Baixar aplicativo
22.31% Masa Muda Yang Tak Muda / Chapter 54: Penantian yang menyakitkan

Capítulo 54: Penantian yang menyakitkan

Adam menuruni mobilnya di pinggir jalan menuju bandara. Ia memasuki toko musik yang sangat lengkap dengan semua pernak pernik dan semua kebutuhan para pencinta musik.

"Aku ambil ini satu, bisa kau membungkusnya dengan rapih?".

Adam memilih headset lagi untuk hadiah kinan, headset ini lebih praktis dari yang biasa kinan pakai, tanpa kabel dan tidak terlalu besar sehingga akan membuat lebih praktis jika di gunakan. Itu yang adam pikirkan.

Setelah hadiah sudah selesai di bungkus, segera adam keluar dari toko itu dan mendapati ray sedang pergi membeli sebuah hadiah kecil juga yang belakangan di ketahui ternyata untuk Lisa.

"Ambil ini, berikan untuk lisa, bilang ini dariku. Dia pasti akan sangat sedih jika tidak menerima hadiah dariku".

Adam yang mengambil hadiah itu kemudian tersenyum, berpikir bahwa temannya itu sangat detail dan menyangi temannya yang lain.

"Kamu apa tidak ingin hadiah dariku?".

kemudian adam menggoda ray, tak terasa persahabatan mereka terjalin begitu dekat selama 4 tahun terakhir ini. Adam, ray, dan lisa adalah sahabat yang tak terpisahkan selama ini.

Tiba di Bandara mereka berdua memesan makanan di restoran dekst bandara, sambil menunggu waktu chek in adam yang masih 1 jam lagi.

"Apa kamu benar-benar akan langsung bertemu dengan kinan? apa kamu yakin dia masih mengingatmu? melihat dia sudah bisa menjalin hubungan dengan lelaki lain disana".

Ray membuka pembicaraan di tengah acara makan mereka. Adam yang mendengar pertanyaan ray langsung mengentikan makannya dan memeriksa ponselnya.

Ia seperti teringat sesuatu di ponselnya...

"Hallo, apa kamu sudah pastikan dia ada di mana? Apa dia sudah berangkat ke jakarta atau masih disana?".

Adam menelepon saat itu. Ia menanyakan seseorang disana yang tidak tahu siapa untuk memastikan sesuatu tentang keberangkatan orang lain.

Sesaat setelah telepon di matikan, adam meletakkan kembali ponselnya di meja dan menlanjutkan makannya. Tanpa menjawab pertanyaan Ray sebelumnya.

"Siapa yang kamu telpon, apa kamu membayar seseorang disana untuk mengikuti kinan? kenapa baru kau lakukan sekarang? kenapa tidak dari sejak lama kegilaanmu ini di lakukan?".

Ray yang tidak habis pikir bahwa temannya mungkin membayar orang untuk menjadi mata-matanya disana, mengintai apa yang dilakukan kinan di bandung.

"Jika itu benar, kamu sudah benar-benar gila".

Ray yang belum puas karena diamnya adam, melanjutkan ucapannya.

"Kamu tidak perlu khawatir, aku tidak membayar seseorang, aku hanya meminta tolong teman lamaku untuk melihat kesibukkan kinan akhir-akhir ini karena mungkin kinan akan pergi dari bandung untuk bekerja, dia juga telah selesai kuliah sama denganku dan dia telah menerima pekerjaan dari job fair yang di gelar di kampusnya saat wisudanya bulan lalu. Dan itu di Jakarta, aku hanya takut kehilangan jekaknya karena terlambat pulang".

Adam menjelaskan yang terjadi pada panggilan teleponnya tadi agar ray tidak berpikir yang macam-macam tentangnya.

"itu sama saja, berarti kamu juga bisa tahu apa yang terjadi pada foto yang dulu membuatmu sangat kacau, kenapa harus repot-repot ingin mencari tahu lagi. Kamu cukup tanyakan pada teman lamamu itu".

Ray menganggap adam masih berlebihan soal mata-mata itu.

"Temanku tidak mengetahui soal itu, dan aku tidak menanyakan terlalu jauh karena teman sekolahku dulu tidak tahu apa yang terjadi antara aku dan kinan, mereka hanya tahu bahwa aku hanya main-main dengannya, akan sangat aneh jika aku terus bertanya soal hubungan kinan dengan lelaki itu".

Ray masih belum puas dengan penjelasan adam, dan terus menanyakan hal-hal lain.

"Tapi ini juga aneh, kamu menanyakan soal kinan yang akan bekerja di luar kota bahkan menanyakan jadwal keberangkatannya, apa kamu pikir temanmu tidak akan berpikir bahwa kamu memiliki suatu hubungan dengan kinan?".

Adam hanya diam, dia tidak berpikir sejauh itu , yang ada dipikiran adam , kinan ada kemungkinan langsung kerja setelah lulus kuliahnya melihat bagaimana berprestasinya dia.

Jadwal keberangkatan adam semakin dekat, ray mulai membuat drama karena sedih akan berpisah denhan sahabat yang telah lama bersama.

Disamping masa wisudanya di tunda hingga pertengahan tahun nanti karena tidak kunjung mendapat persetujuan atas skripsinya, dia juga sedih karena akan melewati tahun baru sendiri. Akan sangat berbeda dengan 4 tahun terakhir kemarin.

Malam itu kinan melakukan packing sendiri dikamarnya. Ibu tidak pernah ikut campur soal barang-baranh kinan, dia punya kebiasaan merapikan semua kebutuhannya sendiri sedari kecil. Kemandiriannya juga yang akhirnya membuat ibu tidak begitu mencemaskan fakta bahwa kinan akan hidup seorang diri diluar kota.

Ibu hanya memberikan pesan padanya bahwa ia harus bisa sedikit lagi membuka diri kepada orang luar, yang pastinya selain bayu.

Ibunya bersyukur walaupun hanya bayu seorang yang bisa menjadi teman kinan, itu sudah kemajuan yang bagus walaupun belum ada perubahan sampai hari kelulusannya.

Saat kinan sibuk melipat semua bajunya, muncul di pikirannya, Adam yang juga pasti telah menyelesaikan masa kuliahnya.

"Apa dia telah pulang ke indonesia?".

Sesaat kinan terdiam dengan semua aktifitasnya saat itu dan berpikir dalam tentang seseorang.

"Aaaaah apa yang aku pikirkan, bahkan aku bukan siapa-siapa baginya, tapi kenapa aku masih bertahan dengan perasaan bodohku ini".

Sambil kembali dengan semua packingannya, kinan memukul kepalanya sendiri karena bodoh mengingat lelaki yang dia pikir telah mempermainkannya.

Jauh sebelum akhirnya kinan benar-benar membenci adam seperti saat ini. Ia bertemu dengan teman satu sekolahnya dulu semasa SMA.

Di sebuah toko buku sekitar kampusnya. Teman lamanya itu menyapa duluan pada kinan, karena kinan tidak mengenalnya sama sekali, bahkan kinan merasa belum pernah melihat dia sebelumnya.

Namun setelah lama orang itu berbicara, kinan akhirnya yakin bahwa dia benar teman satu sekolahnya dulu. Rasya namanya, dia memperkenalkan dirinya pada kinan.

Rasya juga mengenal adam, itu yang membuat kinan yakin bahwa orang itu tidak sedang berbohong padanya.

Setelah banyak menghindar kinan akhirnya melihat wajah temannya itu. Saat Rasya menyebutkan nama adam yang sering berkomunikasi dengannya via Group Chatt sekolah lamanya yang masih aktif hingga saat itu.

Namun yang ia dengar adalah sesuatu yang sangat membuat ia merasa dipermalukan dan di sakiti dengan sangat dalam.


Load failed, please RETRY

Status de energia semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Pedra de Poder

Capítulos de desbloqueio em lote

Índice

Opções de exibição

Fundo

Fonte

Tamanho

Comentários do capítulo

Escreva uma avaliação Status de leitura: C54
Falha ao postar. Tente novamente
  • Qualidade de Escrita
  • Estabilidade das atualizações
  • Desenvolvimento de Histórias
  • Design de Personagens
  • Antecedentes do mundo

O escore total 0.0

Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
Vote com Power Stone
Rank NO.-- Ranking de Potência
Stone -- Pedra de Poder
Denunciar conteúdo impróprio
Dica de erro

Denunciar abuso

Comentários do parágrafo

Login