aku cuma denger suara kakak"

lanjutku

"kenyang!?? emang aku makanan apa Hahaha"

"iya, kalau nggak lihat kakak bisa-bisa aku mati"

lanjutku dengan sedikit malu

"ya ampun sumpah najis banget aku kalian berdua"

kata fandri bangkit

"hahahaha makanya jangan jadi jones"

ejek kak Arta

"ya ya ya ya"

pergi

"iya juga ya yang aku lupa lho nanti setelah lebaran mau kerja di luar kota"

baru ingat

"hhmm tu lah kakak pikun"

"hahahah ya gak juga yank"

"hhmm jadi kita nggak bisa terlalu berlama-lama dong di Korea"

lanjutku

"iya sayang, tapi besok aku lihat lagi deh gimana"

"ya ampun kak bisa kebayang gak sih menderitanya aku kakak tinggal 2 bulan terus nggak bisa video call nggak bisa chatting kalau kakak pakai HP itu terus haduuh"

lanjutku dengan duduk bersandar di sampingnya

"iya ya yank aku pun nggak bisa dong enggak lihat kamu dalam waktu lama"

menatap

"entah iya daa tuu"

lirikku

"iya sayang"

membelai rambutku

setelah pertengkaran kecil kami kembali seperti semula baik aku dan kak Arta dengan cepat membuka hati untuk saling memaafkan karena pada dasarnya sebuah hubungan harus ada rasa mengalah dengan pasangan walaupun menurutku wanita tidak pernah salah tapi wanita tidak buta harus melihat kebaikan dan usaha seorang pria untuk dirinya.

karena sudah larut malam aku pun mengajak kedua anakku untuk tidur dan begitu mereka sudah tidur aku kembali turun melihat ke atas yang ternyata mengecek email yang tadi dikirim oleh pihak rumah sakit.

"jangan lupa pakai kacamata"

kataku saat mendekatinya

"iya sayang"

jawabnya

"iihh iya tapi gak di pakai loo"

tiba-tiba Aku ingin mengganggunya secara perlahan aku mendekat lalu duduk di pangkuannya menatapnya dengan senyuman membuatnya langsung mengalihkan perhatiannya padaku.

tangan dan matanya berhenti melihat ke layar laptop sekarang dia hanya tersenyum ke arahku dan semakin mendekat.

"noo"

kataku menolaknya

"taunya mancing deh, giliran aku udah makan umpan pancingan kamu lepasin lagi sakit tahu enggak sih yang di gantung-gantung"

katanya dengan manja

"hahaha lebay banget"

tertawa geli

karena kak arta sudah mulai terpancing akupun bangkit dari pangkuannya takut dia semakin menggila, begitu aku melangkah kak Arta menarik tanganku dengan cukup kuat sampai aku jatuh terbaring di sofa.

"kakak ih!!"

kaget

"berani berbuat kamu harus berani bertanggung jawab yank"

dengan senyuman yang sangat aku mengerti

"noo kak noo"

berusaha menolaknya

"yaaaank"

panjang

akhirnya akupun menyerah melawannya dan dengan malu malah melingkarkan kedua tanganku pada lehernya itu langsung membuatnya tersenyum dengan sangat lebar.

============================

hai all semoga suka yaa


Load failed, please RETRY

Capítulos de desbloqueio em lote

Índice

Opções de exibição

Fundo

Fonte

Tamanho

Comentários do capítulo

Escreva uma avaliação Status de leitura: C128
Falha ao postar. Tente novamente
  • Qualidade de Escrita
  • Estabilidade das atualizações
  • Desenvolvimento de Histórias
  • Design de Personagens
  • Antecedentes do mundo

O escore total 0.0

Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
Denunciar conteúdo impróprio
Dica de erro

Denunciar abuso

Comentários do parágrafo

Login