Setelah masuk ke kamarnya, malam itu kinan merenungi apa yang sudah terjadi padanya sampai saat itu.
Kebahagiaan benar-benar ada di genggaman tangannya saat ini. Semua kesedihan yang kemarin masih menjadi bagian dalam desah nafasnya yang berat, kini telah lenyap seakan tak berjejak di dalam hatinya.
"Apakah ini rasanya bahagia????? Apakah Tuhan benar-benar memberiku izin untuk merasakan kebahagiaan ini???????".
Kinan yang selalu ragu dengan perasaannya seakan tidak percaya apa yang sedang dia rasakan sekarang.
Dalam renungannya dia teringat semua yang terjadi hari itu bersama adam.
Bukan hanya genggaman tangannya yang sekarang selalu terbayang oleh kinan seperti yang dulu terjadi, namun pelukan hangatnya dan sentuhan bibir adam yang benar-benar membekas dalam ingatannya.
"Aaaah ini ciuman pertamaku, apa yang sudah aku lakukan?????".....
Kinan seperti merasa malu pada dirinya sendiri, mengingat kini ia benar-benar telah jatuh dalam perangkap adam dan melakukan hal-hal yang tidak pernah terbayangkan olehnya sekalipun bersama lelaki itu.
Adam yang dalam perjalanan pulang berhenti sejenak di sebuah mini market sekitar rumahnya.
Adam merasa membutuhkan waktu sejenak untuk sendiri, sebelum besok pagi yang pasti akan membuat dirinya sibuk dan pusing dengan perintah ayahnya.
Dia membeli beberapa minuman segar dan camilan. Dia duduk di kursi yang sudah disediakan disana.
"Aku butuh waktu untuk setidaknya menikmati malam yang indah ini, jika aku sampai di rumah dengan cepat, semua itu akan lenyap karena aku bahkan tidak akan bisa bernafas karena intruksi ini dan itu dari ayah".
Malam itu benar-benar sempurna baginya. Bisa bertemu dengan kinan, berduaan menghabiskan waktu untuk saling cerita dan terbuka tentang perasaan mereka yang selama empat tahun ini hanya ada dalam hati saja.
Adam tidak ingin menghancurkan keindahan malam itu dengan pulang ke rumah dan terbangun esok pagi dengan keributan yang pasti akan terjadi karena semua tuntutan ayah padanya.
Saat sedang menikmati minuman segarnya, ponsel adam berbunyi, dan itu pesan dari ibunya.
Sudah adam duga ibunya pasti sedang menunggunya di rumah.
"Ibu bahkan tidak tidur untuk menungguku, apa dia benar-benar menganggapku anak kecil???? aku tidak tahan lagi".
Adam menjawab pesan ibunya dengan langsung menelponnya.
"Bu, malam ini aku tidak pulang, ibu tidur dan istirahat saja sekarang, nanti ibu sakit. Besok pagi aku sudah ada di rumah tidak perlu khawatir".
Belum sempat ibunya menjawab, adam sudah memutuskan sambungan telpon itu.
Setelah berdiam beberapa saat sambil terus memainkam ponselnya.
Kemudian adam teringat bahwa sekarang ia memiliki nomor ponsel kinan.
"Apa aku harus mengiriminya pesan untuk mengucapkan selamat tidur? atau aku langsung menelponnya?""...
Adam seperti anak kecil yang kebingungan harus melakukan apa karena takut salah langkah.
Akhirnya setelah lama berpikir ia memutuskan untuk menelpon kinan secara langsung.
"Hallo, apa kamu sudah tidur??????"
Adam membuka pembicaraan mereka di telpon.
Kinan terkejut karena adam telah memiliki nomornya. Sedangkan ia tidak merasa memberikan kontaknya pada adam sampai saat terakhir tadi mereka bertemu.
"Adam?????? dari mana kamu memiliki nomorku???".
Kinan bertanya dengan sedikit keheranan atas apa yang terjadi saat itu.
"kenapa kamu balik bertanya padaku? aku menanyakan apa kamu sudah tidur????".
Adam menggoda kinan, ia tahu kinan pasti kaget karena adam sudah memiliki nomor ponselnya saat ini.
"Adam jangan bercanda, apa kamu tahu? nomorku hanya di miliki oleh keluargaku saja, bayu dan dosen pembimbingku dulu di kampus, tidak ada yang lain. Apa kamu mencuri nomorku secara diam-diam saat kita bersama tadi??????".
Kinan menjelaskan kenapa ia kaget dengan adanya telpon masuk dari nomor yang ia tidak kenal.
"Apa aku bisa dibilang mencuri, jika yang aku ambil secara diam-diam adalah nomor gadisku sendiri????? Dan apakah aku tidak bisa menjadi bagian dari orang-orang beruntung itu yang bisa memiliki nomor ponselmu????? Bahkan Bayu bisa memilikinya. Sedangkan aku?????".
Adam kembali memperlihatkan sifat kekanak-kanakkannya.
"Maksudku bukan seperti itu, kamu bisa menerima secara langsung dariku nanti, tidak perlu seperti ini. Mereka semua yang memiliki nomorku tidak melakukan cara sepertimu untuk mendapatkannya".
Kinan menjelaskan maksudnya, namun sepertinya adam terlanjur kesal karena faktanya dia belum menjadi orang-orang dalam daftar yang pantas mendapatkan nomor ponsel kinan, yang dimana saat ini kinan adalah pacar adam.
"Aku belum tidur, kamu dimana? apa sudah sampai di rumahmu?".
Karena adam tidak merespon penjelasan kinan sebelumnya, kinan berpikir adam mungkin kesal dengan apa yang dia tanyakan. Kinan menjawab pertanyaan yang menjadi maksud dari adam menelponnya malam itu.
"Kenapa kamu tidak langsung tidur, besok adalah hari sibuk bagimu, kamu perlu beristirahat setidaknya beberapa jam dari sekarang, masih ada waktu 3 jam untukmu bisa memejamkan matamu agar sedikit bertenaga besok".
Adam kembali pada jalur yang santai, ia menurunkan ego kekanak-kanakkannya yang tidak suka kinan mempermasalahkan dirinya mengambil nomor ponselnya secara diam-diam.
"Kamu sendiri sekarang dimana, aku seperti mendengar suara kendaraan disana, apa kamu masih di luar?".
Kinan mendengar suara kendaraan lalu lalang di sekitar adam, dia berpikir adam mungkin masih berada di luar, dan entah apa yang sedang ia lakukan disana.
"Aku mampir sebentar di minimarket membeli beberapa kebutuhanku. Dan kamu?????,,,, aku mau mengantarmu pulang karena kamu bilang khawatir pada ibumu dan perlu beristirahat sebentar untuk memulihkan tenagamu karena akan bepergian, tapi sekarang faktanya kamu tidak tidur. Jika seperti itu lebih baik tadi aku tidak mengantarmu pulang. Mungkin sekarang kita masih bersama dan menikmati malam ini sampai tuntas".
Adam masih belum bisa melupakan apa yang telah terjadi antara mereka berdua, dan masih belum puas dengan malam itu yang terpotong karena kinan harus pulang ke rumahnya.
Waktu yang hanya beberapa jam itu belum benar-benar menebus waktu 4 tahun yang sudah mereka lewatkan tanpa kenangan yang pantas untuk diingat, selama itu mereka hanya merasa saling kesepian dan tersiksa oleh rindu yang tak pernah mengampuni keduanya.
"Aku masih sangat merindukanmu, aku ingin terus bersamamu. Apa kita tidak bisa mengambil waktu beberapa hari untuk bisa menghabiskan waktu bersama??????".
Adam yang baru saja pergi dari rumah kinan untuk mengantarkannya pulang sekarang sudah kembali merindukan gadisnya itu. Dia benar-benar lelaki yang dimabuk cinta.
"Aku rasa kamu akan terus merindukkanku untuk beberapa waktu ke depan. Karena aku akan mulai disibukkan oleh pekerjaan baruku dan tidak akan memiliki banyak waktu untuk bertemu denganmu".
Kinan mematahkan harapan adam yang ingin mengajaknya menghabiskan waktu bersama dalam waktu yang lumayan cukup lama.
"hemmm kamu memang pintar mematahkan harapan orang lain, yasudah, sekarang kamu tidur, dan istirahatlah, besok pagi kabari aku jika kamu sudah berangkat".
Adam pasrah dengan pilihan kinan, dia tahu kinan sangat menginginkan pekerjaannya saat itu, dia tidak ingin mengganggu fokus kinan yang sedang semangat-semangatnya untuk memulai karir di dunia yang ia sukai.
"Kamu pulang, jangan tetap berada disana, di luar sangat dingin. Kamu mengerti maksudku????, aku tutup telponnya".
Kinan dengan suara yang lembut membujuk adam untuk segera pulang karena cuaca sangat dingin saat itu.
Adam mematikan ponselnya dan tersenyum sendiri di kursi pinggiran kota Bandung yang mulai ramai oleh kendaraan para pejuang sebelum fajar.
Jam 3 dini hari saat itu, adam masih tetap melahap waktu tanpa pergerakkan berarti disana.
Ia terus memandangi foto kinan di ponselnya, masih dengan foto yang sama yang ia gunakan untuk wallpaper di layar utama ponselnya.
"Aku akan memperjuangkanmu mulai saat ini, aku tidak akan melepaskanmu apapun yang akan terjadi ke depannya, aku tidak akan melakukan hal bodoh seperti dulu dengan meninggalkanmu bersama rasa sakit yang kau emban tanpaku disisimu".
Adam tahu perjalanan ia dengan kinan kedepannya mungkin tidak akan semudah itu.
Ayahnya mungkin akan menentang hubungannya dengan kinan. Ayah adam seorang politikus dan juga usahawan, dia memiliki jiwa yang berambisi tinggi. Kinan tidak akan bisa memuaskan kriterianya untuk jadi istri dari putra satu-satunya.
Entah apa yang adam pikirkan saat itu, yang pasti fokus utamanya tetap kinan.
Adam tidak pulang hingga fajar muncul dan menyilaukan matanya.
Jam 7 pagi dan dia hanya menghabiskan malamnya di dalam mobil sport mewah yang ia parkir di dekat rumahnya. Dia enggan untuk masuk ke dalam rumahnya dan memutuskan tidur disana.