Baixar aplicativo
76.16% JANJI / Chapter 147: Berlian dan kristal

Capítulo 147: Berlian dan kristal

'impoten apanya, kau seperti kuda arab yang liar' batin meri.

Tapi tentu ia tidak akan mengatakan hal itu karena pastilah itulah yang di harapkan oleh ilham. Meri sedang mencari kalimat yang tepat untuk mengatakan bahwa dia pria ganas di ranjang.

"Mmm, tidak" pada akhirnya hanya kata itu yang bisa ia ucapkan. Dia tidak bisa memikirkan kata-kata yang lebih pantas, semua yang ada do benaknya terkesan berlebih, mulai dari kuda arab hingga kata jantan.

Kata jantan tidaklah terkesan vulgar tapi tetap saja meri merasa malu untuk mengakuinya.

"aku mau menemui seorang teman. Kami ada janji makan siang, apa kau mau ikut?" ilham menawarkan karena tahu meri akan canggung di rumah hanya bersama andre dan junior.

"tidak perlu. Aku juga merasa kedinginan" tolak meri.

"apa kau sakit?" tanya ilham memastikan.

"tidak, hanya dingin biasa setelah mandi"

"baiklah"

Seperginya ilham, meri hanya meringkuk kedinginan di dalam selimut tebalnya. Junior masuk menemaninya tidur siang, saat terbangun di sore hari junior merasa suhu tubuh ibunya panas.

Ia berlari ke bawah tapi tak menemukan neneknya, ia juga belum sempat menghafal nomor ponsel dadi nya. Tahu ibunya tidak ingin berhubungan dengan ayahnya, junior mencari pembantu rumah tangga itu.

"bibi, ibuku sedang demam. Bisakah telfonkan nenek atau dadi?" junior segera meminta pertolongan saat menemukan orang dewasa yang bisa ia mintai bantuan.

"tunggu sebentar"

Junior kembali berlari menaiki tangga ke kamar ibunya, pembantu itu menuju ruang tengah di mana telfon rumah tersimpan. Hanya ada nomor nyonya besar dan andre jadi ia hanya memghubungi andre karena tahu nyonya besar tidak akan pulang hanya karena musuh bebuyutannya sakit.

📞"halo"

📞"tuan, istri tuan ilham sedang sakit. Bibi tidak tahu nomor ponsel.."

Tut tut tut

Telfon terputus tapi kemudian sosok andre masuk dari pintu depan. Ia sedang duduk di teras rumah memandangi taman yang sedang di penuhi pohon anggur saat menerima telfon dari dalam rumahnya sendiri.

Tidak berkata apa-apa, andre berlari ke kamar meri dan menemukan junior duduk di samping ibunya sambil terus memijat tubuh di balik selimut itu.

"ayah, ibu sakit" ujar junior melihat ayahnya datang tanpa di undang tapi ia cukup senang.

"biar ayah lihat" andre mulai memeriksa suhu tubuh meri. Ini kali kedua ia melihat wajah cantik meri berubah menjadi pucat dalam sehari.

Saat merasakan sentuhan di keningnya, meri terbangun dan terkejut melihat andre ada di kamarnya. Refleks ia menarik selimut dan menutup seluruh tubuhnya.

"apa yang kau lakukan di kamarku?" meri bersuara dari dalam selimut.

"kau sedang sakit. Ayo ke rumah sakit" jawab andre.

Meri teringat ajakan ilham tadi pagi. 'mereka benar-benar saudara. Ajakan mereka persis sama' batin meri.

"telfon saja ilham. Minta dia pulang" kata meri.

Junior yang mendengar itu spontan memukul keningnya dengan telapak tangan karena kebodohannya. Ia lupa ibunya pasti memiliki ponsel dan nomor dadi nya. Karena panik IQ tingginya langsung terjun bebas ke dasar hingga ia seperti anak kecil hilang di pasar.

Dengan cepat junior meraih ponsel ibunya yang ada di laci meja di samping tempat tidur.

"terlalu lama menunggunya" protes andre. "kita ke rumah sakit dulu kemudian menelfonnya"

"tidak mau" tolak meri.

"junior, turun dan minta alat kompres pada bibi mina di bawah" perintah andre kepada junior.

Tak menunda sedetikpun, junior berlari ke bawah dan mengatakan apa yang di minta oleh ayahnya. Sembari menunggu ia juga menghubungi ilham melalui ponsel ibunya.

📞"dadi, ibu sakit"

📞"dadi akan pulang"

Hanya kata itu dan telfon terputus.

Junior kembali ke kamar ibunya dengan air hangat serta handuk kecil di dalam wadah itu. Sementara itu, andre masih sibuk merayu meri agar mau keluar dari selimut.

"meri, aku hanya akan mengobatimu. Bahkan dokter pria di perbolehkan melihat bagian tubuh wanita jika itu pasien dan memang di perlukan. Aku cuma akan melihat rambut dan wajahmu" bujuk andre.

"aku tidak mau" tolak meri tegas. "pergilah, aku bisa mengompres diriku sendiri"

"apa dokter bisa menterapi dirinya sendiri? Berhenti keras kepala dan keluarlah"

Di dalam selimut meri tetap bersikeras tak ingin di lihat oleh andre walau ia tahu andre sudah melihatnya tadi ketika tenggelam di kolam.

"aku memelukmu saat kau tenggelam, menciummu karena memberi nafas buatan serta menekan dadamu untuk mengeluarkan air yang kau telan. Apa itu lebih ringan dari pada sekedar melihat wajah dan rambutmu?" andre mulai tidak sabar menghadapi sikap keras kepala mantan istrinya itu.

Tak ada tanggapan hanya deru nafas dan gerakan tubuh yang teratur dari dalam selimut. Meri tetapp tidak akan keluar sebelum andre keluar dari kamarnya. Ilham bahkan tidak berada di rumah jadi mana mungkin ia menerima bantuan andre terlebih itu di dalam kamar.

Junior masuk ke kamar dan menemukan ibunya masih bersembunyi di dalam selimut.

"ibu, aku sudah menelfon dadi dan dia bilang akan segera pulang" ujar junior tahu ibunya menunggu dadi nya pulang.

"Mmm, peraskan kain kompresan itu untuk ibu" meri mengeluarkan tangannya untuk meminta kain yang ia maksud.

Andre mengambil alih alat kompres dan melakukan apa yang meri perintahkan pada junior dan memberikan kain itu di tangan yang menjulur keluar.

"junior minta kotak obat di bawah serta air minum" andre kembali memerintahkan putranya.

Junior sangat ingin menolak dan mengatakan mengapa bukan ayah saja yang turun. Jika hanya sekedar memeras kain, ia juga bisa melakukannya. Tapi sebagai anak yang berbakti, junior menurut semua perkataan ayahnya dan meninggalkan ayah dan ibunya di kamar berduaan.

Andre masih terus memeraskan kain untuk mengompres meri yang bersembunyi darinya. Hanya tangan lembut dan halus itu yang bisa ia sentuk sesekali tanpa sengaja.

"meri keluarlah sudah hampir sepuluh menit kau di dalam selimut. Apa kau tidak kepanasan? Kau bahkan sudah kepanasan tanpa harus berada di dalam selimut"

"tentu saja aku kepanasan. Karena itu pergilah, biar aku mengompres diriku sendiri" jawab meri jujur.

"apa kau benar-benar hanya akan menunjukkan wajahmu pada ilham?" tanya andre sedikit tertekan dengan apa yang ia tanyakan.

"Mmm, hanya pada suamiku. Andre keluarlah. Aku sangat gerah" pinta meri.

"kalau begitu buka selimutmu"

Satu tangan andre menarik selimut yang menutupi meri sementara di dalam selimut tangan meri juga memegang selimut agar tidak terbuka. Masalahnya adalah ia terlalu bodoh hingga menggunakan lingerie setelah kedinginan tenggelam di kolam.

Ilham datang tepat saat junior hendak menaiki tangga membawa kotak obat.

"ibumu sakit apa?" tanya ilham sambil berlari mengejar junior.

"demam" jawabnya singkat.

Berkat kaki panjangnya, ilham tiba di kamar lebih dulu dan melihat andre duduk di samping meri yang masih bersembunyi tak ingin menampakkan wajahnya.

"andre keluarlah, biar aku yang mengurusnya" tidak terbawa emosi atau cemburu, ilham berbicara dengan nada tenang.

Merasa tidak ada hak berada di kamar itu atau menolak perkataan kakaknya, andre berdiri menjauh dari tempat meri berbaring. Menyerahkan air hangat di tangannya kepada ilham dan pergi tanpa sepatah katapun.

Ilham menutup pintu kamar saat junior sudah masuk. Mereka duduk di samping meri yang berkeringat karena kepanasan berada di dalam selimut. Matanya yang jernih berubah kemerahan karena deman tinggi.

"tadi kau bilang hanya kedinginan biasa, mengapa jadi demam?" ilham mengompres dahi meri yang sudah keluar dari selimut.

"tidak tahu"

"kau sepertinya memiliki masalah dengan air kolam. Saat di paris kau juga seperti ini sesudah berenang di kolam" ingatan ilham sangat kuat jadi ia ingat jelas saat meri demam enam setengah tahun yang lalu.

Setelah meminum obat yang di berikan oleh ilham, meri duduk bersandar pada dada ilham. Kepalanya pusing jika berbaring jadi ilham membuatnya bersandar di dadanya. Adegan lebih mirip adegan di mana ros di peluk dari belakang oleh jack di film titanic bedanya adalah mereka tidak berdiri melainkan duduk.

Posisi kaki ilham terbuka lebar dengan tubuh meri di tengahnya, bersandar di bahu sambil menggenggam tangan ilham yang melingkar di perutnya.

Yang menjadi penonton setia drama suami istri itu adalah junior, anak kesayangan mereka. Ia tidak memalingkan pandangannya walau melihat ibunya hanya dalam balutan lingerie tipis karena sudah sering melihat ibunya tampil seksi serta melihat dadi nya memeluk ibunya. Saat ini ibunya sedang sakit jadi ia merasa sangat wajar jika dadi nya memperlakukan ibunya dengan sangat baik.

Sebenarnya bukan hanya saat meri sakit, setiap saat ilham selalu memperlakukan meri seperti sebuah berlian rapuh yang mungkin akan hancur hanya dengan satu sentuhan ringan.

Pada dasarnya adalah meri benar-benar berlian. Seperti halnya berlian yang kuat dengan pukulan benda keras, meri pun begitu kuat menghadapi kerasnya pukulan kehidupan. Hanya di depan ilham ia ingin terlihat seperti kristal yang begitu rapuh dan gampang hancur hingga harus di jaga dengan penuh kehati-hatian.


Load failed, please RETRY

Status de energia semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Pedra de Poder

Capítulos de desbloqueio em lote

Índice

Opções de exibição

Fundo

Fonte

Tamanho

Comentários do capítulo

Escreva uma avaliação Status de leitura: C147
Falha ao postar. Tente novamente
  • Qualidade de Escrita
  • Estabilidade das atualizações
  • Desenvolvimento de Histórias
  • Design de Personagens
  • Antecedentes do mundo

O escore total 0.0

Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
Vote com Power Stone
Rank NO.-- Ranking de Potência
Stone -- Pedra de Poder
Denunciar conteúdo impróprio
Dica de erro

Denunciar abuso

Comentários do parágrafo

Login