Baixar aplicativo
14.91% Hirarki abu-abu / Chapter 17: Ceroboh

Capítulo 17: Ceroboh

Mereka terlihat kaku satu sama lain. Di lantai bawah, Chintya dan Dilla mengamati dengan khawatir. Mereka berusaha untuk menahan godaan melabrak wanita di hadapan Bulan. Mereka tau persis, tidak pernah sebelumnya mereka melihat kakak senior mereka ini dalam kondisi tegang seperti seekor serigala putih yang siap menyerang musuhnya kapanpun juga. Pancaran matanya tajam menusuk disertai senyuman berbahaya. Saat ini yang dapat mereka lakukan adalah memberi ruang untuk Bulan menyelesaikan masalah pribadinya. Walau mereka yakin, Bulan tidak akan memperjuangkan pria sekelas Leo, yang sudah jelas mengkhianati cinta tulusnya. Mereka yakin, Bulan tidak akan sembarangan bertindak.

"Kau..kau tidak berhak menilai q,Bulan!" Julia berkata dengan nada yang mulai meninggi.

"Kau juga tidak berhak menjelaskan masalah mu pada q! Kau ingin aq mendengarkan masalah mu dengan kekasih-kekasih mu, yang salah satunya saat itu masih menjadi kekasih q. Kau berharap aq untuk memakluminya? Dan memahami alasan mengapa kau memutuskan tunangan mu dan berselingkuh dengan kekasih q?! Tapi di sisi lain kau tidak merasa bersalah sama sekali? Kau merasa telah dipermainkan oleh cinta?? Begitu kan? Kau merasa jadi korban?" Bulan melanjutkan argumennya. "Dengar Julia, apakah sempat terlintas di fikiranmu, di mana-mana yang menjadi korban adalah pihak yang tersakiti. Dirugikan. Materiil ataupun imateril. Sedangkan kau? Kau bahagia bukan? Kau berhasil mendapatkan kekasih baru dan mencampakkan yang lama. Kau bangga mampu menindas q?! Jangan bermimpi,Julia. Bahagialah dalam mimpimu yang melampaui batas. Aq berterimakasih karena kau telah membantu q mengenal wujud asli dari hati Leo. Dan aq merasa beruntung melepasnya untuk mu. Aq hanya menyesal, mengapa kau terlalu lama. Karena ulahnya, aq sempat kerepotan saat ujian akhir. Seandainya saja kau lebih terampil menggodanya. Mungkin ini tidak akan mengganggu q sama sekali. Apa kau paham maksud q, Julia?" Bulan membuat nada suaranya datar, namun melukai. Seperti kelibatan pedang tipis yang menembus udara tanpa suara namun mampu menusuk jantungmu dan meninggalkan luka tipis yang sangat dalam.

Julia merasa kerongkongannya tercekat. Merasa dipermalukan oleh seseorang yang dia pikir akan mudah ditundukkan. Seharian tadi dia penuh senyum karena merasa sangat bisa menenggelamkan Bulan dalam karangan indahnya. Dan akan melenggang ringan meninggalkan gadis itu dibelakang tanpa tau harus menyalahkan siapa selain nasib buruk. Dia akan tertawa melihat Bulan makin terpuruk akibat mulut manisnya. Mengelus musuhmu, membelai mata dan telinganya, kemudian secara perlahan mulai menusukkan belati tepat di ulu hati musuhmu. Kemudian membiarkannya mati secara perlahan saat kau tinggalkan dia di belakang.

Namun ternyata musuh yang ia hadapi saat ini di luar jangkauannya. Bahkan dari detail yang ia dengar dari Leo, Bulan adalah seorang kekasih yang manis dan penurut. Dan kini dia memakan semua akibat dari kecerobohannya. Dia tak berdaya atas setiap kalimat yang dilontarkan Bulan. Kata-perkata yang mampu meremas jantung dan mencekik kerongkongannya. Bulan tidak memberikan sejengkal ruangpun untuknya membela diri. Julia tidak tahan lagi!

"Cukup, Bulan! Aq datang mencarimu ke sini dengan niat baik." Julia memekik. Beberapa mahasiswa mulai memperhatikan mereka berdua. Ada yang mulai berbisik-bisik ingin tau.

"Niat baik? Aq melihat mu dari tadi pagi bersama Leo di sini. Tanpa tau malu kalian bermesraan. Oh, maaf kan aq, maksud q Kau terlalu menempel pada Leo. Sungguh tidak punya aturan. Di sini wilayah kampus. Ada aturannya. Seharusnya kalian sewa kamar hotel agar tidak ada yang muntah melihat kelakuan mu dan Leo!" Tiba-tiba Chintya dan Dillia menyeruak masuk melewati beberapa mahasiswa yang memperhatikan mereka.

"Ya, pergilah dari sini. Bawalah Leo bersamamu jauh-jauh. Wanita perebut kekasih orang! Sungguh kalian amat sangat cocok. Kau hanyalah wanita penggoda dan Leo adalah pria hidung belang, akhirnya takdir mempertemukan kalian. Selamaat!" Dilia tidak tahan untuk ikut memberi sapaan hangat pada Julia.

Sempat terkejut dengan kehadiran ke dua juniornya..Namun saat ini Bulan sudah tidak berniat untuk memperpanjang perdebatan.

"Sudahlah, kita turun saja." Bulan merasa risih menjadi tontonan beberapa mahasiswa yang mulai mengira-ngira masalah mereka.

"Q pikir saran dari teman-teman q ini ada benarnya. Cocok untuk mu. Selamat berbahagia, semoga kalian berjodoh." Bulan melangkah diikuti Chintya dan Dillia. Meninggalkan Julia sendiri di meja pojok. Yang tampak seperti kehabisan nafas. Mencengkeram ujung tas nya menahan kemarahan yang dia cari sendiri.

Dia menyesal telah meremehkan Bulan. Dia menyesal tidak mendengarkan perkataan Leo bahwa Bulan tidak senaif yang ia kira. Dia terlalu percaya diri.


Capítulo 18: Relung hati

Mereka bertiga berjalan ke arah ruang kerja tim Surat Kabar. Kehilangan nafsu makannya, Chintya dan Dillia lebih memilih mengurungkan niat mereka ke kafetaria kampus. Mereka lebih memilih menemani Bulan.

"Kakak senior, kakak terlalu baik terhadap wanita murahan itu. Kenapa tidak kau teriaki dia untuk segera pergi dari sini?" Chintya bertanya kesal.

"Yaaa..jika dia berani macam-macam, akan q jambak rambut nya hingga menyentuh sepatu q!"Dillia masih tampak emosi.

"Kalian kira aq siapa? Mengusir orang lain. Aq bukan pemilik kampus." Bulan menanggapi ringan omelan adik-adik juniornya.

"Kalian harus ingat, walau darah kalian sudah mendidih hingga ubun-ubun, tetapi jangan pernah berlaku bar-bar. Gunakan kata-katamu yang paling tajam. Tetapi jangan sampai perilakumu melampaui batas." Bulan menambahkan.

"Saat marah sekalipun, kita seharusnya tetap dapat menjaga apa yang keluar dari mulut kita. Dari situ akan terlihat, siapa yang menggungguli siapa." Bulan tersenyum.

"Aah..kakak..susah sekali mengikuti aturan mu saat bertengkar." Dillia menggaruk-garuk kepalanya.

"Tidak q sangka, ada pula peraturan seperti itu di dunia ini." Chintya terkikik melihat reaksi Dillia.

"Ada..semua ada aturannya. Mulutmu harimau mu. Cerminan hatimu. Hati-hati pula dalam mengawasi lincahnya jemarimu. Karena saat ini orang-orang juga biasa memperhatikan produksi kata-kata hasil tarian jemari mu di medsos. Berhati-hatilah." Bulan menambahkan.

"Aq berani mengeluarkan statemen bahwa mereka berselingkuh karena aq punya bukti. Aq baru-baru ini telah melihat status wanita itu. Saat itu aq dan Leo masih bersama. Dan dia memajang capture percakapan mesra mereka berdua. Walau nama Leo disamarkan, tetapi foto profile nya adalah foto Leo. Aq benar-benar harus menahan diri." Bulan tersenyum.

"Kak..ternyata kau kepo." Dillia menahan tawa.

"Hanya penasaran sedikit. Masa tidak boleh?"Bulan mencubit pinggang Dillia dan segera membuatnya meringis.

"Hahaha..sudah lah, ayo kita ajak teman-teman yang belum makan siang. Sepertinya kita akan adakan konferensi pers terbatas lagi kali ini." Chintya tampak bersemangat.

"Jangan macam-macam." Bulan memutar bola matanya menanggapi Chintya.

Di ruang kerja tim Surat Kabar, Yuda, Rey, Cheznut, dan Malven tengah berdiskusi seru. Wajah mereka terkadang di penuhi ekspresi penasaran dan antusias..tetapi seringkali mereka memenuhi ruangan dengan tawa mereka.

"Selamat siaaaang..diskusi apa ini, seru sekali?" Dillia menyapa mereka. "Heeyy..ayo kemarilah, kita sedang ada topik diskusi seru. Tetapi kemungkinan besar kalian tidak akan mengerti." Yuda bersikap seolah ada sesuatu hal berat yang tidak mungkin mereka tanggung.

"Yaaaa..kalian tidak akan mengertiii..bahkan kami pun tidak mengerti..hanya kak Yuda saja yang mengerti." Rey terkikik menahan tawanya.

"Baru kali ini topik seberat ini disampaikan oleh Yuda.. semoga segera disegerakan." Malven berkata membingungkan.

"Kalian ini bicara apa siy? Langsung saja pada pointnya." Chintya penasaran dan tidak sabar. "Bos kita jatuh cinta untuk kesekian kalinya padaaaaa..sang putri kampus!" Cheznut akhirnya memperjelas semuanya. "Coba bayangin, pak Bos..yang sudah setua ini..berani mengincar seorang putri kampus yang masih ingusan. Usianya terpaut 8 tahun! Gilaaa. Seandainya pak Bos sudah mapan, punya pekerjaan tetap atau usaha yang menjanjikan, bagus lah, ada yang bisa dibanggakan. Tetapi, selama ini dia hanya mengurusi surat kabar dan kuliahnya saja..bisnisnya pun tidak menarik. Mana mungkin si putri kampus akan meliriknya." Cheznut berkata kejam.

"Kauuu..berani benar kau mengomentari q? Cinta tidak mengenal harta." Yuda berkilah.

"Baiklah..baiklah..setidaknya kau harus mempunyai wajah tampan..seperti..seperti Darius!" Rey menanggapi..

Bulan terdiam..Nama itu lagi.. Dia teringat kembali terakhir mereka berdua. Berusaha keras untuk tidak memikirkannya. Dia ingin bebas dulu untuk sementara waktu. Tetapi nampaknya Darius tidak sependapat. Dia ingin memiliki Bulan secepatnya. Secepat yang ia bisa. Dia mengatakan hanya dapat bersabar sebentar lagi.

Sebentar lagi..


Load failed, please RETRY

Status de energia semanal

Capítulos de desbloqueio em lote

Índice

Opções de exibição

Fundo

Fonte

Tamanho

Comentários do capítulo

Escreva uma avaliação Status de leitura: C17
Falha ao postar. Tente novamente
  • Qualidade de Escrita
  • Estabilidade das atualizações
  • Desenvolvimento de Histórias
  • Design de Personagens
  • Antecedentes do mundo

O escore total 0.0

Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
Vote com Power Stone
Rank 200+ Ranking de Potência
Stone 0 Pedra de Poder
Denunciar conteúdo impróprio
Dica de erro

Denunciar abuso

Comentários do parágrafo

Login

tip Comentário de parágrafo

O comentário de parágrafo agora está disponível na Web! Passe o mouse sobre qualquer parágrafo e clique no ícone para adicionar seu comentário.

Além disso, você sempre pode desativá-lo/ativá-lo em Configurações.

Entendi