Baixar aplicativo
12.39% Masa Muda Yang Tak Muda / Chapter 30: Benar-benar harus pergi

Capítulo 30: Benar-benar harus pergi

Pagi itu suasana di kampus terasa berbeda, dua hari kemarin saat kinan tiba disana, selalu ada seseorang bersamanya, "dia sudah benar-benar pergi, aku bahkan tidak mengatakan sesuatu yang pantas untuknya selain meminta dia untuk menjaga dirinya, aku tidak tahu apa yang ingin dia dengar dariku, aku merasa tidak ingin dia pergi membawa beban yang akan mengganggunya disana", sambil berjalan melewati taman tempat dimana kinan dan adam menorehkan kenangan manis disana, ia berbicara pada dirinya sendiri. Tak ada air mata disana, kinan berusaha menguatkan dirinya dan bersyukur setidaknya keinginan dia untuk bertemu adam terakhir kalinya terpenuhi, "tuhan sedikit baik padaku hari ini, baiklah aku akan berterimakasih pada-Mu, dan jaga dia baik-baik disana". Tidak lupa kinan meminta doa pada tuhan untuk adam.

tiba siang hari dibandara adam telah ditunggu oleh ayah dan ibunya yang sudah lebih dulu tiba, ayahnya duduk dengan muka tenang dan ibu berdiri sambil terus menengok ke arah pintu masuk bandara, ibu mengkhawatirkan adam yang juga tak kunjung terlihat disana, ia takut adam benar-benar kabur karena tidak ingin ikut ke Australia. Pagi itu sebelum keberangkatan semua orang ke bandara, adam telah membuat sedikit keributan di rumah, ia meminta waktu kepada ayahnya untuk mengundur hari keberangkatan, "jika memang benar-benar ayah tidak bisa membatalkan keberangkatanku ke australia, aku minta agar hari keberangkatanku di undur, aku tidak siap harus pergi hari ini, masih banyak urusanku disini yang belum selesai, ayah aku baru lukus dari sekolahku beberapa hari lalu, masa kuliahpun tidak akan langsung di mulai disana, apa yang akan aku lakukan sendiri disana, tidak ada teman tidak ada siapapun, aku mohon undur hari keberangkatanku, beri aku waktu, aku janji akan pergi dan kuliah disana sesuai keinginan ayah" adam memohon dengan tulus kepada ayahnya meminta agar tidak berangkat ke australia hari itu. "jangan bertingkah seperti anak kecil, ayah dan ibumu sudah terlalu sering menuruti permintaanmu, bahkan semua kenakalanmu selama ini selalu ayah ampuni karena ibumu terus meminta ayah memberimu kesempatan, tapi kamu tidak pernah bisa memanfaatkan semua kesempatan yang telah ayah berikan untukmu, kejadian hari itu (wisuda) telah benar- benar membuat ayah malu, disana bukan hanya ada guru-gurumu, tapi disana juga banyak teman-teman dan kolega ayah yang juga anaknya bersekolah disana, kamu tanpa berpikir panjang melakukan hal bodoh itu di tengah-tengah acara yang sangat resmi dan semua orang melihatmu seperti anak bodoh yang tidak memiliki rasa malu dan etika sama sekali. ini bukan cuma hukuman tapi ini juga memang akan ayah lakukan meskipun kamu tidak melakukan itu, bedanya, kamu tidak ayah ijinkan untuk pulang ke indonesia sebelum kuliahmu benar- benar selesai" mendengar ketegasan dari ayahnya yang tidak mungkin bisa diganggu gugat lagi, adam keluar dari rumah berlari tanpa mengatakan satu patah katapun, pergi begitu saja setelah mendengar ayahnya selesai bicara dan menemui kinan di bis pagi tadi.

"Nak, apa kamu baik-baik saja, kenapa ibu telepon kamu tidak di angkat, ibu mencemaskan kamu sayang" ibu langsung mengajak adam berbicara setelah akhirnya putra yang ia tunggu datang ke bandara, sedikit kecemasan ibu hilang. Adam diam saja, dia sama sekali tidak berselera untuk hanya sekedar berbicara saat itu. dia duduk di barisan kursi yang berbeda dengan ayahnya. dia hanya melihat handhonenya, disana ada foto kinan yang sedang ia pandangi, adam sempat mengambil foto kinan saat dia sedang ada di bis, jauh sebelum akhirnya adam bisa berbicara langsung dengan kinan seperti kemarin, itu foto lama saat mereka sama-sama tidak saling menyapa. "Kinan bahkan tidak ingin memberikan nomornya padaku, apa kita benar-benar tidak akan pernah bisa bersama? kenapa kinan begitu sulit untukku dapatkan, dan sekarang aku pergi, ini jauh lebih sulit dari yang ku kira, aaaahhh" adam sedang sibuk dengan suara hatinya, dia kesal kinan tidak memberikan nomor teleponnya saat di bis tadi, sebenarnya adam meminta nomor telepon kinan sesaat sebelum kinan turun dari bis, tapi kinan tidak memberinya "akan lebih baik kita tidak mengetahui kabar masing-masing dari kita, itu jauh lebih membuatku nyaman, aku jadi tidak mengharapkan seseorang untuk menghubungiku setiap waktu, kita tidak perlu saling berhubungan setelah ini" itu sangat membuat adam seperti di lempar ke dasar lautan, usahanya dari kemarin benar-benar hancur berantakan karena kepergiannya ke luar negri, sebelum kinan mengetahui rencana kepergiannya, adam merasa bahwa kinan telah memberikan sedikit sinyal untuknya, tapi apa boleh buat, "kinan berhak marah karena kepergianku ini, semua terjadi begitu mendadak baginya, aku datang dalam hidupnya dan kemudian pergi untuk waktu yang lama, maafkan aku kinan" saat adam tenggelam dalam pikirannya sendiri, ibu meminta adam untuk bangun, "ayo, bangunlah kita harus pergi sekarang, kamu jangan terus melamun seperti itu", Adam bangun dengan lemas, sangat berat baginya untuk melangkah menuju pesawat, "pesawat itu akan benar-benar membawaku pergi jauh dari kinan. semua akan berakhir setelah aku menaikinya" hati adam terus berkata bahwa ia tidak ingin pergi. tapi melihat ibu dan ayahnya yang tidak menghiraukan perasaannya dia tidak bisa mengelub lagi, semuanya hanya akan sia-sia atau dia akan benar-benar menjadi bahan siksaan ayahnya jika terus menghindar dari semua itu.


Capítulo 31: Saatnya mereka Menangis

Matahari mulai turun dari ketinggiannya, adam melihat matahari itu seakan mata kinan yang saat ini telah melihatnya, melepas kepergiannya, membiarkan adam pergi dengan hanya melihatnya dari kejauhan, ia semakin turun dan terus turun hingga tak terlihat lagi, dari dalam jendela pesawat adam memandangi matahari yang sedari tadi berada di sampingnya yang perlahan hilang, air mata tak terasa menetes, adam menurunkan egonya sebagai lelaki kuat yang tidak akan menangis meski dalam situasi terburuk sekalipun. tetesan air mata yang terus berusaha ia tahan menjadi semakin deras hingga ia terpaksa melepas kacamata hitamnya agar bisa menghapus air mata kepedihannya karena harus meninggalkan kinan seorang diri disana, adam tahu kinan akan terus melewati hari-harinya seperti dulu, sendiri, tanpa kehidupan yang berwarna, tanpa senyum dan tawa kebahagiaan, dia gadis yang hanya akan diam meskipun orang lain meneriaki dan mencacinya, dia benar-benar tidak perduli dengan kehidupan sosial diluar sana. Adam memiliki keinginan untuk mengajak kinan masuk ke dunia yang berwarna, mengajaknya melalui masa muda yang dia lewati tanpa warna selama ini, masa muda yang tidak mungkin akan terulang lagi, adam ingin kinan tetap merasakannya meskipun sedikit terlambat. Usia 18 tahun belum cukup terlambat untuk merasakan indahnya dan berwarnanya masa muda itu. Tapi kenyataan berkata lain, adam harus melewatkan kesempatan itu, adam akan pergi dalam waktu yang lama dan kembali pada masa di saat usia muda tak lagi menjadi bagian dari mereka, terlalu jauh untuk mengulang semuanya nanti. "kinan sudah sangat membenciku saat ini, apa yang sedang dia lakukan sekarang di saat aku dengan bodoh menangis disini karena memikirkannya", adam menghapus air matanya sambil bergumam dalam hati.

Malam dingin dan sepi di rumah, kinan berdiri di depan jendela kamarnya sambil terus memandangi headset yang adam buang, perlahan kinan meraih handphonenya dan mengambil headset itu, ia mencoba untuk menggunakannya, dengan perlahan kinan meletakan alat pendengar itu di telinganya, di lihat dari model dan merknya, "barang ini mungkin cukup mahal, dia sangat bodoh karena membuang barang berharga seperti ini" kinan berbicara sendiri sambil mengenakan headset itu dan kemudian menyalakan musiknya, terasa sangat nyaman di gunakan dan musikpun mulai berputar, dengan matanya yang terus memandang ke arah luar dari jendela, tatapan kosongnya tak tau kemana maksud tujuannya, sambil mengikuti alunan lagu yang ia putar, air mata kinan jatuh, tangisan yang tertahan membuat itu semakin menyesakkan dan perih untuk di rasakan, kinan memukul-mukul dada sebelah kirinya, dia merasa sangat sesak, perasaannya mengatakan bahwa ia sudah tak sanggup lagi menahan tangis seharian ini bahkan dari kemarin, sambil terus mendengarkan musik di telinganya, kinan tak bisa menghentikan air matanya yang terus jatuh dan membasahi pipinya, suara tertahan karena tak ingin orang rumah mendengarnya membuat kinan sangat merasa sesak, ia ingin berteriak, lebih tepatnya memanggil nama adam, ingin berteriak mencegah adam untuk tidak pergi meninggalkannya, kata-kata itu ada jauh di dalam hatinya, tapi tak mungkin ia katakan kepada adam, kinan berpikir siapa dia bisa mencegah adam untuk pergi, bahkan cintanyapun dia tolak, kenapa juga aku harus mencegahnya untuk pergi. pikiran kinan itu membuatnya menjadi tak bisa berkata jujur atas perasaannya kepada adam. "aku ingin kamu disini, aku ingin kamu tidak pergi, maafkan aku" kinan berkata perlahan dan terus menangis. Tanpa kinan ketahui, ibu berada di balik pintu kamarnya, meskipun kinan berusaha tidak bersuara saat menangis, tapi jika di dengarkan tepat di depan pintu, suara itu terdengar jelas, ibu khawatir dengan keadaan kinan, dari semenjak ibu pulang tadi sore kinan sama sekali tidak keliar dari kamarnya, bahkan genta bilang bahwa waktu kinan pulang dari kampus dia hanya minum segelas air dan langsung masuk ke kamarnya dengan wajah yang sangat sedih, bahkan saat kakaknua bertanyapun kinan seperti tidak mendengar dan hanya berjalan menuju kamarnya. karena Genta tidak berani mengganggu adiknya dalam situasi seperti itu akhirnya genta hanya mendiamkannya saja dan memberikan waktu untuk kinan sendiri di dalam kamarnya. sampai akhirnya ibu pulang dan meminta kinan untuk keluar kamarnya tapi kinan tak kunjung keluar. dan saat malam tiba ibu bermaksud kembali memanggil kinan untuk makan malam, tapi ibu seperti mendengar suara tangisan di dalam sana, tangisan yang menyiratkan rasa sakit yang teramat dalam, kinan betul-betul telah menahan itu dari kemarin, ibu tahu bahwa anaknya sedang berusaha kerasa menahan tangisan itu karena tidak ingin ada yang tahu, jadi ibu hanya diam dan berdiri di depan pintu kamar kinan tanpa berani masuk, itu akan membuat putrinya tidak nyaman. Ibupun ikut meneteskan air matanya, ibu seperti merasakan sakitnya hati kinan saat ini sehingga membuat putrinya menangis, sudah sangat lama kinan tidak memperlihatkan emosi dalam dirinya di depan ibu, baik itu sedih ataupun senang, putrinya seperti selalu berusaha untuk tidak terlihat sedih di depan ibunya dan saudara-saudaranya, tapi juga tidak memperlihatkan wajah bahagia, kinan hanya sering memasang wajah cuek dan acuh terhadap segala hal. "ibu selalu bersamamu sayang" ibu berkata sambil menyentuh pintu kamar kinan, dia sangat ingin menyentuh dan membelai rambut putrinya yang sedang menangis saat itu, tapi dia tak berdaya, ibu tidak pernah memiliki waktu selama ini untuk kinan, dia selalu sibuk bekerja di tokonya karena ia tulang punggung keluarga, bahkan sedari kecil kinan hanya menghabiskan waktunya sendiri di rumah, terlebih saat kedua kakaknya telah berpulang, membuat kinan berubah menjadi anak pendiam dan tidak suka berinteraksi. ibu tak bisa berbuat banyak soal itu karena kesibukannya dan menilai itu sebagai fase penyesuaian kinan terhadap situasi mereka, tapi ternyata itu terjadi hingga saat ini, kejadian itu telah merubah kinan 100% dari anak yang ceria dan selalu bisa menghibur ibunya, dan saudara-saudaranya menjadi anak yang menarik diri dari lingkungan dan komunikasi dengan ibunya sekalipun, dia jadi tidak banyak bicara. Masa kanak-kanak dan masa mudanya sangat berat hingga membentuk kinan menjadi gadis yang menutup diri dan sulit bergaul. "maafkan ibu sayang" setelah beberapa saat ibu akhirnya pergi meninggalkan kamar kinan dan turun ke bawah. Genta yang sedari tadi menunggu ibu turun dari kamar kinan penasaran dengan apa yang terjadi disana, "kenapa ibu lama sekali, aku tidak mendengar ibu memanggil kinan" ibu hanya diam saja sambil terus menyiapkan makan malam untuk putranya, "apa bibi sudah pulang? sudah kamu makan saja, adikmu tidak berselera makan, nanti biar ibu antarkan makan ke kamarnya" ibu tidak berkata banyak dan hanya meminta genta agar segera melanjutkan makan malamnya. Genta yang juga tidak berani melanjutkan pertanyaannya akhirnya hanya meneruskan makan malamnya dan kembali ke kamarnya.

Malam semakin larut, kinan terbaring di ranjangnya dengan memeluk headset adam, air mata itu telah berhenti namun rasa sakit itu masih menjadi penghuni dalam relung hati kinan. Kesedihannya sangat terlihat saat ia terus memeluk alat pendengar pemberian adam, dan matanya terus terbuka, kinan bahkan tidak bisa memejamkan matanya malam itu, pikirannya terus terbang dan berjalan tak henti memikirkan adam yang membuatnya terus terjaga. Di luar kamar ibu memberanikan diri mengetuk pintu kamar kinan, setelah ibu secara perlahan menguping dari luar, dan memastikan sudah tidak terdengar tangisan kinan di dalam ia masuk ke kamarnya kinan. "Sayang, apa kamu masih belum tidur?, apa ibu boleh masuk? sambil mengintip dengan membuka sedikit pintu kamar kinan ibu bertanya, karena jika langsung masuk takut kinan merasa terganggu dengan privasinya, ibu menilai kinan sudah sangat dewasa dan butuh ruang privasi untuk dirinya dan tidak melewati batas itu sebagai tanda saling menghargai antara anak gadisnya yang sudah besar dan seorang ibu yang bijaksana.


Load failed, please RETRY

Status de energia semanal

Capítulos de desbloqueio em lote

Índice

Opções de exibição

Fundo

Fonte

Tamanho

Comentários do capítulo

Escreva uma avaliação Status de leitura: C30
Falha ao postar. Tente novamente
  • Qualidade de Escrita
  • Estabilidade das atualizações
  • Desenvolvimento de Histórias
  • Design de Personagens
  • Antecedentes do mundo

O escore total 0.0

Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
Vote com Power Stone
Rank 200+ Ranking de Potência
Stone 0 Pedra de Poder
Denunciar conteúdo impróprio
Dica de erro

Denunciar abuso

Comentários do parágrafo

Login

tip Comentário de parágrafo

O comentário de parágrafo agora está disponível na Web! Passe o mouse sobre qualquer parágrafo e clique no ícone para adicionar seu comentário.

Além disso, você sempre pode desativá-lo/ativá-lo em Configurações.

Entendi