Suasana pagi itu tampak sangat sibuk. Alena memompa Asi sambil melihat Nizam yang membereskan semua hal yang harus Ia persiapkan. Bahkan tanpa sepengetahuan Alena, Nizam menyelip sebuah pistol ke dalam pakaiannya.
"Alena, Kau harus tetap fokus dan tidak boleh kesana kemari. Jangan tinggalkan Amar. Tidak boleh mendebatnya. Kita akan duduk terpisah nanti. Jadi tetap untuk selalu mengikuti apapun kata Amar " kata Nizam sambil kemudian duduk di depan Alena. Matanya menatap dada Alena yang terpasang peralatan pompa ASI.
Sesaat Ia malah takjub melihat aliran ASI yang mengalir melalui selang dan masuk ke dalam botol. Bahkan telunjuknya tiba – tiba terhulur dengan iseng menekan – nekan dada yang menggelembung karena terisi sumber nutrisi untuk anak – anaknya. Alena melotot sambil menepiskan tangan suaminya.
"Kamu apa – apaan sih ? Iseng banget. Ga ada kerjaan. " Kata Alena cemberut.