Baixar aplicativo
25.28% Artika family / Chapter 44: kosong

Capítulo 44: kosong

"tarika"

terdengar suara yang ku kenal memanggilku, ya itu adalah mama.

"nak, maaf mama baru bisa datang ci kembar rewel ternyata ini sebapnya, sabar yaa sayank Mama yakin semua akan baik-baik saja kamu yang kuat sayang"

memeluk

"iya maah, makasih yaa maaf tarika lama kabarin mama yaa tarika udah susah berpikir ma malahan sempet lupa sama si kembar tadi"

menatap ke mama

"ya udah gak papa sayank, mama ngertiin kok pokonya kamu jangan mikirin yang gak gak ya sayank, kamu pulang ke rumah gih kasihan Arfa dan Tika kan, biar mama yang gantian jagain arta yaa"

mengusap kepala

"hhmm ya udah ma tarika pamit yaa, tolong kasih kabar ya mah kalau ada perkembangan"

pamitku dan salaim

"iya sayank pasti"

mulai duduk

oh iya yaa udah hari ke 2 aku di RS nunggu kak arta sadar, aku sendiri lupa kapan aku terakhir mandi dan makan.

segera aku memanggil taksi dan segera menuju ke rumah mama setiba di sana aku langsung di sambut kitty juga kedua anakku.

serasa hati ini kosong dan aku menangis terduduk membuat kedua anakku ikut menangis juga.

"maafin bunda yaa nak harusnya bunda gak cengeng gini sayank"

pelukku mereka

"kakak yang kuat yaa"

peluk kitty

"iya kit, kakak titip mereka sebentar ya mau mandi dulu"

berdiri dan pergi

aku yang masih menangis meninggakan mereka begitu saja tanpa memikirkan Mereka lagi

"undaa undaaaaa"

aku berbalik, melihat Tika mengejarku dengan masih menangis hatiku terpukul sangat sakit dan itu membuat aku sadar aku harus menjadi wanita yang kuat, aku harus bisa!! karna aku masih punya dua penyemangat, yaa dua buah hatiku ini.

saat itu langsung aku seka air mataku aku berusaha kuat dan tersenyum di hadapan Tika.

"tika mau ikut bunda mandi sayank"

lembutku dan dia menganggup

"yuk sayank"

menggendong dan mulai melangkah pergi

"ituuut afa itut ituut"

teriak dan berlari

kembali aku melihat ke belakang ternyata ci abang berlari minta ikut juga.

"iya abank iya sini"

senyumku dan mulai menggendong

"aduh nak bunda gak sanggup"

menurunkan

"unda undaaa ituut"

"unda edoong unda"

protes mereka di turunkan

"hahahahahaha"

ejek kitty yang masih di situ

"diam kamu kit"

sebelku

"hahahaha aduh dek bunda kalian terlalu kecil gak sanggup dia"

tawanya lagi

"kurang asem kamu kit"

pergi menggandeng Arfa dan menggendong Tika

bahkan saat aku ke ataspun dia masih tertawa, aku pun masuk ke kamar langsung menyiapkan air hangat di bak mandi dan membuka baju keduanya lalu kami mandi bersama.

saat melihat tawa mereka membuat aku semakin merasa kuat yaa kuat menerima ini mereka adalah sebahagian dari kebahagiaanku dan aku akan jaga itu semua bersama hati ini.

begitu selesai aku turun bersama mereka.

"kit ini udah pada makan?"

tannyaku

"belum kak"

jawabnya sambil membuka buku

"kamu sibuk yaa"

tanyaku lagi

"lumayan kak kenapa kak, bilang aja kak gak papa"

jawabnya

"udah deh gak jadi lanjut aja"

kataku dan pergi

"beneran niih kak"

teriaknya

"iyaa"

jawabku

segera aku ke dapur dan menyiapkan makan mereka, syukur di usia sekarang ini mereka itu gak terlalu susah untuk makan jadi aku gak kerepotan.

setelah mereka selesai makan dan sekarang mereka bermain tak begitu jauh sekarang giliran aku yg makan, 2 hari aku di sana aku tak berselera makan.

aku yang makan sambil melihat lihat mereka di sana, aku memperhatikan kalau Tika mengantuk segera aku selesaikan makanku dengan cepat dan pergi menidurkan keduanya.

sambil sedikit bernyanyi mengayun mereka agar mereka tertidur,setelah beberapa menit merekapun akhirnya tidur juga.

aku berbaring sejenak menatap ke atas dengan pandangan kosong, ruangan itu terasa sepi tanpa suara dan pikiran aneh aneh mulai datang di kepalaku membuat aku kembali meneteskan air mata.

"kak, aku rindu kamu kak"

menatap ke bantal di sebelahku yang kosong

"kak biasanya saat kita tidur kamu di sini kak, merelakan lenganmu jadi bantal kepalaku sudah menjadi kebiasaanmu, kak AC di sini terlalu dingin aku rindu pelukmu yang hangat kak, kak liat deh kak ini bantal yang selalu kakak ambil saat aku tidur karna kakak gak terima aku peluk bantal guling dari pada memeluk kakak, kak ambil kak ambil aja"

tangisku semakin menjadi jadi

"kak ini terlalu berat kak, apa aku akan sanggup kak"

mataku saat itu terpejam

begitu aku terbangun karna kaget ranjangku bergoyang, segera aku lihat dan ternyata itu kitty sudah tidur di sampingku.

aku lihat sekali lagi ke sebelah ku ya itu benar kitty bukan kak arta, hanya mimpi namanya kalau kak arta yang ada di situ.

segera aku bangkit dari tidurku dan keluar untuk berkeliling taman sebentar membersihkan pikiranku yang rasanya masih terus tinggal di rumah sakit memikirkan kak arta yang masih belum sadarkan diri dari 2 hari yang lalu.

sampai aku duduk di bangku taman menatap bunga-bunga yang bermekaran aku menghirup nafas dalam dan membuangnya lalu memejamkan mata sejenak.

"nak"

suara itu tiba-tiba mengagetkan aku begitu aku berpaling pelukan hangat dan lembut menyambut, aroma ini begitu aku kenali bahkan sedari aku kecil dia adalah Bunda.

" Bunda kok ada disini"

tanyaku bingung

" Iya bunda dengar kabar dari ibu mertua kamu jadi bunda langsung ke mari"

lepasnya

"maaf Bunda tarika nggak kabarin ke bunda"

pelukku lagi

" Iya nggak papa sayang, semua bakal baik-baik aja kok kamu yang kuat dan sabar yaa"

usap bunda pundakku saat itu

Terima kasih Tuhan Engkau masih memberikan aku pelukan hangat dari kasih sayang seorang ibu, Iya Ibu yang lembut dan mencintai anaknya.

"iya bunda"

anggukku

dan akhirnya aku dan Bunda masuk ke dalam ternyata Ayah juga ikut bersama Bunda, Aku berlari ke arah ayah dan memeluknya erat melepas rindu yang sangat lama.

" yang sabar ya nak, Tuhan lagi sayang sama kita"

usapnya lembut kepalaku

" Iya Ayah Tarika tahu"

melepas

setelah aku cerita panjang dan lebar soal kecelakaan itu dan juga kondisi kak Arta dan teman-temannya aku permisi sebentar untuk mengambil minuman dan beberapa makanan.

begitu aku kembali dari dapur ternyata Arfa Dan Tika sudah ada bersama mereka.

" Udah pada bangun sayang"

ucapku sambil meletakkan minuman dan makanan dimeja

" kayaknya mereka pada haus ini, masih minum ASI kan nak"

tanya bunda

" kalau Arfa udah agak susah bun dia sering nolak, tapi kalau Tika masih"

jawabku

" Ya udah itu dibuatin dulu susunya Arfa baru si Tikanya di susuin"

sambil menggendong tika

"iya bun, Tolong jagain sebentar ya"

kataku dan kembali ke dapur lagi

setelah aku kembali dan memberikan susu kepada Arfa lalu aku menggendong Tika mengajaknya ke kamar untuk disusui, setelah merasa Tika sudah kenyang kami pun kembali turun, aku lihat Ayah sedang bermain dengan Arfa tawanya yang begitu menyegarkan mata membuat aku tersenyum. ketika aku baru saja duduk ponselku berbunyi.

"telepon"

" Halo Ma ada apa? apa terjadi sesuatu"

tanya ku saat tau yang menelepon itu adalah mama

" gak kok nak, ada kabar baik sayank"

jawabnya

"apa bunda"

tanyaku semangat

"arta sudah sadar"

jawabnya

" Ya ampun syukur alhamdulillah ya udah ma tarika ke sana terus ya"

jawabku dengan cepat

"tapi nak"

terputus

" Oke mah tarik OTW Assalamualaikum"

mematikan

dengan semangat aku kembali ke atas mengambil tas dan beberapa barang, Aku meminta bunda untuk tetap tinggal dirumah mengawasi Arfa dan Tika karna kitty masih tidur di atas.

sedangkan aku dan ayah pergi ke rumah sakit untuk melihat keadaan ke Artha di sana.

begitu Kami sampai di sana jantungku yang berdebar sangat kencang karena rasa bahagia itu meluap-luap aku langsung masuk dan memeluk erat suamiku itu tanpa pikir panjang lagi sangking senangnya.

"kak syukur kamu udah sadar Kak"

kataku memeluknya

" Maaf kamu siapa ya?"

======================

tunggu kelanjutannya yaa

terima kasih


Load failed, please RETRY

Capítulos de desbloqueio em lote

Índice

Opções de exibição

Fundo

Fonte

Tamanho

Comentários do capítulo

Escreva uma avaliação Status de leitura: C44
Falha ao postar. Tente novamente
  • Qualidade de Escrita
  • Estabilidade das atualizações
  • Desenvolvimento de Histórias
  • Design de Personagens
  • Antecedentes do mundo

O escore total 0.0

Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
Denunciar conteúdo impróprio
Dica de erro

Denunciar abuso

Comentários do parágrafo

Login