Baixar aplicativo
41.95% Artika family / Chapter 73: ayah

Capítulo 73: ayah

setelah waktu itu aku meminta izin pada rumah sakit dan memang diperbolehkan tapi tidak untuk waktu yang lama, hari ini kami akan berangkat menuju rumah istriku, setelah beberapa jam di perjalanan kami pun tiba di tempat tujuan.

semua yang saat itu sudah mengetahui kami akan datang menyambut kedatangan kami dengan sangat senang, kami diajak masuk disuguhkan makanan dan minuman.

bunda dan ayah pun bertanya-tanya soal keadaan kami kabarkan dan soal masalah yang kemarin, saat kami menjelaskan bahwa semuanya baik-baik saja dan semua yang sudah selesai mereka pun yang bener itu merasa bersyukur semuanya dapat berjalan dengan semestinya.

" itu anak kamu suruh tidur deh capek di perjalanan"

suruh bunda

"aah iya bunda"

jawabku

aku pun segera mengajak kedua anakku ke kamar selalu membuatkan mereka susu dan mengajak mereka tidur karena memang sudah hampir jam di usia mereka.

saat aku ingin kembali ke dalam kamar aku melihat suami ku sedang berbicara dengan ayah.

"ayah kok kayanya kurang sehat ya"

tanyaku

"aah gak lah begini-begini aja kok"

jawab ayah

" gimana di rumah sakit aman"

tanya ayah balik

"aman yah"

jawabku

" kamu jangan lupa jaga kesehatan, Makan yang teratur, Tidur jangan larut malam yaa ar"

menepuk pundak

" iya yah pasti"

anggukku

" mau minum kopi nggak biar Ayah suruh buatin tarika ar"

menwari

"ooh gak usah yah, Arta kalau kopi kurang suka kalau minum sering mules perutnya"

jawabku

"hahahahah ya begini nih kalau orang kaya nggak bisa minum-minuman nya orang miskin"

kata ayah Sambil tertawa

"hahahahaha ya gak laah yah, ah ayah ini"

ikut tertawa

"hahahahaha"

kami pun tertawa bersama

"ar"

"iya yah"

" Ayah boleh minta tolong gak"

menatap serius

"boleh lah yah, emang apa yah"

tanya aku menatapnya

"hhhmm udah ah besok aja kamu istirahat aja sana"

kata ayah dan pergi

"yaah"

panggilku

Tapi saat itu Ayah tetap berjalan tanpa memalingkan wajahnya dan masuk ke dalam rumah.

aku pun akhirnya masuk ke kamar dan berbaring entah kenapa perasaanku saat itu tidak enak aku begitu penasaran apa yang sebenarnya yang ingin dikatakan ayah saat itu.

"aaaahh apa sihh"

kataku menggaruk kepala

" Kamu kenapa sih Kak"

tanya tarika

"aah gak kok yank"

jawabku tersenyum

"bener neh kak Awas ya kalau kamu bohong"

mendekat

"hhmm iya yank"

jawabku sedikit ragu

aku yang saat itu memilih untuk berbohong, Entah kenapa saat itu.

"ya sudahlah mungkin hanya perasaanku saja"

dalam hati

saat hari menjadi gelap malam datang kami semua masih asyik dengan cerita kami masing-masing, aku sesekali memperhatikan ayah yang saat itu juga ikut tertawa bersama kami wajah tuanya yang sedikit memucat seperti kelelahan atau semacam apa gitu.

tapi ayah saat itu tidak memikirkan tentang dirinya tapi kebahagiaan keluarga nya.

di usianya yang 59 tahun sekarang ini dia masih bekerja masih menjalankan hobinya bahkan suka berolahraga bersama teman-teman, hari ini adalah hari kedua kami di sini seperti yang di katakan kemarin aku diajaknya memancing, Kami pergi menggunakan motor perlengkapan yang sangat lengkap topi umpan pancing jaket dan juga bekal, beberapa menit di perjalanan kami pun akhirnya sampai pada tempat tujuan kolam pemancingan ini adalah kolam favorit Kenapa favorit karena kata ayah ada Kenangan bersama tarika di sini.

Kami langsung mencari tempat yang nyaman memancing, begitu Ketemu tempat yang pas ayah dan aku langsung memasang umpan dan menyiapkan tempat duduk barulah melemparkan umpan ke air.

saat itu sambil bercerita cerita dan akhirnya Ayah melanjutkan perkataannya yang waktu itu.

"ar"

"iya yah"

jawabku

"ayah sakit kangker"

tiba tiba

aku yang saat itu sangat kaget sampai tak dapat berkata kata lagi, langsung ku peluk ayah mertuaku itu mataku yang saat itu mulai perih dan ingin meteskan air mata

"tolong jangan katakan pada siapa siapa yaa nak"

lanjutnya lebih mengagetkan aku

"gak bisa ayah semua harus tau"

jawabku langsung

"gak nak, ayah gak mau ngerepotin semua"

tersenyum

"ngerepotin gimana ayah, gak mungkin lah kaya gitu, udah ah pokonya semua kan demi kesembuhan ayah, artapun akan lakuin semua demi ayah"

"ar"

"kalau kita bisa bertindak cepat kita pasti bisa sembuhin kok yah pasti"

"ar"

"kita pulang sekarang yuk yah"

"ARTA!!!!"

teriak

aku yang sedari tadi tak menghiraukan pangilan ayah, mendengar dia yang berteriak memanggil namaku saat itu membuat aku jatuh terduduk lutut kakiku saat itu sangat lemas, ayah yang aku liat saat itu tersenyum dengan sangat hangat seperti biasa seolah tak pernah terjadi apa apa membuat aku menangis merasakan sakit yang berdarah ini dan dia dengan lembutnya memelukku membuat aku semakin menangis

"udah aah ar, malu di liatin orang anak laki laki kok nangis sih"

kata ayah menepuk kepalaku pelanah

"ayah mau minta tolong nak kalau nanty ayah sudah di panggil oleh sang pencipta yang tak tau kapan, ayah harap kamu bisa jadi penggantinya ayah yaa nak, tolong jagain anak anaknya ayah, tolong selalu ingatin tarika untuk sayank sama adik dan bundanya juga ya nak"

sambungnya semakin menyayat hatiku

"ya ampun ayah ayah gak boleh ngomong gitu yaaah, kita masih harus berusaha yaah masih ada mengobatan yang bisa di jalani untuk mendapatkan kesembuhan yaah, jangan nyerah yaah"

kataku menggenggam tangannya

"gak nak gak, ayah tau itu semua sia sia ayah sudah kangker perut setadium akhir ar dan ayah sekarang hanya ingin merasa kebahagiaan itu ar, ayah gak mau melihat tangisan tangisan mereka kalau sekarang mereka tau tentang ayah, kamu janji yaa jangan kasih tau mereka"

menatapku berharap

"arta gak bisa yah gak bisa, arta gak akan sanggup pendam rahasia besar ini yah arta gak akan bisa yah"

kataku kembali menangis

"bisa!!! ya udah yuk kita pulang"

berdiri memungut semua peralatan kami dan melangkah pergi

aku yang saat itu terus menatapnya yang masih dengan santainya berjalan bersamaku, aku yang berada di belakangnya terus memandang pundak ayah mertuaku itu

"ooh tuhan bagaimana dia bisa sekuat itu, bagaimana dia sesiap itu untuk menemui kematianya oooh ayah"

kataku dalam hati

saat kami kembali pulang tanpa membawa apapun, dan aku hanya membawa kesedihan yang harus aku pendam sendiri, sesampainya di rumah kami yang baru turun dari motor sudah di sambut kedua anakku arfa dan tika dengan sangat cerianya.

ayah yang saat itu terlihat sangat senang langsung menggendong kedua anakku itu mengecup kening mereka satu persatu, terlihat jelas saat itu anak anak tertawa geli karna jenggot dan kumis ayah yang mengenai wajah mereka membuat semua orang yang melihat tertawa.

aku yang saat itu merasa sakit yaaa sangat sakit meneteskan air mata di pipi.

"lah kok kamu nangis kak"

saat ituu aku sangat kaget karna tarika ternyata berdiri di sampingku dan melihat aku menangis, segera aku seka air mataku dan melihat ke arahnya

"aaah gak kok sayang ini kenak debu dari jalan tadi aku lupa pakai kacamata tadi yang, hehehehe"

jawabku saat itu

"oooohh gituu, ya udah aku ambilin obat tetes mata ya kak"

lanjutnya

"gak usah sayang nanty aja kita lagi kumpul kumpul gini kan, nanty gak ada yang jagain anak anak"

"kan ada buk inah kak"

"aaaahhh iya ya yank lupa aku"

tarika masuk ke dalam dan mengambil obat tetesmata untukku dan tak lama dia pun kembalilangsung duduk di sampingku.

"eeh eh eh rame bener ada apaan"

kata fandri saat baru pulang

"aaah gak ada kok"

jawabku

"ada kok ada"

sambung ayah

"apa yah"

tanya fandri lagi

"kita jalan jalan ke pulau banyak lagi yuk"

ajak ayah

"waaah ide bagus tuuh yuk yuk yuk"

sambar istriku

"yuk yuk yuk yah yeeeee"

sorak fandri

"kamu kuliah"

sambung bunda

" tinggal aja hahahahah"

ayah tertawa dengan kerasnya sampai

"aduuuh akk aduuuh"

merintih kesakitan memegang perutnya

aku yang saat itu duduk langsung mendekat ke ayah membantunya ke dalam, aku yang saat itu sangat panik tapi sok tenang bingung menjawab semua pertanyaat mereka.

"ayah kenapa kak?"

tanya istriku

"kok akhir akhir ini sering sakit perut yaa"

tanya bunda juga

"aah hhmmm ituuu, biasanya orang yang punya asam lambung duh suka telat makan hhmm nanty kita ajak ayah periksa ya"

jawabku sangking bingungnya

tak lama setelah itu Ayah pun keluar dari kamar mandi wajahnya yang pucat dan mengeluarkan keringat cukup banyak membuat aku semakin tidak bisa berkata apa-apa lagi.


Load failed, please RETRY

Capítulos de desbloqueio em lote

Índice

Opções de exibição

Fundo

Fonte

Tamanho

Comentários do capítulo

Escreva uma avaliação Status de leitura: C73
Falha ao postar. Tente novamente
  • Qualidade de Escrita
  • Estabilidade das atualizações
  • Desenvolvimento de Histórias
  • Design de Personagens
  • Antecedentes do mundo

O escore total 0.0

Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
Denunciar conteúdo impróprio
Dica de erro

Denunciar abuso

Comentários do parágrafo

Login