Juki terus berlari tak memperdulikan kakinya yang masih sakit. terjatuh. Juki pingsan dalam waktu yang lama. terbangun karena hujan membasahi wajahnya.
kaki Juki bengkak besar, terasa panas. juga kelaparan. 'jika engkau tidak diuji buat apa engkau belajar' teringat kata ki Sentani. "iya ki Juki kuat" menambal kelemahan hatinya.
Juki hanya bisa membuka mulut agar perutnya terisi air, tak ada makanan. Juki menepi dibawah pohon yang rindang, setelah perutnya terisi air. dilihat sekitar apakah ada yang bisa dimakannya.
hanya pohon tanpa buah, menunggu hujan berhenti. menggigil kedinginan.
Juki mematahkan ranting pohon dibuatnya tongkat untuk membantu berjalan. perut yang keroncongan beruntung dia bisa menghangatkan badannya dengan olah nafas. terus berjalan berharap menemukan makanan, ataupun seseorang.
yang dilihat hanya pepohonan, semak belukar dan serangga. terus berjalan hingga sore hari sudah habis tenaganya, kesakitan di kakinya dan kelaparan.
Juki pingsan lagi.
badanya panas.
dia mengigau membayangkan saat kejadian penyergapan dan saat dirinya ditinggalkan Minto. dia terbangun saat kera melempari Juki dengan buah mentah. seakan-akan menyuruh Juki meninggalkan tempat ini.
Juki dengan terpaksa memakan buah yang masih mentah, walaupun agak masam dan keras baginya sudah enak. saat kelaparan memakan sesuatu pasti enak.
Juki menyimpan sisanya untuk esok hari. saat ini Juki hanya butuh api untuk menghangatkan badan. sisa hujan membuat semuanya basah. tak ada ranting maupun daun yang kering.
diambilnya daun dari pohon buat alas tidur dan beberapa lagi buat selimutnya. berharap tidak hujan lagi sehingga dirinya tidak kedinginan.
pagi hari, panas matahari mulai menghangatkan wajah Juki. perutnya kelaparan. Juki tertatih mencari makanan, dengan tongkat di tangan. berjalan hanya mengikuti hatinya, tak tahu entah kemana mencari makan.
Juki menemukan sebuah gubuk di tengah hutan, gubuk peristirahatan bagi para pemburu. didalamnya tersedia banyak senjata dan beberapa peralatan dapur.
gubuk yang bersih mungkin beberapa hari yang lalu ditempati. Juki melihat ada sesuatu yang bisa dimakan, Ubi-ubian. mulai memasak air dan dikukus seperti saat mbok Jinah memasakkan buat dia dan Minto.
Juki makan se kenyang-kenyangnya, baginya ini adalah pembalasan buat beberapa hari yang lalu saat dia kelaparan.
Juki istirahat tidur mengistirahatkan tubuhnya yang lelah. hingga terbangunkan oleh pijatan di kakinya yang bengkak. Juki meringis kesakitan saat ada yang memijat kakinya.
'klek' bunyi tulang kaki Juki. menangis kesakitan. ternyata ada beberapa tulang kaki yang keseleo. Juki menangis hingga tertidur badannya memang kecapean.
Juki tidak mengenal siapa yang memijit kakinya, yang dia ingat hanya orang itu sudah lumayan tua.
Juki terbangun di sebuah kamar, disampingnya sudah tersedia aneka buah-buahan. Juki langsung memakannya tak menghiraukan siapa yang punya. kelaparan.
terdengar suara kaki semakin mendekat. pintu kamar terbuka, Juki melihat seorang wanita setengah tua.
"loh adek sudah bangun" ucap Ibu tersebut.
"maaf, ini saya dimana dan ibu siapa?" tanya Juki dengan pelan.
"saya mbok inah, istri pak Jatmiko yang membawamu dari hutan" senyum indah mbok inah kepada Juki membuat Juki nyaman seperti senyum mbok Jinah.
"Terima kasih telah menolong saya, mohon maaf sudah merepotkan" ucap Juki malu-malu.
'anak ini sudah tahu adab, sungguh anak yang berbudi dan pintar' pikir mbok inah.
memang usia Juki baru 7tahun tapi dia diasuh oleh mbok Jinah yang sudah mengajari Juki kesopanan dan tak lupa dididik oleh ki Sentani tentang tata krama.