Baixar aplicativo
75.72% Tate no Yuusha no Nariagari / Chapter 78: Chapter 5 Filo Vs Fitoria

Capítulo 78: Chapter 5 Filo Vs Fitoria

Panas sekali.

"Gahhhh!"

Aku bisa mendengar sekelompok Filolial berteriak serempak, dan tubuhku terasa panas dan gak bisa bergerak.

Saat aku membuka mataku, aku menyadari aku sepenuhnya dikelilingi oleh para Filolial yang bersaing untuk mendekati aku.

"Ap...Apa yang terjadi?!"

"Hei! Master itu punyaku!"

Filo dengan serakah mendorong para Filolial lain menjauh dalam upaya untuk menguasai aku sendiri.

"Oh, ayolah..."

Saat aku akhirnya sepenuhnya sadar, aku menyadari sekarang sudah siang.

Kalau aku mulai masak dan bersantai, akankah hari ini akan berakhir sama seperti tadi malam?

"Hei, apa benar kau bertarung melawan Griffin King legendaris?"

"Yup. Memang. Lebih tepatnya, itu sebenarnya adalah seekor monster yang seorang manusia buat dengan mengubah para griffin biasa. Dia membuat begitu banyak Griffin King hingga semua Filolial terbang menghilang. Langit dipenuhi dengan kawanan griffin terbang."

"Oke, tapi apa kau mengalahkan Dragon King?"

"Iya. Aku merobek dia jadi kecil-kecil, tapi dia terus beregenerasi. Itu membuat pertarungan jadi sulit."

"Wow! Hei, apa benar Pedang Suci legendaris bersemayam di wilayah Filolial?"

"Ada sebuah pedang suci, tapi aku tidak tau tentang sebuah pedang legendaris. Kurasa tidak ada hal semacam itu. Meski beberapa senjata para Pahlawan lama masih disini."

Mata Melty berkilauan lagi, dan dia memgarahkan pertanyaan-pertanyaan seperti senapan mesin pada Fitoria.

Pada saat yang sama, Filo berdiri dibelakang dan melihat. Dia jelas-jelas cemburu.

Itu adalah sebuah adegan yang lucu. Kuharap hubungan mereka bisa bertahan.

Baiklah. Kami sudah selesai istirahat sekarang. Apa yang harus kami lakukan?

Aku memakan makanan ringan dan menoleh pada Fitoria. Kami betul-betul gak punya waktu untuk bersantai-santai.

Aku menyadari bahwa Fitoria mungkin cukup kuat untuk menteleport kami semua ke tempat sang ratu berada dimanapun itu. Aku harus menemukan cara untuk meyakinkan dia untuk membantu kami.

"Baiklah... Kalau begitu."

Fitoria berdiri dan mulai merapal sebuah mantra pada Melty. Angin berhembus dan membentuk semacam kerangkeng disekitar dia.

"Ap...Apa ini?!"

Melty meraih jerujinya dan mencoba kabur, tapi jeruji itu tajam dan melukai tangannya. Sedikit darah menetes pada jarinya.

"Apa yang kau lakukan?!"

Filo dipenuhi amarah menatap Fitoria.

"Mel-tan, kau akan menjadi sanderaku sekarang."

"Kenapa?"

"....."

Fitoria tidak menjawab dan hanya menatap kami. Udaranya dipenuhi dengan ketegangan.

Apa ini... Apa ini kelanjutan dari apa yang dia bicarakan tadi malam? Apa dia akan membunuh kami... dan kemudian pergi membunuh para pahlawan yang lain juga? Kami mungkin harus beranggapan begitu.

"Melty!"

Raphtalia berteriak memanggil Melty.

Sialan.... apa kami harus melawan Filolial raksasa itu disini?

Aku nggak bisa membayangkan suatu cara agar kami bisa menang.

Area ini penuhi suasana yang mencekam, tapi itu bukan berasal dariku. Apa aku punya pilihan lain selain menggunakan Shield of Rage?

"Kau tidak boleh menggunakan kekuatan terkutuk."

Cahaya muncul disekitar perisaiku.

—Karena adanya gangguan, perisai tidak bisa diganti.

...Muncul di bidang pandangku. Itu adalah hal yang sama yang terjadi kemarin.

"Tolong dengarkan aku."

"Kenapa juga aku harus mendengarkan seseorang yang berkelakuan sepertimu?"

"Kalau kau menolak mendengarkan, aku tidak punya pilihan selain membunuh para Pahlawan yang lain."

"Ap...."

Dia mungkin bisa melakukannya.

Dia sudah jelas jauh lebih kuat dibandingkan kami. Mengingat bahwa kami gak bisa memberi damage yang besar pada Tyrant Dragon Rex. Meski monster itu sangat kuat, Fitoria mengalahkannya bahkan tanpa meneteskan keringat.

Dan sekarang kami harus melawan dia?

Kami akan kalah.

"Nggak mungkin kami bisa akur."

"Apa yang kamu bicarakan?"

"Tadi malam cewek ini bilang bahwa dia akan membunuh kita semua kalau para Pahlawan gak mulai bekerjasama."

"Damai dengan para Pahlawan lain? Aku nggak yakin itu bisa dilakukan."

Raphtalia mengerutkan kening dan berpikir sejenak. Apa Fitoria paham apa yang kamu katakan? Bukankah itu akan lebih kasar kalau berbohong dan mengatakan bahwa kami akan berteman?

"Baiklah kalau begitu...."

Fitoria mengangkat jari telunjuknya dan mengarahkannya pada Filo.

"Kalau begitu aku meminta duel dengan Filolial yang kau besarkan. Kalau dia cukup kuat, maka aku akan melepaskan Melty, dan menawarkan penangguhan padamu."

"Apa maksudnya?"

"Kau akan mengetahuinya nanti."

Apa yang dia mau dariku?

"Aku akan bertarung dengan wujudku saat ini. Filo, aku minta kau juga melawanku dalam wujud ini."

Mereka harus bertarung dalam wujud manusia? Filo mungkin punya kesempatan...

Kalai mereka bertarung dalam wujud sejati mereka, Filo gak punya peluang. Tapi kalau mereka berdua bertarung dalam wujud manusia, mungkin Filo bisa menang. Untungnya lagi, kami punya senjata yang bisa Filo gunakan saat dia dalam wujud manusia.

"Oke!"

Filo mengulurkan tangannya ke sayap yang ada di punggungnya dan mengeluarkan sarung tangan.

Pak tua pemilik toko senjata sebenarnya membuat sarung tangan itu untuk aku agar aku bisa menarik kereta kalau memang perlu. Tapi sihir milik Filo telah mengubahnya menjadi sesuatu yang lebih mirip cakar. Sarung tangan itu telah banyak membantu kami saat kami berhadapan dengan Motoyasu. Namun....

"Hei! Jangan seenaknya memulai sesukamu."

"Ya, Filo. Kau harus melakukan sesuai yang dikatakan Tuan Naofumi."

"Tapi Mel...!"

"Kalau kau tidak bertarung, maka semua orang akan mati. Kita betul-betul tidak punya pilihan."

"Sialan...."

Memang tampak seperti Fitoria berencana bertindak duluan.

Itu membuatku sangat cemas saat berpikir bahwa yang bisa kulakukan cuma berdiri di belakang dan menonton saja. Dia mungkin berencana mengalahkan Filo, lalu beralih pada kami dan membunuh kami. Aku merasa aku nggak akan bisa menghentikan dia.

Kami gak punya pilihan lain.

"...Baik."

"Kalau begitu mari kita mulai."

Fitoria mengangkat tangannya, dan suatu dinding terbentuk dari angin muncul diantara mereka dan kami. Memisahkan mereka sendiri, Fitoria dan Filo berdiri di semacam ring.

"Kau harus tetap dalam wujud manusiamu di dalam ring ini. Peraturannya tidak boleh dilanggar."

"Aku akan menyelamatkan Mel! Aku gak akan kalah dari Fitoria!"

Aku sangat cemas karena cuma bisa berdiri diam sambil menonton saja. Kalau terlihat Filo dalam masalah, aku akan melanggar peraturannya dan ikut campur.

"Aku datang!"

Filo mengangkat sarung tangannya dan memejamkan matanya untuk berkonsentrasi. Sarung tangan itu berubah menjadi cakar, dan mengacungkannya sebelum menyerbu kearah Fitoria.

"Hya!"

Filo yang pertama menyerang.

Dia melompat ke udara dan berputar untuk menendang Fitoria di bagian perut.

"Lambat."

Fitoria mengangkat tangannya dan dengan mudah menghentikan tendangan tersebut.

"Whoa!"

Filo berputar kembali karena serangan yang terblokir, tapi Fitoria yang berada di belakang dia mengarahkan pukulan demi pukulan.

Filo berhasil menahan serangan tersebut. Lalu tanah berguncang. Fitoria menghentakkan kakinya ke tanah dan membentuk sebuah retakan disekitar dia. Seberapa kuatnya cewek ini?

"Berjuanglah, Filo!"

Melty berteriak dari dalam kerangkeng.

"Aku nggak akan kalah!"

Filo berbalik pada Fitoria dan menyerang dia dengan cakarnya. Disaat yang sama, Filo tampak kabur.

"Lambat!"

"Clang!"

Terjadi suara dentuman yang menggetarkan, tapi Filo berhasil menghindari serangan tersebut dengan sebuah salto belakang yang lincah.

"A...Apa?!"

"Lambat."

"Ugh...."

Filo mengerang dengan suara yang jarang selalu dia gunakan.

"Dia begitu cepat. Tapi aku gak akan kalah."

Filo meluruskan posturnya dan menyilangkan tangannya sebelum menyerbu kedepan. Apa dia akan menggunakan serangan terbaiknya?

"Haikuikku!"

Tiba-tiba Filo terlihat kabur, dan udara dipenuhi dengan getaran dari serangan beruntun yang cepat.

"Sudah kubilang. Lambat."

Fitoria perlahan-lahan mengangkat dan menurunkan tangannya. Lalu dia memutarnya membentuk sebuah lingkaran.

Cuma itu yang dia lakukan, tapi....

"AHHHHHH!"

Filo terlempar ke belakang.

Filo berputar, dan sayap di punggungnya terbuka. Sayap itu mengumpulkan udara, dan dia mendarat dengan aman.

"Kau menangkis serangan terbaikku!"

"Mel adalah temanmu, kan? Kalau kau tidak mengerahkan segala kemampuanmu..."

Fitoria berdiri sambil berkacak pinggang, mengejek Filo. Dia tampak seperti dia kecewa terhadap kemampuan Filo.

Tiba-tiba kerangkeng Melty menyusut. Kerangkeng itu menekan dari segala sisi.

"Wa!"

Melty meringkuk agar jeruji itu nggak melukai dia. Filo menyaksikan sambil ketakutan, dan sesuatu tersentak.

"Mel! Uh...."

Sayap milik Filo terbuka, dan dia mengarahkan cakarnya pada Fitoria. Dia menyerang.

Fitoria gak bergerak. Dia gak menghindari serangan itu ataupun berupaya bertahan. Percikan api berhamburan saat serangan itu mengenai sasarannya, tapi dia tetap tak terluka.

Itu mengesankan. Apa dia segitu kuatnya sampai-sampai mengabaikan serangan Filo?

Aku bisa bilang apa? Sampai sejauh ini, Filo memiliki serangan terkuat dari semua orang di party kami. Kalau Fitoria cuma bermain-main dengan dia seperti ini.... Dia pasti memiliki pengalaman yang sangat banyak. Aku penasaran berapa levelnya dia.

"Kalau begitu, rasakan ini!"

Fitoria mengepalkan tangannya dan melakukan serangan balik pada Filo. Serangan itu nggak mengenai Filo ataupun menyerempet dia. Tapi pakaian Filo sepertinya robek karena serangan itu.

"Kurasa pakaian sihir seperti itu tidak bisa melindungimu."

Dia mengeluarkan pukulan bertubi-tubi, dan sekarang serangan-serangan itu nampaknya mengenai sasaran.

Sialan... Aku benci bahwa aku gak bisa ikut campur.

Apa yang dia maksudkan dengan pakaian sihir? Betul juga. Pakaian Filo dibuat di sebuah toko sihir. Mereka membentuk sihir milik Filo menjadi benang, dan kemudian mereka menggunakan material itu untuk membuat pakaiannya.

Pasti itulah yang dia maksudkan. Pakaian sihir adalah pakaian yang terbuat dari sihir.

Fitoria mengangkat tangannya, dan tiba-tiba di tangannya muncul cakar yang berkilauan. Dia mulai menyerang Filo dengan cakar itu.

Cakar itu meninggalkan jejak cahaya saat melintasi udara. Filo menunduk dibawah salah satu lintasan serangan itu. Cakar tersebut mengikis ujung kepalanya.

"Itu adalah serangan yang kau lakukan dalam wujud Filolial."

Fitoria menjelaskan dengan tenang.

Serangan itu sangat cepat hingga hampir mustahil menghindarinya. Dan itu merupakan sebuah serangan sihir.

"Aku gak akan kalah!"

Filo sekali lagi mulai menggerakkan tangannya naik turun.

"Aku adalah sumber dari segala kekuatan. Dengarkan kata-kataku dan patuhilah. Buatlah sebuah tornado angin dan hempaskan dia! Zweite Tornado!"

Sebuah tornado ganas muncul dari tangan Filo dan terbang ke arah Fitoria. Tapi....

"Aku adalah sumber dari segala kekuatan. Dengarkan kata-kataku dan patuhilah. Buat tornado miliknya tidak efektif! Anti-Zweite Tornado!"

Terdengar suara keras, dan sesuatu nampaknya menyelimuti Filo. Sihir tornado yang Filo keluarkan menghilang seolah nggak pernah ada.

"Sihir gangguan...."

Coba kuingat... Ya, kurasa di bagian awal buku sihir yang kumiliki telah menyebutkan sesuatu semacam itu.

Sihir gangguan. Ya, kurasa disebutkan bahwa itu bisa dilakukan dalam teori, tapi itu bergantung pada kemampuanmu untuk memahami sifat dari lawanmu, yang mana membutuhkan kekuatan yang besar.

Sepertinya itu bekerja dengan menganalisa dan memahami pola yang melekat pada sistem rangka sihir. Setelah polanya dipahami, kau harus mengeluarkan pola yang berlawanan dengan sangat cepat.

Mantra-mantra yang lebih tinggi membutuhkan waktu yang lebih lama untuk digunakan, dan oleh sebab itu lebih mudah untuk di blokir. Tapi menggunakan sihir gangguan pada sihir tingkat menengah seharusnya sangat susah.

"Aku nggak akan kalah!"

Penuh tekad, Filo berlari kearah Fitoria. Tapi bagaimana caranya dia bisa mengetahui serangan ini berbeda dengan upaya-upaya yang sebelumnya? Fitoria bilang bahwa pakaian Filo merupakan sihir.

Ini adalah tentang pertahanan. Pertahanan yang merupakan spesialisasiku.

Pakaian Filo awalnya terbuat dari sihir. Memfokuskan sihir bisa memulihkan pakaian itu.

Jika demikian, maka itu artinya....

"Tunggu, Filo!"

"Ada apa, Master? Aku sibuk sekarang ini!"

"Gunakan sihirmu untuk memperbaiki pakaianmu! Fokuskan sihirmu pada pakaianmu. Cuma itu satu-satunya cara!"

"Oke!"

Filo melompat mundur untuk menjaga jarak sebelum menangkat tangannya dan berfokus pada pakaiannya. Pakaian itu mulai memperbaiki diri.

Lalu pakaian itu mulai bersinar samar-samar.

Aku punya perasaan bahwa ini akan meningkatkan pertahanannya saat dia dalam wujud manusia.

Fitoria berlari kearah Filo dan mulai memukul dia.

"Ha!"

Pukulan Fitoria cukup kuat untuk mengguncang tanah, tapi Filo menangkisnya dengan tangannya.

"Ugh... kuat... banget... Tapi..."

Aku bertanya-tanya.... akankah Filo bisa bertahan dari serangan bertubi-tubi kalau dia nggak memfokuskan sihirnya pada pakaiannya?

Filo menerima serangan itu lalu menepis tangan Fitoria sebelum menyerbu ke depan.

Ada celah yang terbuka pada Fitoria. Filo mengayunkan cakarnya.

Udara seolah bergetar. Dia pasti telah meningkatkan kecepatannya.

"Hiya!"

Dia mengerahkan segalanya pada serangan tersebut, dan serangan itu berhasil kena.

Atau begitulah yang kusangka. Tapi.....

"Lemah."

Ada hujan percikan api, tapi, Fitoria tampak tak terpengaruh.

Sudah kuduga. Mustahil menembus pertahanannya.

Ini buruk. Gimana kalau Filo kalah? Apa yang harus kulakukan?

Filo terus melihat kearahku. Aku gak punya saran untuk dia lagi.

Itulah yang kupikirkan, namun dia sebenarnya melihat kearah Melty, lalu aku, lalu Melty lagi.

...Jadi begitu rencana miliknya...

Aku menyelinap ke kerangkeng Melty dan menyentuhnya.

Ada suara tebasan saat pedang-pedang angin berusaha menebasku—tapi defense'ku cukup tinggi untuk menahannya.

Filo pasti ingin aku menghancurkan kerangkeng ini dan mengakhiri pertarungan.

Dan dia benar. Kalau Fitoria jauh lebih kuat daripada Filo, maka gak ada peluang menang.

"Melty."

"N...Naofumi?"

"Jangan bergerak."

Aku memasukkan tanganku kedalam kerangkeng dan mencoba menghancurkannya. Akan tetapi....

Angin yang kuat berhembus dari bawahku, dan aku terlempar.

"Aku tidak suka pada orang yang berbuat curang."

Tiba-tiba sebuah tornado muncul menghantam tubuhku. Rasanya seperti aku dipukul di ulu hati, dan terlempar ke belakang.

"Ugh...."

Apa dia baru saja menembus pertahananku?

"Tuan Naofumi!"

"Ugh!"

Aku terkapar di tanah kesakitan, dan pandanganku kabur.

Sialan.... Aku menatap armorku yang penyok. Aku mengalami pendarahan. Kalau aku gak fokus dan menggunakan sihir pemulihan, aku akan dalam masalah besar. Armornya bisa memperbaiki sendiri... tapi aku... sialan...

"Master!"

"Tetap fokus."

"Muh...."

"Bisakah kau bertarung setelah kau menggunakan sihirmu?"

"Ya!"

"Dasar ceroboh. Waktunya mengakhiri pertarungan ini."

Sayap Fitoria terbuka dan mengarah ke langit.

"Suuuuuuiu...."

Dia berhenti sejenak dan menarik nafas. Sesuatu terbang disekitar kami. Sepertinya dia sedang mengumpulkan elemen magis pada dirinya sendiri.

Apa yang gak bisa dia lakukan?

Kuharap aku bisa melakukan hal sama.... tapi aku baru bisa menggunakan mantra sihir sederhana. Tetap saja, kurasa cara terbaik untuk meningkatkan adalah dengan meniru seseorang yang bisa melakukannya.

Itu merupakan sesuatu seperti mencuri isi otak seseorang. Bahkan jika kau betul-betul ingin melakukan sampai sejauh itu, apa gunanya belajar, kalau tidak secara terus-menerus meniru orang-orang di masa lalu?

Pada dasarnya semua pencapaianmu nggak lebih dari meniru keberhasilan orang lain.

Ya. Suatu hari aku akan jadi cukup kuat untuk meniru apa yang dilakukan Fitoria. Saat aku bisa melakukannya, aku akan membuat sebuah arahan untuk mempelajarinya.

"Aku juga bisa melakukannya!"

Filo menirukan Fitoria, dan dia mulai mengumpulkan sihir untuk dirinya sendiri.

".....Lambat."

Masalahnya adalah bahwa Fitoria sudah selesai mengumpulkan semua sihirnya.

Fitoria menyerbu Filo dan memukul dia bertubi-tubi dengan tinjunya.

"U.... Mu... Ku...."

Tapi lengan Filo disilangkan, dan Fitoria belum menembus pertahanan Filo.

Fitoria melompat mundur dan kemudian berputar di udara, melakukan sebuah tendangan.

"Bisakah kau menghentikan ini?"

"Mkyaaaaaaaa!"

Dia nggak bisa memblokir tendangan itu, dan dia terlempar berputar-putar di udara sebelum menghantam dinding angin.

"Aku... Aku gak akan kalah...."

Dia bangkit dengan kaki gemetaran, lalu sekali lagi mengumpulkan sihir.

"Mu...."

Dia nampaknya sudah memulihkan cukup banyak sihirnya. Dia melepas konsentrasinya dan melakukan serangan.

"Hiya!"

Filo menggerakkan sayapnya naik turun. Dia menunduk begitu rendah, merentangkan sayapnya, dan mengacungkan cakarnya kedepan.

Dia mulai meluncur ke depan, disertai hembusan angin yang kencang. Kelihatan jelas sekali bagi yang melihat bahwa sihir miliknya terkonsentrasi penuh.

Itu pasti serangan terkuat milik Filo.

Sangat banyak persiapan yang diperlukan. Kutasa dia nggak akan bisa menggunakannya dalam pertempuran.

"Kuikku!"

Filo terbang ke arah Fitoria seperti sebuah peluru.

Cakatnya diulurkan ke depan. Dia terbang serta berputar-putar sangat rendah hingga nyaris menyentuh tanah. Itu adalah gerakannya yang tercepat yang pernah kulihat.

Gimana mendeskripsikannya? Itu seperti serangan terakhir untuk sebuah robot terbang dalam sebuah game strategi.

"Heh...."

Mata Fitoria terbelalak karena terkejut.

Pakaian Fitoria sedikit terpotong, meski begitu sedikit. Potongannya sangat rapi.

Lalu cakar Filo mengenai wajah Fitoria. Aku gak bisa mempercayainya, tapi ada goresan pada pipi Fitoria.

Darah merembes keluar pada pipi Fitoria.

Fitoria menatap darah yang Filo hasilkan dari wajahnya. Dia menatap kearah darah itu menetes. Dia tersenyum.

Saat itulah aku menyadarinya. Aku menoleh pada Raphtalia, dan dia menggangguk.

Fitoria cuma bermain-main dengan kami. Dia ingin melihat gimana Filo bereaksi saat menghadapi lawan yang jauh lebih kuat daripada dirinya sendiri. Itu sebabnya dia tersenyum saat dia terkena serangan yang tak terduga semacam itu.

Filolial Legendaris.

Deskripsi itu nampaknya sangat sesuai. Filo tau mustahil untuk menang, tapi dia membantahnya.

Kami tau bahwa pertarungannya gak akan mudah, tapi kami bahkan belum memutuskan pemenangnya.

"Mu...."

Filo menggerutu. Pada awalnya aku berpikir dia nggak puas, tapi sekarang dia terlihat jengkel.

"Apa sekarang giliranku?"

Fitoria melangkah maju dan mengeluarkan serangkaian serangan terbang yang cepat pada Filo.

Dia begitu cepat! Dia sudah lebih cepat daripada Filo sampai poin ini, tapi sekarang dia bergerak jauh lebih cepat lagi.

Dia nggak bergerak begitu cepat hingga dia tak bisa lihat, seperti ketika menggunakan Haikuikku, tapi dia terlihat buram—kemanapun kau melihat dia.

"Uh.... Ahhhh!"

Filo gak bisa memblokir serangan-serangan itu, dan dia terlempar ke udara.

Tapi sebelum dia mendarat, Fitoria sudah ada disana. Dia mendongak ke arah Filo yang jatuh....

"Ha!"

Dan dia menendang Filo, menghempaskan Filo kembali ke tempat sebelum dia terlempar.

"Ugh....."

Lalu Fitoria berdiam diri. Dia menatap Filo, menunggu gerakan berikutnya.

Filo memegang bagian tubuhnya yang terluka, dan cahaya magis muncul. Dia pasti menggunakan sihir pemulihan, karena lukanya sembuh dengan cepat. Tapi dia sudah nggak sangat kuat lagi. Dia nggak akan bisa menyembuhkan dirinya sendiri ke keadaan normal, sampai dia nggak berasa dalam bahaya.

"Ugh..."

Filo sangat lemah. Dia sekali lagi mulai mengumpulkan sihir.

"Perhatikan aku sekarang."

Filo selesai menyembuhkan dirinya sendiri. Lalu dia menyerbu kearah Fitoria.

Mungkin bayanganku saja. Tidak, bukan bayanganku. Filo bergerak jauh lebih cepat daripada yang dia lakukan sampai sekarang.

Filo mengumpulkan kekuatan pada cakarnya lalu menirukan serangan yang barusaja digunakan Fitoria.

"Ha!"

Setelah tiga serangan, dinding angin yang Fitoria buat tampak melemah. Dinding itu bergetar.

"Cuma itu kemampuanmu?"

Aku menyadarinya beberapa saat yang lalu, tapi Filo nampaknya belajar dan menyalin semua serangan Fitoria. Tidak.... Fitoria sedang mengajari dia. Dia tidak menahan diri, jadi butuh beberapa saat untuk menyadarinya.

Ya... Ini semua adalah latihan. Rasanya seperti Fitoria ingin melatih Filo... Dia ingin melatih Filo habis-habisan hingga dia nggak peduli kalau Filo terbunuh saat pelatihan.

"Lebih baik bergegaslah. Mel-tan dalam bahaya."

Fitoria menunjuk ke arah Melty.

Kerangkengnya semakin kecil, dan jerujinya memotong ujung rambutnya.

"Kya!"

"Mel! Ugh!"

Filo membuka sayapnya dan menggunakan serangan peluru lagi. Dia terbang kearah Fitoria, tapi kali ini dia lebih cepat dari sebelumnya.

"HIYAAAAAAAAA!"

"Hm... Bagus, ini adalah akhir dari ujiannya. Terus pertahankan seperti itu."

Fitoria menggunakan tangannya untuk memblokir serangan Filo. Saat Filo berputar menjauh untuk memulihkan diri, Fitoria menendang dia dari samping.

"Ahhhh!"

Dia terlempar kearah kerangkeng angin itu, lalu menghantamnya dan terus terlempar.

Terguling-guling di tanah, dia akhirnya berhenti, seperti sebuah boneka rusak yang dihajar habis-habisan.

Aku berlari kearah dia.

Tapi Filo mengangkat tangannya untuk menghentikan aku, dan berdiri dengan kaki gemetaran.

"Aku... Aku gak akan kalah."

Dia nggak mau aku bantu, seolah menerima bantuan akan mendiskualifikasi dia dari duel. Dia gemetaran, tapi dia melangkah maju.

Dia tampak begitu lemah. Itu seperti dia akan jatuh kapan saja. Dia segitunya ingin menang hingga dia menolak menerima kekalahan.

"Filo! Kalau kau kalah maka kita gak bisa mendapatkan Mel kembali!"

"Filo...."

"Filo! Nggak apa-apa! Nggak apa-apa."

"Tidak... Aku... Aku akam melindungimu, Mel."

Filo berjalan terhuyung-huyung ke arah Fitoria. Sarung tangan kekuatan itu telah kehilangan cakarnya, tapi dia mengepalkannya membentuk tinju dan memukul kearah Fitoria.

"Yaaaaaah!"

Tapi serangan itu sangat lemah, namun kehendaknya kuat.

Pukulan Filo mengenai perut Fitoria.

"...."

Tapi itu nggak cukup untuk melukai dia.

"Ya. Tidak apa-apa. Itu cukup."

Filo tumbang, tapi Fitoria bergegas ke depan dan memeluk dia. Kerangkeng angin yang mengurung Melty lenyap.

"Filo!"

"Mel...."

"Dia tidak apa-apa. Dia akan baik-baik saja."

Fitoria mulai merapal mantra pada Filo.

Didepan mata kami, luka-luka Filo mulai sembuh, dan semua robekan pada pakaiannya menghilang.

"Huh?"

Filo segera menepis tangan Fitoria dan kembali memasang kuda-kuda bertarungnya.

"Sudah selesai."

"Belum selesai! Aku harus melindungi Mel!"

"Aku tau. Tapi Mel-tan baik-baik saja. Lihat."

Fitoria memberi isyarat agar Melty mendekat.

Melty menatap dengan sangat cermat pada Tutorial sebelum berdiri di samping Filo.

"Apa kau paham? Ujiannya sudah selesai."

"Ujian?"

"Cuma ujian kecil. Aku juga pernah mengalaminya."

"Oh ya?"

Filo gak segera mempercayai dia namun dia memalingkan mukanya ke samping saat dia mendengarkan Fitoria.

Mereka baru saja bertarung dengan sengit, tapi semua ketegangannya nampaknya telah lenyap.

"Filo, dia cuma mengujimu."

Aku dan Raphtalia berjalan mendekat dan berusaha menjelaskan.

"Ya... Itu adalah sebuah ujian. Tapi aku benar-benar akan melakukan seperti yang kukatakan jika dia gagal melewatinya."

Fitoria menjelaskan dengan sederhana.

Aku gak tau kenapa dia merasa seperti dia harus melakukan ini. Tapi, karena bertarung melawan Fitoria, Filo telah mempelajari skill-skill hebat untuk bertarung dalam wujud manusia.

"Filo, kau harus memikirkan lawanmu. Kalau kau bertarung melawan manusia saat kau dalam wujud Filolial, itu seperti bertarung dengan sebuah target besar di belakangmu."

"Benarkah?"

Memang benar bahwa Filo sangat besar dalam wujud Filolialnya. Meskipun dia bisa bergerak sangat cepat, itu memberi sebuah target besar saat menghadapi musuh yang kuat.

Dan juga, saat dia bertarung dalam wujud Filolialnya, pada dasarnya dia harus mengubah semua serangannya menjadi tendangan.

Bukannya dia nggak bisa menggunakan sihir atau serangan serbuan, tapi akan lebih baik untuk memikirkan lawan seperti apa yang dia hadapi. Fitoria mencoba membuat Filo menyadari bahwa ada cara lain untuk bertarung.

Itu akan berguna untuk mengubah taktik di pertengahan pertarungan. Itu bisa membingungkan musuh.

Jadi pada dasarnya, Fitoria memberitahu Filo bahwa dia harus tetap fleksibel dengan pilihannya—dan Fitoria mengajari Filo beberapa teknik baru.

"Ini adalah bukti bahwa kau telah melewati ujianku."

Kata Fitoria sambil mengeluarkan sebuah mahkota. Dia memberikannya pada Filo.

"Apa? Apa ini?"

"Ini adalah hadiahmu karena melewati ujianku. Sekarang tundukkan kepalamu."

"Filo, kau harus nurut."

Melty meraih lengan Filo dan membuat dia menunduk.

Apa kau lihat itu? Melty bertindak layaknya seorang putri.

"Begini?"

"Ya, seperti itu."

Filo menunduk didepan Fitoria, yang memasang mahkota itu di kepalanya.

"Filo, kau akan menjadi penerusku."

"Apa itu?"

"Itu artinya kau akan menjadi Ratu agung dari para Filolial yang berikutnya."

"Oh...."

"Filo! Aku turut senang!"

Melty begitu gembira. Dia melompat-lompay. Filo sendiri gak kelihatan gembira.

Tiba-tiba mahkota yang ada di kepala Filo bersinar.

Mahkota itu memancarkan cahaya ke segala arah, dan kemudian....

Ping! Sebuah jambul muncul di kepala Filo. Satu untai rambut berdiri.

"....."

Aku dan Raphtalia terdiam.

Apa itu semacam hadiah?

"Huh?"

"Filo! Kau manis sekali!"

Melty sangat gembira dan menari-nari di tempat... Tapi Filo gak kelihatan paham dengan apa yang terjadi.

Melty nggak sadar.

Tunggu sebentar. Aku memganggap diriku sendiri seorang Otaku. Apa itu artinya aku harus gembira karena jambul itu?

Enggak... Aku gak merasa begitu.

"Apa yang terjadi?"

"Yah...."

Aku menunjuk kearah kepala Filo, dan Filo mengikuti tatapanku. Dia melihatnya dan...

"Apa itu? Ada sesuatu yang aneh di kepalaku!"

Filo berteriak dan hampir melompat. Dia meraih untaian rambut itu dan....

Rip!

"Wh?!"

Dia mencabutnya.

Filo betul-betul sesuatu. Itu tampak asri itu pasti sangat sakit.

"Aduh!"

Itu pasti sakit, tapi Filo tampak bangga karena telah mencabutnya.

Boing!

Tapi setelah dia mencabutnya, untaian rambut lain muncul menggantikannya.

"Ada lagi?!"

"Apa?!"

Mata Filo berlinang air mata ketika lagi dan lagi dia mencabut jambul itu dari kepalanya. Jambul baru selalu muncul menggantikan yang dicabut, dan dia pada akhirnya menyerah dan menundukkan kepalanya dengan lesu.

Itu adalah sebuah jambul yang aneh.

"Itu hanya akan terus tumbuh lagi, jadi lebih baik kau menyerah saja. Semakin kau tumbuh, semakin banyak jambul yang akan kau miliki."

"Apa? Tapi aku nggak mau..."

Filo menatap jambul yang ada di kepala Fitoria.

Apa yang dipikirkan Filolial Legendaris itu dengan memberi sesuatu seperti itu pada Filo?

Aku memutuskan untuk melihat layar status Filo.

Statistik miliknya telah meningkat.

Sepertinya mahkota itu telah memberi beberapa kemampuan dan peningkatan statistik.

Mengingat bahwa, untuk saat ini, Filo telah memaksimalkan tingkat potensialnya, itu adalah sebuah hadiah yang bagus.

"Dan untuk Pahlawan Perisai..."

"Huh? Aku dapat sesuatu juga?"

Fitoria menunjuk ke arahku, lalu melengkungkan jarinya dan memberi isyarat agar aku mendekat.

Tunggu sebentar. Kalau aku mendekat, apa dia akan memberiku jambul juga?

"Aku nggak perlu gaya rambut baru."

"Gaya rambut?"

Aku nggak menjelaskannya lebih lanjut. Itu cuma akan menyebabkan keributan kalau aku menjelaskannya.

"Ini lebih baik daripada itu. Dan ini akan menyembuhkan lukamu."

"Yah, kalau begitu...."

Aku gak tau apa yang akan dia berikan padaku, tapi kuharap itu bukanlah sesuatu yang aneh.

Lagian aku mungkin nggak bisa menolaknya, jadi aku berjalan mendekati dia. Dia mengulurkan tangannya dan menyentuh badanku, menyembuhkan lukaku. Aku nggak bisa sepenuhnya menyembuhkannya, jadi masih ada rasa sakit di beberapa tempat. Dia menghilangkan rasa sakit itu.

"Tunjukkan padaku Perisaimu."

Dia menunjuk pada perisaiku dan menyuruhku untuk mengangkatnya.

"Seperti ini?"

Aku mengangkat perisaiku. Fitoria mencabut jambulnya dan meletakkannya di tengah perisai.

Perisai itu segera bereaksi dan menyerap rambut itu.

Seri Filolial dibuka secara paksa!

"Terbuka secara paksa?"

Aku memeriksa pohon perisainya, dan ada sebuah "Filolial Shield" bersinar disana.

Perisai itu memiliki bonus equip yang banyak yang semuanya kelihatan berguna untuk para Filolial, seperti kekuatan dan penyesuaian pertumbuhan (besar, medium, kecil), penyesuaian pertumbuhan statistik (besar, medium, kecil), dan yang lainnya.

Kemampuan yang segera mengagetkan aku bernama Ability While Riding (besar, medium, kecil). Itu pasti berarti bahwa Filo akan bertarung lebih baik jika seseorang menunggangi dia.

Tetap saja, levelku nggak cukup tinggi untuk menggunakan sebagian besar dari kemampuan perisai itu. Untungnya perisai itu terbuka, jadi aku memenuhi persyaratan untuk menggunakan kekuatannya.

Sepertinya persyaratannya telah terpenuhi untuk membuka perisai apapun yang berkaitan dengan para Filolial.

"Makasih."

"Sama-sama. Akan tetapi aku masih punya sesuatu yang ingin kubahas denganmu."

"Apa itu?"

"Aku lebih suka membicarakannya secara pribadi."

Ini jadi sebuah hadiah yang agak aneh.

Hei—apa ini artinya semua kekuatan Filolial terkonsentrasi pada jambul-jambul itu?

Filo gak bisa naik level lagi, setidaknya untuk saat ini. Jadi kurasa itu adalah hal yang bagus.

"Um... Uh..."

Melty ragu-ragu, dan agak malu untuk berbicara pada Fitoria.

"Apa?"

"Itu hanya untuk menguji Filo, kan? Kau tidak... memanfaatkan aku?"

"Tentu saja tidak. Bukankah ada sesuatu yang kau inginkan, Mel-tan?"

"Um... Bisakah kau menjadi seekor Filolial yang sangat besar dan mengijinkan aku naik diatas kepalamu?"

Berbicara penuh gairah yang aneh, Melty mengatakan permintaannya.

"....Baiklah."

Fitoria tampak agak enggan, tapi saat dia menepuk kepala Melty, dia mulai membesar. Lalu dia tersenyum.

"Wow...."

Lalu, seperti yang dia janjikan, dia meletakkan Melty di kepalanya.

"Tinggi sekali!"

Melty betul-betul gembira.

"Pahlawan Perisai, mundurlah sedikit."

"Oke."

Aku melangkah mundur seperti yang dia minta.

Dan... Fitoria segera bertambah besat sekitar 18 meter tingginya. Sampai seberapa besar yang dia bisa? Dia separuh sebuah bangunan.

"Wow! Wow!"

Suara Melty terdengar jauh. Apa gak apa-apa membawa dia sampai setinggi itu?"

Tapi beneran deh, sampai seberapa besar Fitoria bisa tumbuh?

Atau mungkin itu adalah ukuran aslinya, dan dia nanya berubah wujud untuk menyesuaikan ukuran kami.

"Wow...."

Melty tampak sangat senang.

"Ini seperti sebuah mimpi..."

"Sayangnya ini bukan mimpi."

Filo sudah cukup kuat untuk mengalahkan seekor naga, dan cewek itu mempermainkan Filo seperti sebuah mainan.... itu bukanlah tanda yang bagus.

"Nah sekarang. Hari masih pagi. Aku ingin kalian semua beristirahat sedikit lagi."

"Tentu—kalau kau membawa kami ke tempat yang ingin kami datangi nanti."

"Kita akan membicarakannya nanti. Untuk saat ini bersantailah. Teman-temanku disini juga ingin menyapa."

"GAHH!"

"Apa? Perayaan kelahiran seorang ratu baru? Maksudmu aku?"

"Selamat Filo! Ah, ha, ha! Lihatlah seberapa bahagianya para Filolial!"

Para Filolial lain mengerumuni Filo dan mengangkat dia.

"A...Aku?"

Mereka juga mengangkat Raphtalia.

Apa yang terjadi? Kami tiba-tiba jadi sangat populer.

Kami menghabiskan hari ini dengan para Filolial. Itu merupakan suatu suasana yang seperti sebuah festival.

Jadi beginilah kami di pengasingan. Tapi setelah kami pergi, butuh berapa lama sampai seluruh dunia mempercayai kami juga?

***


Capítulo 79: Chapter 6 Kedamaian Dewa Burung

Satu hari terlewati seperti sebuah mimpi, dan nggak lama setelah itu, malam datang. Raphtalia, Filo dan Melty tidur di sebuah sarang besar yang dipersiapkan para Filolial untuk mereka.

Sama seperti malam kemarin, Fitoria tetap bangun untuk berbicara denganku empat mata.

"Apa yang mau dibicarakan?"

"Tentang apa yang kita bicarakan kemarin malam..."

"Sialan, kau sungguh keras kepala. Apa yang mustahil tetaplah mustahil."

Pagi tadi dia serius mencoba membunuh kami. Aku sadar bahwa berkat upaya Filo kami bisa selamat.

Tapi kenapa dia begitu kuat? Gimana caranya dia menjadi sekuat itu hingga bisa mempermainkan Filo seperti sebuah boneka? Dia cukup kuat untuk menghadapi keempat pahlawan sekaligus.

"Apa kau benar-benar... mencoba berteman dengan mereka? Apa kau mencobanya?"

Aku nggak segera menjawab. Kalau aku nggak memikirkan jawabanku, dia mungkin akan membunuhku.

Motoyasu sudah jelas memusuhiku. Aku nggak yakin apa yang dipikirkan Ren atau Itsuki.

Sejak kami kabur membawa Melty, kami belum bertemu lagi.

Gak mungkin aku tau dimana mereka berada, tapi aku ingat bahwa saat terakhir kali kami meninggalkan mereka, mereka tampaknya mulai curiga tentang apa yang dituduhkan padaku.

"Apa kau pernah mencoba membersihkan namamu?"

Dia menyadari bahwa aku nggak betul-betul melakukan sesuatu.

Terutama mengenai tuduhan pemerkosaan yang dibuat Lonte itu, aku lebih memprioritaskan kemarahanku karena aku betul-betul yakin nggak ada peluang seseorang akan mempercayai aku.

Aku memberitahu mereka bahwa aku difitnah, dan mereka gak mempercayai aku. Itu sebabnya aku nggak mempercayai mereka. Tapi kalau aku bisa menunjukkan bukti, akankah mereka mengubah pikiran mereka?

Kami nggak cukup dekat untuk duduk berbicara. Mereka tau segala sesuatu tentang dunia ini, dan mereka tau bahwa aku gak tau apa-apa—tapi mereka tetap membiarkan aku sendiri dan nggak berupaya untuk menolongku. Kenapa aku harus mendatangi mereka?

Yang mereka mau cuma bermain di dunia mereka dan bertindak kejam.

Mana bisa aku tau apa yang mereka pikirkan?

Aku memikirkannya sebelumnya. Aku mencoba membayangkan apa yang Ren pikirkan.

Dia tau bahwa semua orang panik karena aku dituduh memperkosa Lonte itu. Ren gak tau banyak soal si Lonte, tapi dia tau kalau Lonte itu cantik.

Siapa yang harus dia percayai? Pria yang dituduh atas kejahatan itu, atau wanita yang menyatakan sebagai korbannya?

Kalau aku jadi dia, dan aku nggak betul-betul tau apapun tentang masing-masing dari mereka, aku akan memihak wanita yang menyatakan sebagai korbannya.

Itu adalah hal yang serupa dengan yang kudengar saat di dunia asalku. Suatu ketika di kereta, seorang wanita memegang lengan seorang pria dan berteriak, "Pria ini menyentuhku!"

Meskipun pria itu nggak menyentuh si wanita, semua orang yang ada di kereta akan segera menatap dia dengan tatapan lain, curiga. Meski dia bisa membuktikan bahwa dia difitnah, posisi sosial pria itu akan selamanya rusak.

Apa yang Lonte itu lakukan padaku adalah hal yang serupa dengan itu.

"Haaaaa....."

Kemarahanku mulai mereda, meski cuma sedikit.

Sama seperti aku gak tau apa-apa tentang Ren atau Itsuki, mereka juga gak tau apa-apa tentang aku. Begitu pula dengan Motoyasu.

Yah, Motoyasu jelas-jelas cuma mikirin perempuan.

Aku merasa seperti aku menyadari sesuatu yang penting.

Kalau Ren dan yang lainnya memahami apa yang telah terjadi, maka itu mungkin layak untuk dicoba dan berbicara dengan mereka. Kalau kami bertemu lagi.

Yah, aku akan mencoba berbicara kalau aku ketemu mereka.

Kalau semuanya berjalan baik, kami mungkin bisa menghasilkan sedikit perubahan.

Tentu saja, perubahan akan mustahil sampai Lonte dan Sampah itu dihukum.

"Apa kau ingat pembicaraan kita yang sebelumnya? Kemana aku harus membawamu setelah kita meninggalkan tempat ini?"

"Ya."

"Aku berencana untuk mengantarmu ke suatu tempat yang tidak jauh dari para Pahlawan Suci."

"Kau ikut juga, kan?"

Kalau dia sekuat ini, dia mungkin bisa meluruskan kesalahpahaman.

Prioritas utamanya adalah bahwa para pahlawan harus bekerja sama. Mempertimbangkan itu, sepertinya itu adalah sebuah permintaan yang wajar.

"Aku gak akan mengganggu urusanmu lagi. Tunjukkan padaku kalau ada alasan buatku untuk peduli padamu."

"Egois sekali."

"Itulah masalahnya. Aku belum menemukan suatu alasan untuk menghargai para Pahlawan saat ini. Satu-satunya dari kalian yang sudah kutemui yang memiliki potensi adalah Filo. Buktikan kalau aku salah."

Dia jelas-jelas menganggap dirinya sendiri diatasku, tapi kalau dia berpikir bahwa dia melakukannya demi kebaikan dunia, maka dia mungkin betul-betul membunuh para pahlawan karena pertikaian mereka.

Aku nggak betul-betul bisa mengatakan dia salah.

Tapi aku masih punya perasaan bahwa dia mungkin akan menyelamatkan dunia dengan menghabisi orang-orang yang saling bertikai.

Sebenarnya mungkin aku— atau bukan aku, tapi kami... para pahlawan... mungkin kami salah tentang seberapa serius ancaman tersebut.

"Selain itu, aku punya banyak hal yang membuatku selalu sibuk."

"Misalnya?"

"Seperti menyelamatkan dunia dari gelombang. Gelombang gak cuma datang ke tempat-tempat dimana manusia tinggal."

"Apa ada jam pasir selain ditempat yang dihuni manusia?"

Fitoria mengangguk. Lebih baik aku nggak tau itu. Jadi bukan cuma peradaban manusia yang terancam?

"Aku bertugas di area-area itu. Aku akan senang kalau kau membantuku, tapi kau harus menjadi lebih kuat terlebih dulu."

Jadi maksud dia adalah bahwa dia rela repot-repot menemui kami dan menguji kami... ketika dia punya waktu.

Dia ingin mengetahui apakah kami cukup kuat untuk menghadapi apa yang akan datang. Kalau kami gak cukup kuat, dia akan membunuh kami.

"Jika kau bisa, cobalah berbicara dengan mereka. Dunia tak punya waktu untuk pertengkaran kecil dari para Pahlawan."

"Kau membuatnya terdengar seperti para pahlawan selalu bertengkar."

"Aku sudah melihatnya berkali-kali."

"Baik. Yang perlu kulakukan adalah memperbaiki hubungan, kan?"

"Ada lagi."

"Apa?"

"Meski satu dari para Pahlawan tidak ada saat gelombang datang, gelombangnya akan semakin kuat. Jika itu terjadi, maka para Pahlawan harus dibunuh agar Pahlawan baru bisa dipanggil. Itu dilakukan demi dunia."

Sialan.... Aku gak mau tau itu juga. Itu artinya bahwa bahayanya akan semakin buruk kalau ada salah satu pahlawan yang tewas.

Tapi kalau semua pahlawan terbunuh, maka para pahlawan baru bisa dipanggil. Apa-apaan itu.

Dia menyuruh kami untuk akur dan bekerja sama. Tapi kalau kami nggak melakukannya, dia akan membunuh kami.

Filolial Queen ini betul-betul tau caranya memberi perintah yang menjengkelkan.

Aku sedang berpikir secara mendalam selama beberapa saat, jadi Fitoria berdiri dan menoleh padaku.

"Aku tidak tau berapa banyak gelombang yang akan terjadi. Tapi akan ada waktu saatnya dimana semua kehidupan di dunia akan dipaksa untuk mengorbankan sesuatu yang besar."

"..."

"Pada saat itu para Pahlawan akan dipaksa mengambil keputusan. Aku akan menunggumu sampai saat itu."

"Keputusan?"

"Apakah kau akan bertarung demi dunia atau demi orang-orang. Jika kau tidak bisa akur dengan para Pahlawan yang lain dan mengabaikan tujuanmu, maka setidaknya bertahanlah hidup sampai saat itu. Jika kau memilih bertarung demi dunia, kau akan diharuskan membuat pengorbanan besar, tapi kau akan bisa memenuhi tujuanmu."

"Apa yang terjadi kalau aku memilih bertarung demi orang-orang?"

"Itu adalah sebuah jalur yang berat. Para Pahlawan di masa lalu menginginkan hal itu. Tetapi itu tak lagi bisa dilakukan. Itu adalah sebuah jalan dimana kau tidak bisa berjalan sendirian. Kau tak akan pernah berhasil."

"Hmmm.... Seberapa banyak yang kau ketahui? Katakan padaku segalanya."

"Aku sudah banyak yang lupa. Tapi aku ingat satu hal. Menyelamatkan dunia dan menyelamatkan umat manusia bukanlah hal yang sama."

Dunia dan penduduknya itu berbeda.

Dari cara dia mengatakannya, sudah jelas bahwa dia berada di pihak dunia. Dia nampaknya sangat acuh dengan apa yang terjadi dengan manusia. Maka apa maksudnya bertarung demi dunia? Aku tau yang dia maksudkan adalah melawan gelombang, tapi aku nggak bisa memahami sisanya.

Terlepas dari itu, ada saat ketika dia ingin bertemu kami lagi.

Itu mungkin setelah gelombang terakhir. Aku bertanya-tanya...apa yang harus kupilih?

Meskipun itu demi orang-orang, kalau aku bisa melakukan sesuatu untuk melindungi Raphtalia dan yang lainnya, aku mungkin akan memilih menolong orang.

"Jadi, tolong cobalah akur dengan para Pahlawan yang lain."

"Aku cuma bisa bilang aku akan mencobanya. Aku nggak tau bagaimana mereka akan bereaksi, tapi kau memberi kami hadiah-hadiah itu. Setidaknya aku akan berusaha."

Dia memberi Filo mahkota, dan memberiku sebuah perisai. Aku yang harus menurut.

"Kau melewati ujian. Aku punya harapan yang lebih besar padamu daripada para Pahlawan lain."

"Kenapa?"

"Pahlawan Perisai yang membesarkan Filolial Queen yang baru tidak mungkin orang yang jahat."

"Sayangnya aku orang yang buruk."

Aku mengatakannya tanpa berpikir.

Maksudku... Aku membeli seorang gadis kecil sebagai seorang budak dan memaksa dia bertarung demi aku.

Pastinya aku bukanlah orang yang baik.

"....."

Fitoria menatap langit dan menghela nafas dalam-dalam.

"Pikirkan apa yang kau mau untuk saat ini. Namun jangan lupa bahwa kita terhubung melalui Filo."

Kalau Filo gagal melewati ujiannya.... dia akan membunuhku.

Dia sangat mampu melakukannya. Terlebih lagi aku terluka.

"Baik."

"Pahlawan Perisai, kurasa kau memiliki kekuatan untuk memperbaiki hal dengan para Pahlawan lain. Dan sejujurnya... mereka hanya terlalu lemah. Dengan keadaan sekarang ini, aku tidak akan ikut campur. Kau harus mengurusnya sendiri."

"Apa itu begitu susahnya?"

"Memang. Dan kalau kau harus menggunakan Perisai itu..."

Fitoria mengulurkan tangannya ke arah armorku.

Aku tiba-tiba merasa lebih ringan.

Inti naga yang dimasukkan kedalam Barbarian Armor-ku sepertinya berubah. Sekarang itu tampak seperti sebuah simbol Taoist ying-yang.

Barbarian Armor +1 (Perlindungan Dewa Burung)

defense up

resistensi benturan (medium)

resistensi api (besar)

resistensi angin (besar)

resistensi bayangan (besar)

pemulihan HP (sangat kecil)

magic up (medium)

agility up (medium)

pembentukan pertahanan sihir

resistensi kontaminasi spiritual

pemulihan otomatis

"Apa ini?"

"Itu akan membantumu menahan Rangkaian Terkutuk. Tetap saja, itu tidak akan membuatmu sepenuhnya aman.... Jangan gunakan Perisai itu jika kau bisa menghindarinya."

"Akan kulakukan apa yang aku bisa, tapi kau nggak harus menahan nafasmu. Tentang ini ataupun tentang berdamai dengan para pahlawan lain."

"Tolong usahakan...."

Fitoria mengeluarkan senyum yang paling tulus yang pernah kulihat saat dia mendekat dan bersandar padaku.

"Kau berat. Menjauhlah."

Tapi Fitoria nggak menunjukkan tanda-tanda menjauh.

"..."

Dia terus bersandar padaku dalam diam.

Apa yang dia lakukan? Dia terlihat seperti anak kecil yang hendak menangis.

Kenapa? Itulah pikiran pertamaku. Kenapa? Apa yang dia mau?

Lalu aku terpikir alasan-alasan. Dia bilang bahwa seorang pahlawan lah yang membesarkan dia.

Dimana pahlawan itu sekarang? Entah dia telah kembali ke dunia asalnya, atau dia sudah lama tewas.

Apa dia menganggap aku seperti orang tua barunya sekarang? Apa dia melihat pahlawan lama-nya dalam diriku.

Gak ada yang bisa ku perbuat tentang itu.

Aku menempatkan tanganku pada kepalanya. Saat aku melakukannya, dia membenamkan kepalanya pada bahuku dan memelukku.

Sepertinya satu-satunya alasan dia harus terus bertahan adalah janji yang dia buat dengan sang pahlawan di masa lalu. Apa itu yang dia lakukan?

Dia berjanji untuk melindungi dunia. Berapa tahun lamanya dia melakukannya?

Kalau berpikir tentang beberapa lama dia berjuang demi dunia, aku merasa setidaknya yang bisa kulakukan adalah menerima permintaannya.

Di sepanjang hidupnya, berapa banyak orang yang dia temui dan bekerjasama dengan dia? Di dunia ini? Dia pasti sudah berkali-kali mengalami kekecewaan dan keputusasaan. Apa itu sebabnya dia nggak mempercayai siapapun selain para pahlawan?

Dia adalah seorang cewek yang agak kikuk. Dia sangat kuat, namun itu kemungkinan karena dia berusaha begitu keras.

Saat seorang gadis kecil memintamu melakukan sesuatu, sangat sulit untuk bilang tidak.

Aku akan melakukan apa yang aku bisa.

Pada akhirnya nafas Fitoria menjadi semakin dalam, dan aku menyadari dia sudah tertidur di bahuku. Dengkurannya terdengar persis seperti dengkuran Filo.

Suatu hari nanti, setelah aku pergi, akankah Filo bersandar pada bahu pahlawan lain dan tertidur? Saat aku berpikir tentang hal itu, kelopak mataku semakin berat, dan gak lama aku juga tertidur.

* * * * *

"Makasih banyak!"

Melty dan Filo melambaikan tangannya dengan riang.

Pagi menjelang, dan Fitoria mengatakan bahwa itu mungkin sudah saatnya kami melanjutkan perjalanan. Dia memberi isyarat pada kami agar naik ke kereta.

Setelah kami semua naik ke kereta, Fitoria menteleport kami kembali ke tempat dimana kami bertarung melawan Tyrant Dragon Rex, dan kami semua turun dari kereta. Apa para pahlawan lain ada didekat sini?

"Apa para pahlawan lain ada disuatu tempat dekat sini?"

"Aku merasakan adanya reaksi dari sekitar sini..."

Fitoria menatap kereta. Ini bukanlah tanda-tanda yang bagus.

Beberapa saat berlalu. Lalu Fitoria berubah ke wujud Filolial normalnya kemudian mengangkat sayapnya dan pergi.

"Itu adalah sebuah pengalaman yang menarik, kan, Tuan Naofumi?"

"Memang. Baiklah, Filo..."

"Uh huh?"

Oh, aku lupa menyebutkan bahwa Fitoria memberi Filo sebuah hadiah perpisahan.

Itu adalah sebuah kereta baru. Kereta itu terbuat dari kayu, meskipun kualitasnya tidaklah sangat bagus.

Segalanya menjadi betul-betul rumit. Kenapa dia memberi begitu banyak beban pada pundakku?

Filo Lebih suka kereta yang kubeli, tapi sudah gak ada pilihan lain selain terima apa adanya.

Filo berubah ke wujud Filolial Queen dan mulai menarik kereta.

"Ayo berangkat!"

"Oke!"

"Ya!"

"Kita bisa melakukannya, kan Filo?!"

Kami sudah jauh melenceng dari jalur, tapi kami sudah kembali ke jalan yang benar sekarang. Kami menuju ke perbatasan barat daya.

"Aku gak nyangka akan sampai sejauh ini..."

Kami sampai di perbatasan. Dari tempat kami berada, kami bisa melihat bangunan kecil yang seperti benteng dimana para penjaga mengawasi perbatasan sambil berpatroli di atapnya.

Nggak cukup banyak orang yang melintasi perbatasan, dan ada para penjaga yang memeriksa isi dari kereta-kereta.

"Sialan. Mereka terus mengawasi dengan ketat."

"Karena mereka mencari kita, kan? Setidaknya jumlah penjaganya lebih sedikit daripada yang ada di perbatasan timur laut."

"Memang benar...."

Motoyasu berdiri di dekat perlintasan perbatasan. Iblis maniak api juga ada bersama dia.

Aku berharap Motoyasu pergi ke tempat lain. Dia betul-betul gak pernah mau mendengarkan aku.

Atau begitulah yang kupikirkan, lalu kata-kata Fitoria terngiang kembali. Mungkinkah itu adalah asumsiku sendiri yang mencegah kami dari berdamai?

Terlepas dari itu, Lonte itu juga ada disana—dan gak mungkin dia akan mendengarkan aku.

Aku menaruh harapan kecil bahwa mereka mungkin akan mendengarkan Filo, Melty atau Raphtalia.

Kalau kami mencari perlintasan lain sekarang, itu akan membuat kami berkeliaran selama setidaknya beberapa hari. Dan selain itu, gunakan kami tepat berada didepan kami.

Masalah utamanya adalah Motoyasu. Kami lah yang palinh banyak bertikai sampai sejauh ini. Kalau dia nggak mendengarkan apa yang harus kami katakan, maka kami janua harus menerobos.

Betul—kami hanya perlu menerobos.

"Melty, tujuan kita ada disini. Kita harus menerobos, apapun yang terjadi. Meski begitu, aku akan mencoba berbicara pada Motoyasu."

Aku tau kalau Melty memiliki semacam sifat yang histerik, tapi itu penting untuk memastikan bahwa kami semua sepaham dan sepemikiran.

"Oke."

"Huh? Apa itu?"

"Apanya yang apa?"

"Kupikir kau akan bilang padaku untuk nggak melakukannya karena itu akan membuat kita terlihat jahat."

"..."

Dia berpaling dan menghela nafas karena frustasi.

"Kalau negeri ini berperilaku begitu gegagah, maka perlakukan kasar diperlukan."

Aku tau apa yang dia maksudkan. Dia berpikir tentang bangsawan yang sangat menginginkan kami mati sampai-sampai dia melepaskan segel dari seekor monster kuno. Dia membakar wilayahnya sendiri untuk menghabisi kami.

Melty penuh tekad. Itu bagus.

Memaksakan melintasi perbatasan mungkin akan menghasilkan kehancuran yang lebih sedikit daripada terus-terusan kabur.

"Baiklah. Ayo bergerak! Apa kalian siap?"

"Pasti."

"Yup!"

"Waktunya beraksi."

"Baiklah!"

Aku mengangkat tanganku, dan Filo mencondongkan badannya ke depan, berlari dengan kecepatan penuh sambil menarik kereta.

Kami berlari lurus kearah perlintasan perbatasan.

"Itu si Iblis Perisai!"

Sapaannya semacam itu...

Aku berencana untuk berkompromi dan mencoba membicarakan semuanya. Dan begini cara mereka menyapa?

Aku mempertimbangkan kembali pendekatanku setelah membicarakannya dengan Fitoria. Tapi apa aku salah?

"Berhenti!"

Sebelum perlintasannya, terdapat semacam tikar yang digelar. Tikar itu dipenuhi dengan paku-paku yang berdiri. Kereta kami gak akan bisa melewatinya.

Tapi Filo gak menunjukkan tanda-tanda melambat.

"Mereka datang!"

Motoyasu mengacungkan tombaknya ke arah kami.

Dia adalah pecinta wanita. Dia nggak akan menyerang Filo menggunakan tombaknya... kan?

Tombak miliknya mulai bersinar.

"Myne!"

"Oke!"

Lonte itu mulai merapal sebuah mantra.

"Zweite Fire!"

"Air Strike Javelin! Dan...."

Saat Myne selesai merapal mantranya, Motoyasu mengangkat tombaknya yang bersinar dan melemparkannya kearah kami.

"Skill Kombo, Air Strike Fire Lance!"

Sebuah tombak yang terbuat dari api terbang ke arah kami.

Sial!

Aku segera melompat ke punggung Filo dan milai menhekuaykan skill milikku sendiri.

"Air Strike Shield! Second Shield!"

Dia Air Strike Shield muncul di udara dan menghentikan tombak api milik Motoyasu.

Tapi perisai-perisai itu gak mampu sepenuhnya menghentikannya. Tombak itu memantul dan terus terbang ke arah kereta. Filo melompat menjauh dari kereta untuk menghindarinya. Aku berbalik dan melihat Raphtalia dan Melty berpegangan tangan dan melompat dari kereta tepat waktu.

Apa Motoyasu mengeluarkan skill-skill pada kami tanpa ragu-ragu sekarang?

Selain itu, apaan itu? Sihir dan skill bisa digabungkan menjadi skill kombo?

Kurasa begitu. Itu seperti pedang sihir.

Apa dia menahan diri sepanjang waktu ini? Apa itu sebabnya mereka gak menggunakannya sampai sekarang?

"Apa yang lu lakuin?!"

Aku berencana mencoba berbicara dengan dia sebelum kami kabur, tapi dia cuma berlari dan mulai menyerang kami.

"Myne!"

"Aku tau!"

Putri Lonte itu menatap para prajurit.

Saat dia melakukannya, sebuah sangkar sihir terbuat dari energi mulai berderak dan berdesir, muncul disekitar kami.

"Apa?!"

"Apa.... Apa ini?!"

"Apa yang terjadi?"

Sangkar itu sangat besar, panjangnya sekitar 40 meter. Sangkar itu tampak terbuat dari listrik.

Apa itu.... sihir? Ataukah itu terbuat dari sesuatu yang lain?

"Akhirnya kami bisa nemuin elu, Naofumi. Kali ini lu gak akan bisa lolos."

"Motoyasu....."

Dia menatap kami, terlihat sangat songong.

Apa maksudnya itu? Sikap masa bodo-nya yang biasanya sudah hilang.

"Naofumi, ini adalah perangkat sihir bernana Lightning Cage."

Melty menatap sangkar itu dan menjelaskan fungsinya.

"Itu adalah sebuah perangkap yang dipasang di area tertentu. Itu dirancang untuk menjebak para wizard dan para pengguna sihir."

"Untuk para wizard? Apa gunanya?"

"Itu dimaksudkan untuk mengurung targetnya didalam."

Sekarang itu masuk akal. Mereka sudah melihat kami melarikan diri menggunakan kecepatan Filo sebelumnya, jadi mereka ingin bertarung di area yang sepenuhnya tertutup.

"Aku bisa menghancurkannya, tapi itu butuh waktu."

"Gimana cara normal untuk keluar dari kurungan ini?"

"Kau membutuhkan kunci dari orang yang memasangnya."

Aku turun dari punggung Filo dan menatap Motoyasu.

"Apa kamu akan bertarung?"

"Yah aku ingin membiarkan sesuatu terlebih dahulu. Tapi kayaknya pertarungan sudah gak bisa dihindari lagi."

Raphtalia menghunus pedangnya.

"Raphtalia, kamu fokus saja pada pertahanan. Menjauhlah kalau kamu bisa."

"Tapi aku...."

"Aku ikut bertarung?"

"Ya. Kalau memang sudah gak bisa dihindari."

Motoyasu lemah terhadap cewek-cewek cantik. Dia akan menyerang tanpa ragu-ragu, tapi aku akan mengasumsikan bahwa dia berpikir kami menghindarinya.

"Melty, bisakah kau fokus pada menghancurkan kurungannya?"

"Aku akan mencobanya.... tapi aku nggak bisa janji."

"Baiklah kalau begitu—Raphtalia, kamu fokus melindungi Melty saat dia mencoba menghancurkan kurungannya."

"Baik!"

Setelah aku selesai menetapkan peran mereka masing-masing, aku berjalan kearah Motoyasu.

"Motoyasu, dengerin gue."

Itu mungkin karena percakapanku dengan Fitoria, tapi aku mulai mencurigai bahwa Motoyasu sudah ditipu oleh Lonte itu.

Kalau nggak begitu, maka dia nggak akan repot-repot mencoba menyelamatkan Raphtalia dariku.

Dia mungkin agak lola, tapi untuk saat ini aku akan menganggap bahwa dia nggak betul-betul berniat untuk menjebakku.

"Lu pikir lu bisa mencuci otak gue pake Perisai Pencuci Otak punya lu?!"

Astaga... Dia sudah berhasil diyakinkan kalau Perisai Pencuci Otak memang betul-betul ada.

Sejujurnya, itu adalah kekurangan dia bahwa dia gampang sekali dicuci otak.

Tapi dia adalah Pahlawan Tombak. Kalau aku bisa mempercayai apa yang kubaca dalam The Record of Four Holy Warriors, maka Pahlawan Tombak seharusnya memiliki hati yang loyal.

Loyalitas dalam hal ini jelas-jelas berarti bahwa dia nggak akan meragukan orang-orang yang dia anggap temannya.

Dan putri Lonte serta raja Sampah itu ada dibelakang dia. Kalau dia mempercayai orang-orang yang dia sebut teman tanpa keraguan, maka dia cuma orang idiot.

"Tuan Motoyasu! Kita harus bergegas menyelamatkan Melty dan korban pencucian otak lainnya dari Iblis Perisai!"

Lonte itu selalu saja menyiramkan bensin ke api. Seberapa busuknya wanita ini?

"Gue gak bakal nahan diri lagi."

"....Gue juga."

Setelah aku dipanggil kesini, aku harus menahan kebodohan Motoyasu di hari kedua, lalu di hari pertama bulan kedua.

Pemikiran akhir dari semua itu nampaknya cukup masuk akal.

Sialan! Begini lagi, jatuh ke pola yang sama lagi. Kenapa aku gak belajar?!

"Dengerin gue. Apa para pahlawan punya waktu buat bertikai diantara mereka sendiri? Dimana Ren dan Itsuki? Kalo lu gak mikirin alasan yang bagus karena lu mengerahkan semua waktu lu buat ngejar gue, maka elu bertindak kek orang bego!"

Kalau dia sudah diyakinkan kalau aku ini jahat, maka aku akan mengalihkan pembicaraan pada Ren dan Itsuki—karena mereka gak mengejar aku.

Kalau kami membicarakannya baik-baik, mungkin Motoyasu akan mulai mencurigai yang sebenarnya.

"Meskipun mereka mati, gue gak akan mempercayai apapun yang lu katakan!"

"Huh?"

Mati? Apa yang dia bicarakan?

Ren dan Itsuki? Kami? Siapa? Apa?

"Woi Motoyasu. Apa yang lu bicarain? Siapa yang mati?"

"Begitulah cara lu menipu Ren dan Itsuki juga! Begitulah cara lu membunuh mereka!"

"Apa? Apa yang lu katakan? Jelasin!"

"Lu coba nipu gue! Jangan harap gue dengerin elu! Gue tau semuanya! Setelah monster itu dilepaskan dari sebuah kota dimana lu berada, lu menyelinap ke belakang Ren sama Itsuki terus membunuh mereka!"

Apaan yang terjadi di Melromarc saat kami bersama Fitoria?

Satu-satunya pemikiran yang bisa kupikirkan adalah bahwa Ren dan Itsuki pergi melihat segel yang dibuka. Mereka begitu dekat dengan kebenarannya sehingga seseorang membunuh mereka.

Aku gak tau apakah itu si Sampah atau Gereja, tapi seseorang mencoba memfitnahkan semuanya padaku, dan mereka mengatakan hal itu pada Motoyasu!

"Lu salah! Pikirin lagi! Gue gak punya alasan buat bunuh Ren ataupun Itsuki!"

"Diem. Gue gak percaya sama lu. Gue udah muak nahan diri! Meskipun seorang cewek harus menjadi Perisai yang baru, gue musti mengotori tangan gue buat membalas dendam Ren sama Itsuki!"

Percuma saja. Motoyasu sudah percaya dengan teguh kalau aku sudah membunuh para pahlawan yang lain.

Sialan. Seseorang telah membebankan itu padaku.

Fitoria, aku minta maaf. Para pahlawan sepertinya sama sekali gak peduli tentang menyelamatkan dunia.

Dari semua pahlawan yang diperlukan untuk menghadapi krisis yang menimpa dunia.... entah gimana... cuma dua saja yang tersisa.

Dan melihat sikap Motoyasu, dia gak akan puas sampai aku mati juga.

Tapi aku gak boleh mati disini.

Aku mengganti perisaiku menjadi Chimera Viper Shield dan menghadap Motoyasu.

Motoyasu memiliki si Lonte dan dua cewek dalam partynya. Ada para prajurit yang keluar dari perlintasan perbatasan. Kerangkeng itu membuat mereka gak bisa ikut campur secara langsung—tapi itu juga mencegah kami melarikan diri.

Adapun di pihakku, Filo dan aku berdiri di barisan depan. Melty berada di belakang berusaha menghancurkan kerangkengnya sedangkan Raphtalia melindungi dia.

"Semuanya, ayo balas dendam!"

"Motoyasu, lu gila. Sudah waktunya lu menyadarinya."

Baik. Semuanya sudah berbeda sekarang.

Melty gak bisa bertarung, tapi aku masih punya Filo dan Raphtalia.

Kalau aku betul-betul menggunakan perisaiku, kami gak akan kalah.

Akhirnya, kami akan menyelesaikan seluruh masalah ini.

"AAAAHHHHHHHH!"

Kami berlari masuk kedalam pertempuran demi masa depan.

***


Load failed, please RETRY

Status de energia semanal

Capítulos de desbloqueio em lote

Índice

Opções de exibição

Fundo

Fonte

Tamanho

Comentários do capítulo

Escreva uma avaliação Status de leitura: C78
Falha ao postar. Tente novamente
  • Qualidade de Escrita
  • Estabilidade das atualizações
  • Desenvolvimento de Histórias
  • Design de Personagens
  • Antecedentes do mundo

O escore total 0.0

Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
Vote com Power Stone
Rank 200+ Ranking de Potência
Stone 0 Pedra de Poder
Denunciar conteúdo impróprio
Dica de erro

Denunciar abuso

Comentários do parágrafo

Login

tip Comentário de parágrafo

O comentário de parágrafo agora está disponível na Web! Passe o mouse sobre qualquer parágrafo e clique no ícone para adicionar seu comentário.

Além disso, você sempre pode desativá-lo/ativá-lo em Configurações.

Entendi