"Sampai kapan kamu akan memegang tanganku?"
"Oooh.."
Ivanka merasa malu dan dia melepaskan genggaman tangan nya terhadap pria di depan nya itu.
"Walaupun aku berharap kamu tidak akan melepaskan nya tapi aku mau kamu makan terlebih dahulu. Masih hangat jadi masih enak untuk di makan, atau kamu mau memesan yang lain?"
"Tidak perlu, aku akan memakan nya. Bagaimana dengan mu? Kamu tidak memesan?"
"Aku merasa lapar juga setelah mengikuti mu secara diam-diam berkeliling mall yang besar ini"
"Apa?"
"Kenapa cuma mengikuti ku?"
"Kamu makan lah ini dulu, aku akan memesan lagi."
"Tidak, aku mau kamu menyuapi ku. Sebagai ganti rugi lelah ku, mengikuti mu."
"Siapa yang menyuruh mu mengikuti ku?"
"Baik lah, buka mulut mu"
Ivanka menyuapi pria di depan nya.
"Ryan, apa yang kamu lakukan di sini?
Kamu masih marah pada ku ?."
"Aku mengikuti mu dari saat kamu keluar mes perusahaan. Dan betul, aku masih marah padamu."
"Bagaimana kamu tahu aku akan pergi dan apa yang harus ku lakukan agar kamu berhenti marah?".
"Aku meminta tolong teman satu kamar mu, untuk memberi tahu ku kalau kamu hendak keluar. Saat kamu mandi, teman mu memberi tahu ku. Jadi aku menunggu mu lalu mengikuti mu. Kamu tidak fokus jadi tidak merasakan kehadiran ku. Apa yang sedang kamu pikirkan? Kamu tahu itu sangat berbahaya."
"Aku hanya sedang berpikir saja".
"Sampai kapan kamu akan marah padaku?"
"Lalu apa mau mu agar berhenti marah?"
"Aku akan berhenti marah jika kamu lebih menyanyangi dan mencintai ku."
"..."
"Maaf, saat itu aku tidak berpikir panjang. Situasi nya mendesak terjadi di depan mata. Aku hanya ingin menolong Riqky."
"Yank, aku sangat merindukan mu. Beberapa hari ini aku mencoba menghindari mu, aku pun bahkan mencoba membenci mu tapi aku tidak bisa.
Kemarahan ku lebih kecil dibandingkan kerinduan ku padamu.
Aku tidak bisa membenci mu, hidup ku terasa hampa. Dan kamu selalu memenuhi pikiran ku. Semakin aku mencoba melupakan mu, semakin membuat ku gila karena aku semakin merindukan mu.
Maaf beberapa hari ini aku tidak menjagamu."
"Tidak, kamu tidak perlu meminta maaf. Aku yang salah. Andai posisi kita di tukar, aku mungkin akan lebih marah."
"Baiklah lupakan semua nya. Tapi jangan ulangi lagi, dan jaga jarak mu dengan Riqky. Aku tidak menyukai nya."
"Aku tahu, tapi tidak mungkin aku menjaga jarak dengan Riqky. Kami satu team dan satu departemant."
"Baiklah, aku mengerti. Aku percaya pada mu."
"Hmmm..."
"Ayo habiskan makanan mu Yank, lalu kita pergi nonton. Ada film horor terbaru."
"Benarkah ?"
Senyum lebar Ivanka membuat hati Ryan merasa terpuaskan. Dia sangat merindukan kedua lesung pipi itu.
"Ryan, terima kasih."