telepon
Yulia:"Hallo tar"
Tarika:"yaaa yul, kenapa!?"
Yulia:"eeh besok acara 7 bulanan datang yaa"
Tarika:"ooh ok ok"
Yulia:"aku tunggu yaa, ajakin kak Arta juga yaa"
Tarika:"pasti itu"
Yulia:"ya udah aku mau kabari yang lain nih"
Tarika:"ya ya bye"
Yulia:"bye"
menutup telepon
"aah udah 7 bulan aja si ayu"
kata ku berjalan ke dapur
"panas banget pengen yang segar-segar deh"
membuka kulkas
tapi saat aku melihat isi kulkas sayangnya gak ada yang bisa di buat jadi olahan.
musim hujan telah berlalu dan musim panas pun datang.
kadang suka pengen sih bayangin Indonesia turun salju seperti di drama-drama Korea.
tapi kalau lagi ujan aja badan bisa menggigil, apalagi hujan salju ya.
"buuk Inah"
panggilku
"oo buuk"
panggilku lagi
"iyaa"
sautnya dari kejauhan
aku menghampiri Bu Ina yang ternyata sedang mencuci.
"besok ibu belanja ya kan"
kataku berdiri di pintu
"iya, kenapa nak"
tanyanya
"hehehehe"
cengengesan
"lah kenapa kok malah cengengesan"
buk Inah berhenti sejenak
"anu buk saya mau minta tolong"
lanjutku
"emang mau minta tolong apa"
tanyanya lagi
"tolong beliin bahan-bahan untuk buat minuman"
jawabku
"ooohh iya iya, nanti dicatatin aja apa yang mau dibeli besok biar ibu beliin"
kata buk Inah kembali melanjutkan
"makasih buk Inah hehehe"
kataku lagi
saat aku rasa kulkasku begitu kosong aku pun berencana untuk melihat isi kulkas dari rumah ayah dan Bunda.
dengan menggunakan jaket dan payung aku keluar dari rumah melewati teriknya matahari yang terasa membuat aku begitu melelehkan.
"assalamualaikum"
masuk
"waalaikumsalam"
jawab bunda dan ayah
"wah wah wah wah wah anak-anak Bunda ini ya betah banget kalau disuruh tempat kakek neneknya nggak ingat pulang"
kataku lewat
"ya iyalah rumah kami kan rumah baru hahahaha"
jawab bunda sambil tertawa
"ya ya ya ya"
kataku berlalu langsung ke dapur
aku buka kulkas 2 pintu milik ayah dan bunda kira kira apa yang akan aku dapatkan di dalamnya.
je je je jenk
"Alhamdulillah rezeki anak soleha, ada ice krim hehehe"
kataku dengan senangnya
aku berbalik dan menuju ke ruang tv ikut bersama semua yang sedang nonton, masih dengan senyum yang lebar aku perlahan buka bungkus ice krimku, belum di makan aja udah kerasa adem huu.
"aah mantap"
kataku mulai membuka mulut ingin menggigit
"laah lah loooh Bun kok di ambil"
kataku melongok dan menelan ludah
"aaak aak auum enaaak"
kata bunda menggigit ice krimku tadi
"iihh bunda jahat banget sih tarika udah bela belain yaa panas panasan ke sini, gitu dapat penyegar kok bunda yang makan ihh Bun"
protesku kesal
"lah loh kamu ini aneh, ini rumah rumah siapa!??"
tanya bunda
aku tak mau menjawab hanya manyun karena sangat kesal.
"jawab kak, laah kakak ambil ini dari kulkas siapa, kulkas nya bunda kan"
lanjutnya
"hhmmm"
membuang muka
"ya udah berarti ini punya bunda looh, ya kan yaah"
kata bunda lagi sambil menjilati ice krim
"hahahahahaha tarika tarika"
ayah tertawa
masih duduk dengan manyun, aku lirik ayah dan bunda yang saat itu menertawai aku, membuat aku jadi benar-benar merasa sangat panas dan mendidih.
tapi aku tidak bisa menjawab apapun karena memang yang dikatakan oleh Bunda semuanya benar.
akupun berpindah tempat duduk ke samping kedua anakku yang masih nikmat acara tv favorit mereka.
"assalamualaikum"
"waalaikumsalam"
jawab kami
langsung aku bangkit dari dudukku dan menggandeng tangan kak Arta yang baru saja datang.
"loh yank yank, mau ke mana"
tanyanya
"beli ice krim"
kataku langsung
"hah!!"
bingung
"hahahahahahahaha"
ayah dan bunda kembali tertawa
"kenapa sih"
kak Arta semakin bingung
aku yang sudah kesal tak lagi menghiraukan dan pergi dengan menggunakan payungku tadi.
sampai di mobil aku masih saja panas dengan manyun.
"kenapa sih yank"
tanya kak Arta
"aku lagi kesel"
"kesel kenapa"
menatap
"masa iya aku udah buka es krim yang dingin terlihat sangat nikmat dan menggoda tiba-tiba Bunda rebut dan langsung memakannya, panas-panas jalan gitu eeeeh gitu dapat rezeki dari kulkas mereka kalau kayak gitu, kesel ah!!!"
jelasku
"Oalah yank yank"
Kak Arta menggeleng-gelengkan kepalanya
mobil kak Arta langsung menuju ke supermarket yang memang tidak jauh dari rumah kami. dengan menggunakan tas samping aku berjalan dengan santai memilih es krim es krim dalam keranjang.
setelah aku rasa cukup puas aku langsung menuju ke kasir.
kak Arta yang hanya mengantarkan menunggu di parkiran.
"kak!!"
panggilku
dengan 2 kantong plastik yang aku rasa cukup berat aku panggil ke Artha untuk bantu mengangkatnya.
Kak arta pun datang menghampiriku dia kembali tersenyum melihat tingkahku.
aku yang tidak menyadari ada seseorang laki-laki yang berlari langsung menabrakku dan ternyata menjambret tasku.
karena dia berlari sangat kencang aku yang ditabraknya terpental dan luka di siku.
"yank yank, kamu gak papa kan"
tanya kak Arta panik
"cuman lecet kok kak"
kataku bangkit
merasa tidak terima aku langsung berlari mengejar.
"TARIKAAA"
teriak kak Arta memanggilku
"kamu gak usah gila yaa tar, jangaaan di kejar"
teriak kak arta lagi
"udah aku nggak apa-apa kok kamu urusin aja ice krim aku ya awas aja kalau sempat ada yang meleleh potong jatah 1 Minggu"
kataku terus berlari
"HAAH!!! TARIKAAA!!!!"
teriak kak Arta lagi
aku yang terus berlari tak lagi menghiraukan teriakan suamiku.
si penjambret yang berada di depan sudah mulai kelelahan menjadi kesempatan ku untuk semakin mendekat, tapi begitu hampir tinggal beberapa meter lagi dia memotong jalan dan menghilang.
saat itu aku sempat mencari carinya sampai akhirnya aku menemukannya kembali sedang bersembunyi di gang.
aku melangkah dengan sangat pelan begitu fokus memperhatikannya yang sedang mengatur nafasnya.
klontenk
"kaleng sialan"
kata aku langsung melihat ke si penjambretan tadi
dia yang mengenakan masker dan topi langsung mengambil posisi dan lari.
aku langsung melepas sepatu tebal ku dan melempar kan ke arahnya, di lemparan pertama aku hanya mengenai pundaknya saat itu dia sudah kesakitan, beruntung di lemparan kedua aku dapat mengenai kepalanya dan dia pun langsung terjatuh.
aku yang tidak mau menyia-nyiakan kesempatan langsung berlari dan duduk di atasnya.
"tolong. . . . tolong. . . . jambret. . . . . tolong. . . "
teriakku
karena aku yakin tidak akan sanggup menghadapinya sendirian karena dia bersikeras untuk meloloskan diri.
memang tidak terlalu banyak orang yang ada dan menghampiri tapi mereka semua cukup membantu karena membuat si penjambret jadi merasa takut.
"kenapa kenapa"
"lapor polisi cepat"
"mbaknya nggak papa nggak terlupakan"
"ayo yang cowok cowoknya dibantu"
kata beberapa orang yang memang ada di dekatku.
aku pegang tangannya kiri dan kanan dan meletakkannya di belakang aku tekan dan saat itu aku bangkit digantikan oleh seorang pria yang tadi memang sudah siap membantu.
"ampuni saya Mbak"
kata si penjambret
saat itu salah seorang yang tadinya hanya menonton membuka topi dan masker, betapa kagetnya aku ketika melihat wajah si penjambret yang ternyata masih sangat muda, aku pikir dia masih duduk di bangku sekolah menengah.
"sayang kamu nggak papa"
kak arta yang ternyata menyusulku
"iya iya nggak papa kok, tunggu sebentar deh Kak"
kataku mendekati si penjambret
aku mengambil tasku yang tadi dijambret nya, dengan jarak yang cukup dekat aku melihat ada setetes air Mata di mimpinya.
aku lihat tubuhnya mulai gemetar ketakutan dan akupun langsung merasa kasihan.
"mas tolong jangan kuat banget deh megang nya kasihan masih anak-anak"
kataku pada seorang pria yang tadi memegang tangan si penjambret
"yang kayak gini kok di kasihan nih Mbak sampah masyarakat ini kita pukulin rame-rame aja udah"
kata salah seorang lainnya
"eh jangan!! kita nggak boleh main hakim sendiri untuk apa ada hukum kalau gitu, apalagi dia anak di bawah umur"
kataku langsung
mereka yang ada di sekitar saat itupun hanya mengangguk-angguk, tak lama kemudian polisi pun datang si anak pun jadi semakin ketakutan dan menangis sejadi-jadinya saat itu.
"tolong pak, Mbak maafin saya, saya janji nggak bakal ngulangin ini lagi, ini semua saya lakukan demi ibu saya yang sekarang sedang di rumah sakit"
katanya sambil menangis
deg deg
jantungku berdetak
"alah bohong itu mah"
"modus aja"
"kalau maling ngaku penjara mah penuh"
"udah bawa aja pak polisi"
kata orang-orang yang masih berada di situ saat itu
"udahlah sayang, ayo kita pulang nanti es krim kamu keburu cair lo, biar semuanya yang ngurus polisi yang penting semua barang-barangnya udah kembalikan"
kata-kata menggandeng tanganku
"sebentar deh Kak"
kataku mendekati anak itu
"pak, bisa tunggu sebentar saya pengen bicara sama adik ini"
kataku
"oh ya silahkan"
kata si bapak
saat itu anak itu disuruh duduk di bawah, aku kembali memperhatikan dari penampilannya yang begitu sederhana dengan baju berwarna hitam yang sedikit kumal dan juga mengenakan sendal jepit yang sudah agak menipis.
aku lihat wajahnya yang sedikit memerah karena menangis dan aku pun akhirnya menanyainya kembali.
"apa benar ibu kamu berada di rumah sakit"
tanyaku
"iya bener Mbak saya nggak bohong"
dia berusaha meyakinkan
saat itu aku tidak bisa marah ataupun kesal aku benar-benar merasa kasihan padanya.
aku bantu dia berdiri dan akupun berbalik lalu berbicara dengan kak arta.
"aah gila kamu yank"
kata kak Arta kaget mendengar permintaanmu
"gila gimana, enggak ada salahnya kan bantu orang!!! aku nggak mau Kak menyesal kalau memang beneran dia ngelakuin ini semua untuk menolong ibunya yang berada di rumah sakit"
kata Aku berusaha meyakinkan kak Arta
"udah laah yank kamu mah terlalu baik"
kata kak Arta lagi
"ya ampun!! kan nggak ada salahnya buat bantu bantu orang yang susah, walaupun dia udah jahatin kita!! apa salahnya kita memberi sedikit rezeki kita bantu dia, kalau memang orang tuanya benar-benar sakit gimana kak!! terserah kakak mau ikut atau nggak!! aku bakal lihat apa benar kalau memang ibu dia lagi sakit dan membutuhkan uang untuk melakukan pengobatan, silahkan aja kakak pulang duluan aku bisa pesan grab nanti!"
kataku kesal
"ya udah iya iya ya"
kak Arta pun akhirnya mengiyakan
aku langsung mendatangi kembali pak polisi yang sudah mulai menaikkan si penjambret tadi ke mobil.
"pak pak maaf saya mengganggu, gimana kalau saya bawa si adik untuk melihat ibunya dulu, takut kalau memang ternyata beneran Dan itu berakibat fatal"
kataku
"tapi buk"
kata polisi sedikit keberatan
"udah bapak tenang aja sama saya kok, saya suaminya. kalaupun nanti memang benar ibunya sakit proses hukum harus tetap berjalan dan kami sendiri yang akan mengantarkan si adik ke kantor polisi"
kata kak arta berusaha meyakinkan pak polisi
"baik lah pak buk,tapi saya tetap harus memborgol ya agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan"
kata pak polisi
"iya pak"
kata aku dan kak Arta kompak
langsung aku mengajaknya menuju ke mobil kami, dia tidak banyak berbicara dan hanya mengatakan alamat di mana sang ibu sedang dirawat.
setelah beberapa menit perjalanan kami pun sampai di sebuah rumah sakit.
dan dia pun langsung berjalan menuju ke ruangan ibunya.
betapa kagetnya aku atas saat melihat ibunya yang terbaring dengan kaki yang baru saja diamputasi.
seperti tertusuk dan akupun ingin menangis.
"dek ini kenapa"
tanyaku
belum lagi pertanyaanku dijawab ibunya yang terbangun dari tidurnya kaget melihat anaknya di borgol dan balik bertanya.
"loh nak kamu kenapa"
tanya ibunya
wajah sang ibu yang terlihat jelas begitu kaget membuat aku tidak sanggup menahan kesedihan ku aku pun meneteskan air mata.
aku mengajak si adik duduk dan menyuruhnya menceritakan apa yang sudah terjadi pada mereka.
yang kuketahui saat itu mereka adalah pendatang baru di kota ini yang berniat mencari rezeki di sini, di hari pertama mereka sampai dan mereka menaiki sebuah mobil yang ternyata mengalami rem blong yang membuat mereka mengalami kecelakaan.
syukur si adik itu hanya luka ringan dan si sopir mengalami luka di bagian kepala sedangkan si ibu kakinya terhimpit oleh pintu dan harus diamputasi karena sudah benar-benar remuk.
"Oalah dek kamu itu loo otaknya dangkal banget, kita memang udah susah tapi kenapa harus melakukan itu"
kata sang ibu marah karena sudah dengar penjelasan kak Arta
"ini adek lakukan semua demi ibu, ini semua salah bapak!!!! coba aja bapak nggak ninggalin kita buk!! kita pasti nggak akan pergi keluar kota dan semua ini nggak terjadi Bu"
jawab di adek
saat itu si ibu pun hanya bisa menangis, aku dan kak arta berusaha menenangkan mereka, kami pun menjelaskan kalau kami akan membantu semua biaya perawatan sampai si ibu benar-benar pulih.
tapi seperti yang dikatakan tadi kalau hukuman tetap akan berjalan.
setelah kami menyelesaikan administrasi kami membawa isi adek kembali ke kantor polisi seperti yang sudah kami katakan kepada pihak polisi yang tadi.
"saya mohon pamit ya pak, walaupun saya jadi korban saya tidak ingin menjatuhkan hukuman yang berat, kalau bisa seringan ringan mungkin untuk si adik, seby bentuk pembelajaran"
kataku
"baik buk"
kata pak polisi mengerti
kami pamit pada ada semua yang ada di situ saat itu aku lihat si adik masih tertunduk sedih.
aku dan kak arta pun berjalan ingin keluar dari kantor
"MBAAK!!"
teriak si adik, kami pun menoleh ke belakang
"terima kasih banyak benar benar terima kasih"
katanya kembali menangis berusaha tersenyum
=============================
semoga suka Yaa
tulisan ulasan yaa