"aku seharusnya marah kepadamu karena membuat istriku dalam masalah bukan?" ujar andre ketus.
"kau yang seharusnya tidak membuka pintu saat wanita sial*n itu datang bertamu. Kau yang memberi dia harapan hingga dia melunjak dan meminta lebih" kilah ilham merasa ini bukan sepenuhnya kesalahannya.
"aku setuju dengan ucapan ilham" meri memberi dukungannya kepada ilham membuat wajah andre berubah kesal.
"kau istriku, mengapa membelanya. Lagi pula, mengapa kau tidak menikah saja dengannya. Dengan begitu msalahnya akan selesai" andre memberi usulan kepada ilham.
"apa kau memintaku menikahi wanita simpanan itu? Aku bahkan tidak akan membayangkannya"
"aku pikir perkataan andre ada benarnya"
Andre merasa senang mendengar meri kali ini mendukung opini nya. Dia sudah terbakar cemburu karena meri mendukung ilham tadinya.
"wah, kau tadi mendukungku dan sekarang berbalik mendukung andre. Meri katakan, siapa yang kau dukung sebenarnya?" tuntut ilham.
"aku hanya mendukung apa yang menurutku benar"
"kau berusaha keras menjauhkan megan dari kakakmu karena tak ingin mereka menikah dan sekarang kau meminta aku menikahi wanita itu. Apa menurutmu itu benar?" ilham masih enggan mengalah.
"aah iya, aku salah. Tidak boleh ada di antara kalian yang menikahinya" jawab meri asal.
"aku sudah menikahimu" ucap andre dengan bangga.
"dan aku akan menikahimu setelah kalian bercerai" ilham langsung mendapat tatapan tajam dan menusuk dari pasangan yang ia harapkan bercerai itu. "sepertinya megan akan jadi perawan tua" ujar ilham berusaha mengalihkan pembicaraan.
"dia sudah tidak perawan sejak lama" andre menutup mulutnya dengan kedua tangannya karena merasa mengatakan hal yang salah.
Meri dan ilham memberikan tatapan aneh kepada andre yang menjadi salah tingkah. Meri menatapnya penuh selidik dan ilham hanya bisa tersenyum melihat tingkah mereka.
'kau menggali kuburan lagi' batin ilham kemudian menepuk bahu andre.
"kau sangat mengenalnya ternyata" senyum licik terpatri di bibir ilham saat mengatakan hal itu.
Kalimat itu membuat andre semakin terpojokkan. Dia merasa kesal karena terlalu bersemangat berbicara dan geram kepada ilham yang menjadi minyak di atas api yang sudah hampir mati.
Baru semalam ia berbaikan dan sepertinya malam ini ia harus tidur di sofa lagi. Sikap tenang meri semakin membuat bulu kuduknya merinding karena takut dengan apa yang akan terjadi kemudian.
"kita akan mengurus hal ini di rumah" ujar meri "sekarang katakan tindakan megan selanjutnya?" meri lebih mengkhususkan pertanyaan itu kepada ilham.
"berdasarkan sikapnya yang tidak mandiri dan tidak bisa menyelesaikan masalahnya sendiri, dia pasti akan meminta dukungan dari ayahku. Ini terlalu mendadak, rencanaku untuk menjauhkan ayahku darinya bahkan belum berjalan seluruhnya. Ayahku pasti akan mencarimu dan membuat perhitungan denganmu jadi berhati-hatilah mulai saat ini. Soni dan dua orang lainnya akan mengantar dan menjemputmu saat akan ke kampus. Di kampus, aku yang akan mengawasimu, dan di rumah itu menjadi tanggung jawab andre. karena andre bekerja hingga sore. Kau hanya boleh pulang ke rumah saat dia sudah pulang. Pastikan selama 24 jam kau selalu berada dalam pengawasan"
Ilham belum menyiapkan rencana apapun untuk melawan megan, dia hanya memikirkan cara melindungi meri terlebih dahulu. Dia harus membicarakan rencananya meruntuhkan bisnis ayahnya dengan rafa. Mereka awalnya menarget satu bulan tapi itu terlalu lama.
Ada banyak kemungkinan yang terjadi jika mereka tidak bergerak secepatnya. Mereka harus memastikan meri tidak mengalami masalah dan tetap aman.
"apa ayahmu akan berbuat hal buruk padaku bahkan setelah tahu megan mengkhianatinya?"
"dia tidak mempermasalahkan wanitanya tidur dengan siapa selama wanita itu masih berguna. Tapi dia tidak menyukai jika wanitanya di usik karena itu artinya ia gagal melindungi miliknya" jawab ilham.
"ayahmu sangat aneh, dia bahkan rela membagi wanitanya. Sangat wajar jika megan seperti itu" ujar meri.
Daripada ilham, andre lebih tersinggung dengan ucapan meri. Ilham tidak merasa itu hal yang salah karena itulah faktanya. Sementara andre tak perduli ayahnya benar atau salah, ia tetap tidak suka mendengar ayahnya di hina.
Andre sangat membenci ayahnya bahkan selalu mengutuk pria tua itu, tapi itu karena ia merasa sakit hatinya akan berkurang jika melakukan itu. Saat orang lain yang mengutuk ayahnya, hatinya seakan ikut terluka.
Berbeda dengan ilham yang hormat kepada ayah andre sebagai suami ibunya, tapi rasa hormatnya tak lantas membuat ia membenarkan semua tindakan ayah tirinya itu. Jika salah maka itu tetap salah, tak perduli siapapun itu. Karena hukum sesuatu melekat pada sikapnya bukan pada subjeknya.
"bukankah seharusnya kau bersikap hormat kepada mertuamu?" tanya andre dengan suara tertahan karena emosi.
Menyadari perubahan dari suara dan cara andre memandang, meri menyadari suaminya itu tersinggung dengan ucapannya. Tapi meri tidak pernah menganggap ayah andre sebagai mertuanya. Itu sudah jelas tertulis dalam surat perjanjian pra nikah.
"sejak kapan dia menjadi mertuaku? Kau sepertinya lupa dengan perjanjian yang sudah kau sepakati sejak awal" balas meri.
Ilham lagi-lagi hanya menjadi penonton yang menyaksikan perselisihan pasangan itu.
"walau bagaimanapun dia ayahku. Kau setidaknya menghargai perasaanku"
"kau selalu mengutuknya sejak dulu. Lalu mengapa sekarang kau marah saat aku mengatakan sesuatu yang buruk? Lagi pula apa yang ku katakan adalah kebenaran"
"mengapa kalian bertengkar? Saat ini kalian seharusnya saling mendukung" ilham mencoba melerai pertengkaran itu.
"apa selamanya kau tidak akan menganggap ayahku sebagai mertuamu?"
"andre sudahlah. Ini tidak baik" ilham lagi-lagi memotong pembicaraan panas itu.
Jika terus berlanjut, ilham sudah tahu ini tidak akan baik bagi keduanya.
"apa kau memaksaku menerima laki-laki seperti itu sebagai mertuaku?" meri merasa sejak awal mereka sudah sepakat bahwa kehidupan yang mereka jalani harus terbebas dari intervensi kedua orang tua mereka karena masa lalu keduanya.
Meri tak akan memaksa andre menerima ibu dan ayahnya sebagai mertua, begitu pula dengan meri yang tak akan menerima ayah andre sebagai mertuanya. Mereka akan hidup berdasarkan siapa mereka saat ini dan tak ada hubungannya dengan keluarga mereka.
"meri, cobalah untuk mengalah sekali ini saja" merasa tak bisa menahan andre, ilham mencoba meminta pengertian dari meri.
Untuk meredakan sedikit emosinya dan menekan ego dan sikap keras kepalanya, meri menarik nafas dalam-dalam kemudian membuangnya dari mulut dengan keras.
Hufht.. Suara hembusan nafas meri yang terdengar berat. Usia yang masih terbilang muda membuat meri terlihat lebih menawan dengan kepribadian yang lebih dewasa dari usianya.
"begitu lebih baik"
"andre diamlah. Aku tahu kecerdasan otakmu menurun setelah menikah karena disebabkan bias dari meri, tapi bagaimana bisa kau membuat pengendalian emosi mu menjadi buruk bahkan kepada istrimu sendiri. Berhenti bersikap buruk padanya jika kau tak ingin kehilangan dia lebih cepat. Bekerja samalah untuk saat ini"
Sebagai yang paling tua di antara mereka, ilham berperan sebagai penengas seakan dia adalah guru yang mengajari muridnya yang masih labil.
Pasangan di hadapannya memang masih terbilang muda, selain romantisme karena gairah jiwa muda dengan anggapan itu cinta, tak ada lagi yang membuat mereka membutuhkan. Ilham tahu banyak mengenai sikap meri dan kepribadian andre.
Masih terlalu dini untuk mengatakan hubungan pasangan itu kuat, mereka masih terlalu muda dan masih perlu belajar.
Saat mengetahui meri menikah dengan andre, perasaan ilham sedikit khawatir. Khawatir jika meri akan menjadi pelampiasan sementara andre karena kebencian adiknya itu. Namun perlahan ia menenangkan diri, jika andre bisa melewati dua tahun pernikahan mereka dengan baik maka ilham akan mundur dengan tenang.
Melihat sikap kurang dewasa andre membuatnya sulit untuk melepas meri. Seumur hidup dia akan merasa bersalah jika mundur saat ini dan menyebabkan masalah bagi kedua orang yang di sayanginya itu. Ilham saat ini hanya ingin memberi mereka pelajaran bahwa menikah lebih mudah daripada mempertahankan hubungan. Mereka tidak seharusnya bertahan untuk saling menyakiti.
Jika andre dan meri masih merasa itu benar-benar cinta dan ketulusan maka tak ada jalan baginya untuk mengganggu. Sikap andre yang selalu terbawa emosi mencerminkan jiwa muda yang ingin bebas masih berada di dirinya.
Letak keraguan ilham bukan pada meri, tapi pada adiknya sendiri. Mereka seharusnya memulai hubungan karena saling membutuhkan sejak awal, bukan karena sebuah dorongan untuk saling memiliki dan tak perduli jika pada akhirnya mereka akan saling menyakiti. Dendam yang telah sekian lama di simpan oleh adiknya itu seharusnya ia singkirkan saat memikirkan meri.
Wanita biasa itu kini terjebak di antara hubungan rumit dua bersaudara itu.
"aku ada kuliah lima belas menit lagi dan sepertinya aku tidak bisa bergabung lebih lama. Beritahukan hasil pembicaraan kalian padaku nanti. Aku akan kemari jika kuliahku sudah selesai"
Tak ingin berada di ruangan itu terlalu lama, meri segera berbalik dan keluar hingga hingga di balik pintu kaca one way.
"apa yang kau tunggu? Kejar istrimu" perintah ilham karena melihat andre hanya diam dan mengusap wajahnya.
"dia terlihat marah. Dia hanya ingin sendiri saat ini"
"otakmu yang tumpul atau perasaanmu yang tidak peka?" tanya ilham memandang andre yang juga bingung dengan maksud pertanyaan itu. "dia jelas mengatakan lima belas menit lagi. Apa kau pikir perjalanan dari sini ke fakultasnya di sebelah butuh waktu selama itu? Itu kode yang ia lempar agar kau mengikutinya"
Andre terdiam sejenak memikirkan perkataan ilham.
"dia melewatkan makan siangnya karena khawatir menunggumu tak kunjung datang tadi. Dia pas... Hei aku belum selesai bicara" ilham setengah berteriak karena andre tiba-tiba pergi sebelum mendengar semua kalimatnya. "anak muda jaman sekarang menganggap dosennya sebagai teman. Dia bahkan tidak berpamitan dengan baik"