Baixar aplicativo
77.14% The Tales of Lixe / Chapter 80: The Fox Empress, Tamamo no Mae Part 2-4

Capítulo 80: The Fox Empress, Tamamo no Mae Part 2-4

Sekarang kembali lagi ke Edward yang tengah berhadapan dengan Suzaku.

Edward berhasil merantai Suzaku, tetapi Suzaku berubah menjadi api dan tepat saat itu Byakko mengeluarkan kekuatan anginnya untuk membuat angin Tornado yang besar menuju ke Edward.

Tentunya Suzaku bergabung dengan Tornado itu dan membuat semuah Tornado api besar yang melahap Edward dengan cepat.

"Ketua!", teriak Koharu yang khawatir.

"Memangnya ada waktu untukmu buat khawatir kepada orang lain?!"

Tanpa memberi jeda, Tamamo melancarkan serangan terus menerus ke Koharu tetapi beruntungnya Koharu bisa menangkis serangan-serangan itu.

Bukan hanya Koharu, Kon pun ikut khawatir dengan Edward.

Dikarenakan Edward sejatinya adalah ras manusia yang biasanya tidak memiliki kemampuan fisik setara dengan ras manusia hewan, itu membuat suatu ketidakseimbangan yang Kon rasakan antara pertarungan mereka, apalagi Edward tidak menggunakan sihir cahayanya.

"Ba-bagaimana keadaannya? A-apa jangan-jangan-"

"Tenanglah, gadis rubah. Cahaya tidak akan mati hanya dengan serangan lemah seperti itu."

Kon pun terkejut karena tiba-tiba Luxia ada disana tanpa ia sadari sendiri.

"Ratu peri? Eh? Bukannya..."

"Ufufu...kamu kira siapa aku? Aku adalah orang yang bisa menciptakan dimensiku sendiri, cuman Teleportasi itu hal yang kecil bagiku. Lagipula aku tidak memiliki hubungan dengan apapun yang ada di dunia ini."

Teleportasi, sejauh ini hanya Zadkiel lah satu-satunya orang yang bisa menggunakan sihir teleportasi dan itupun karena kekuatan berkahnya serta bakat yang dimilikinya tentang sihir, tetapi Luxia.

Luxia adalah orang yang bisa menciptakan dimensinya sendiri, dengan kata lain dia inggal di dunia lain yang terpisah dengan dunia ini. Dia tidak memiliki hubungan diplomatik dengan negeri apapun ataupun ras apapun.

Dia sendiri juga tidak berniat menjalin hubungan diplomatik dengan mereka karena tidak ada yang bisa masuk ke dunia peri kecuali dia mengizinkannya. Tentu itu pengecualian untuk sosok yang kekuatannya di atasnya yang bisa membuka paksa dimensi itu.

Entah kenapa Kon merasakan sesuatu yang aneh dari Luxia itu sendiri. Walau dia baru saja bertemu dengannya, tanpa ia sadari Kon mempercayai kata-kata yang dikeluarkannya.

"Satu hal yang perlu kalian yakini, terutama kamu Lilia...bahkan jika musuhnya berkali-kali lipat sekalipun, dunia ini tidak akan membiarkannya untuk mati."

"Tidak membiarkannya?"

"Ya, karena dunia ini sendiri memihaknya. Kalian juga akan lihat sendiri suatu saat seperti apa itu."

Mendengar itu, Kon menjadi lebih lega tetapi tetap dia ingin membantu Edward.

Layaknya Luxia bisa membaca pikiran Kon, dia berkata.

"Gadis rubah kecil, apa kamu mau mencoba membantunya?"

Tentunya Kon sangat ingin, tetapi memikirkan kekuatannya saat ini dia tidak mempunyai cukup percaya diri dan mungkin malah menjadi beban.

"Itu mustahil...untukku yang sekarang."

"Apakah benar itu mustahil?"

"Ma-maksudmu? A-apa aku bisa?"

"Apa kamu mau mencoba mengalahkan delapan bagian tubuhmu dan mengambil alihnya?"

Kon tidak tahu apakah setiap Ucapan dari Luxia itu memiliki sihir yang bisa menghipnotisnya tetapi setiap kata-kata dari Luxia seperti biasanya membuat Kon seolah-olah percaya kalau itu kebenaran.

"Ya, aku mau! Tetapi bagaimana caranya?"

Luxia pun tersenyum mendengar jawaban Kon.

"Apa kamu lupa siapa aku? Aku adalah Luxia, sang ratu peri. Memberi satu atau dua hal seperti power boost hanya masalah kecil bagiku."

"Oh iya! Te-tetapi bukannya kamu harus bergabung denganku?"

"Bergabung ya? Itu menarik tetapi harus kutolak. Dengan kamu yang sekarang, bahkan dengan tidak sampai setengah kekuatanku yang masuk saja bisa membuat tubuhmu hancur berkeping-keping."

Pada saat itu Kon juga bertanya-tanya sesuatu tentang kekuatan Luxia sendiri.

"Ka-kalau begitu, kenapa tidak memberikan kekuatan itu kepada tuan Ed-"

Sebelum Kon melanjutkan kata-katanya, Luxia langsung memotongnya.

"Itu mustahil."

Untuk seorang seperti Luxia, Kon tidak pernah membayangkan dia akan mengucapkan kata mustahil dari mulutnya.

"Yah walau kupikir akan menarik juga bermesraan dengan dia tetapi...itu bukanlah hal yang akan selesai hanya dengan bercandaan seperti itu. Lagipula tanpa bantuanku pun, dia sudah lebih dari cukup untuk mengalahkan Suzaku dan Byakko."

Dari dalam Tornado itu terlihat Edward yang masih belum keluar dari sana.

Mungkin kalau orang biasa, maka tubuh mereka akan terkoyak dan terbakar menjadi abu tetapi Suzaku maupun Byakko tidak tahu kalau Edward sama sekali belum serius menghadapi mereka.

"Jadi begitu, memang benar kekuatan mereka benar-benar setara sepuluh ksatria...Tetapi!"

Dengan tangan kosong Edward mencengkram api Suzaku.

"Kena kau!"

"APA?!"

Itu benar-benar hal yang sangat mengejutkan bagi Byakko maupun Suzaku, bahkan Tamamo dan Kon pun ikut terkejut dengan itu.

Luxia yang melihat itu tersenyum lebar karena dia sudah menduga ini semua. Dia tahu kalau Edward tidaklah bodoh, dia tahu bagaimana caranya bertarung, tidak hanya asal serang secara membabi-buta, dia benar-benar memperhatikan dan menganalisa musuh-musuh yang dihadapinya.

"Asal kau tahu aku tidak menjadi ketua LEON tanpa alasan!"

Dengan segera Byakko mengubah angin tornadonya menjadi pisau angin yang semuanya mengarah ke Edward.

"Rasakan ini sialan!"

"KAI!"

Semua serangan Byakko beserta Suzaku pun dipantulkan. Suzaku sendiri terpental jauh karena hempasan yang dikeluarkan Edward itu.

"Sekarang, sudah waktunya untuk menghajar kalian berdua."

Tamamo yang tengah berhadapan dengan Edward tahu betul kalau Suzaku dan Byakko sedang dalam bahaya, untuk itu dia pun segera mundur meninggalkan pertarungannya dengan Koharu dan menyerang Edward.

"Ketua, Awas!"

Gerakan Tamamo itu benar-benar cepat yang bahkan Koharu tidak bisa mengejarnya.

Saat itu Koharu benar-benar mengira kalau posisi Edward sedang dalam bahaya tetapi dia masih belum tahu hasil latihan Edward selama ini, terutama ketika dia sedang berada di hutan kematian.

Dengan sigap dan tanpa diduga oleh Tamamo sendiri, Edward menggenggam pergelangan tangan Tamamo.

"Heh?!"

"Apa kau pikir kau bisa menyerangku dari belakang?"

Dengan sekuat tenaga, Edward membanting Tamamo ke tanah lalu membantingnya lagi dan lagi.

Melihat itu, tentu baik Suzaku dan Byakko merasakan amarah,bahkan tanpa pikir panjang mereka berdua langsung saja menyerang Edward tanpa mempedulikan Koharu yang sudah di dalam kuda-kuda dengan medang Muramasanya.

"Aliran Kurogami..."

Koharu mulai menutup matanya dan merasakan kehadiran Suzaku dan byakko secara bersamaan. Dia pun menarik Muramasanya dan saat itulah serangan utamanya hadir.

Serangan itu, serangan yang terlihat layaknya ilusi pedang yang terlihat menjadi sepuluh buah yang secara bersamaan menyerang Suzaku dan Byakko.

"Tarian sepuluh pedang!"

Layaknya sedang menari, pedang itu menyayat tubuh Byakko dan Suzaku secara bersamaan dan melukai mereka dengan luka permanen dari sebuah pedang legendaris Muramasa.

Mereka berdua pun jatuh tersungkur karena serangan pedang itu, bahkan mereka langsung kembali ke wujud asal mereka.

Terlihat jelas sayatan dari pedang Muramasa itu benar-benar melukai mereka yang bahkan luka itu terus mengucurkan darah dari dalam tubuh mereka.

Edward yang melihat itu benar-benar bangga kepada Koharu yang bisa tetap tenang dan menganalisis keadaan untuk membuat keputusan yang benar.

"Seperti yang kuharapkan dari muridku."

Pada saat itu Koharu percaya kepada Edward bahwa tanpa pertolongannya pun Edward bisa menghadapi serangan dari Tamamo itu dan segera memperkirakan kemungkinan selanjutnya.

"Sekarang..."

Edward melihat ke arah Tamamo yang terkapar.

"Mau sampai kapan kau mau pura-pura tidur?"

Tamamo no Mae, sang kaisar wanita dari kekaisaran Mikado. Tentu untuk mengalahkannya, hanya dengan membantingnya berkali-kali tidak akan cukup untuk membuatnya kalah karena bagaimanapun dia adalah orang terkuat di kekaisaran ini, tentu seharusnya dia lebih kuat dari Suzaku maupun Byakko.

Saat itu Tamamo mengingat tentang sesuatu, sesuatu yang tidak akan pernah ia lupakan.

Melihat ekspresi dingin Edward yang ada di balik topengnya itu mengingatkan dirinya tentang masa lalu, yaitu ingatan yang hilang.

Pada saat itu apa yang ia lihat juga sama persis, sang Cahaya yang menatapnya dengan tatapan dingin seolah-olah tanpa ekspresi atau emosi dan pada saat itu dia melihat sebuah kebenaran.

Sebuah kebenaran kalau sang Cahaya tidak pernah menganggap mereka sebagai apapun, dia hanya memanfaatkan mereka layaknya sebuah barang.

Senyum ramah yang selama ini dia tunjukkan selama ini adalah sebuah kebohongan, dan satu hal yang masih dia ingat tentang kata-katanya.

Pada saat semuanya akan berakhir, Tamamo adalah satu-satunya anak Zodiak yang tersisa setelah pengkhianatan. Mereka semua telah binasa karena mereka tidak bisa mengalahkan sang Cahaya yang telah melibas habis mereka semua dengan mudah.

Tidak ada yang tersisa dari saudari-saudarinya, disana hanya ada Tamamo yang dengan kebencian melihat sang Cahaya mendekat kearahnya.

"Aku sang Cahaya, sudah menjadi tugasku untuk melenyapkan orang yang berusaha menghancurkan dunia yang sudah kubangun ini. Apa kalian mengira kalau aku sang Cahaya tidak bisa melawan kalian? Apa kamu mengira kalau aku ini lemah karena aku menugaskan kalian untuk menjaga dunia ini? Apa kalian kira hanya dengan kekuatan sekecil itu cukup untuk mengalahkanku? Seberapa keraspun kalian berlatih, kalian tidak akan bisa melampauiku dan seberapapun kalian berusaha, dunia ini akan selalu memihakku. Sadarilah tempatmu, wahai makhluk yang tercemar."

Pada saat itu Tamamo mengerti semuanya, dia mengerti kalau semua yang dikatakan oleh Darklord adalah kebenaran dan ini sama dengan sekarang.

Pada saat itu Tamamo tanpa diduga menyabetkan ekornya ke Edward dan membuatnya terhempas jauh.

Tamamo no Mae, sang rubah berekor sembilan yang telah mengingat semuanya kali ini dia mulai menunjukkan wujudnya.

Wujudnya pun berubah membesar dan membentuk wujud rubah raksasa. Bersamaan dengan itu, hawa dingin mulai terasa disana, hawa dingin dari Tamamo no Mae, sang badai salju.

Walau dia kehilangan satu ekornya, tetapi masih terasa dengan jelas seberapa kuat tamamo itu sebenarnya.

Pada saat itu Kon mengingat sesuatu, sesuatu yang amat sangat penting. Itu adalah yang menyerangnya saat itu bukanlah orang lain, melainkan dirinya sendiri. Dirinya yang telah ia tolak dan memisahkan diri dengannya.

Ini merupakan sebuah ironi karena melihat dia tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri. Dia, sang Tamamo yang dikenal sebagai kaisar yang bijak, terlihat seperti orang bodoh yang tenggelam dengan kegelapannya.

Sementara itu Lily, ekspresinya berubah drastis setelah melihat Tamamo berubah. Kemarahan, kebencian, semua itu terasa jelas di dalam Lily.

Luxia yang melihat perubahan itu pun bisa menebak apa yang Lily rasakan saat ini. Dia sang Aquarius dengan kekuatan spesialnya yang merupakan paling spesial dari Zodiak yang lainnya karena dia adalah satu-satunya orang yang tidak bisa tersentuh oleh kekuatan dari orang yang paling ditakuti oleh semua orang dan yang juga menjadi alasan kenapa Lily tidak mau disentuh oleh orang lain.

Kekuatan itu begitu spesial sampai Luxia sendiri ingin memiliki kekuatan dari Lily.

"SUDAH CUKUP HENTIKAN!", teriak Lily dengan lantang.

Teriakan itu mengagetkan Tamamo yang sudah berubah menjadi rubah raksasanya.

Lily pun mengacungkan pedangnya ke arah Tamamo, dia sudah tidak bisa menahan semua keegoisan yang ia rasakan ini.

Lily, seorang gadis pendiam yang tidak pernah menunjukkan amarahnya kepada saudari-saudarinya sekarang dia benar-benar marah.

"Aku berniat memaafkan kalian semua, aku masih percaya kalau di dalam hati kalian semua adik-adikku itu masih ada secerca cahaya harapan...tetapi kalau kau melangkah lebih jauh lagi, aku tidak tahu kalau pedang ini akan menancap di lehermu."

"Lilia, kau selalu bertingkah seperti itu karena mengira kalau kau adalah orang yang spesial baginya! Lihatlah kenyataannya, kau hanyalah alat yang sama seperti kami!"

"Tidak...TIDAK! kau sudah salah mengerti tentangnya! Kau sudah salah mengeti tentang semuanya karena sifat Egoismu!"

"Jangan bertingkah seperti kau tahu segalanya!", teriak tamamo sambil berusaha menyerang Lily dengan cakarnya, tetapi serangan seperti itu tidak akan mempan kepada Lily karena sebelum itu terjadi, Lily menghempaskan Tamamo.

"Aku bisa merasakan perasaanmu, aku tahu apa yang kau rasakan tetapi aku tidak selemah itu karena aku percaya cintanya yang tulus!"

Lily adalah orang yang paling dekat sang Cahaya lebih dari siapapun, dia percaya itu karena dia sangat merasakan kasih sayang yang tulus darinya kepada dirinya maupun semuanya.

Inilah yang Luxia kagumi dari Lily lebih dari apapun.

Dia Lily memang adalah orang yang paling cocok menerima kekuatan spesial itu lebih dari siapapun, sebuah kekuatan yang luxia sendiri mungkin tidak bisa menahannya.

Orang yang benar-benar layak untuk bisa bersanding dengan sang Cahaya yang sekarang karena seberapapun kebencian yang ia terima dari orang lain, dia tidak satu kalipun tercemar.

Luxia pun melihat ke arah kon untuk melihat seperti apa dia sekarang melihat dirinya yang lain itu.

"Tidak...tidak...tidak...itu bukanlah aku..."

"Oh my, ada apa denganmu rubah kecil?"

"Itu bukanlah aku!"

Dia tidak percaya kalau di dalam dirinya ada sesuatu yang seperti itu, sesuatu yang membuatnya menolak keberadaan dirinya sendiri dengan sangat keras.

Kon sekarang tahu pada saat pertama kali Edward melihat Tamamo, dia bertanya kepada kon apakah dia bisa menerima dirinya sendiri tetapi...

"Diriku bukanlah orang yang seperti itu..."

Kon memang baru mengenal Edward tetapi dia tahu kalau Edward bukanlah orang yang jahat yang hanya mau memanfaatkan sesuatu untuk kepentingan dirinya sendiri.

Dia sangat tahu itu karena selama dia berjalan di sisinya, walau Edward tidak menunjukkannya langsung, terlihat kalau Edward adalah orang yang paling berusaha keras menghentikan perang ini padahal jika dia mau, dia bisa memenangkan perang ini dengan bantuan aliansinya tetapi Edward tidak mau itu, dia tidak menginginkan terciptanya hirarki antar ras.

"Untuk itu aku...AKU AKAN BERTARUNG BERSAMANYA!"

"Apa kau belum sadar kalau kau hanya-"

"Tidak, yang tidak sadar adalah kau! Aku tidak peduli dengan masa lalumu, tetapi apa yang penting adalah sekarang! Tuan Edward adalah orang yang baik, dan itulah kenyataannya!"

Mendengar itu Tamamo merasa kalau dirinya yang lain itu masih terbuai di dalam mimpinya yang hanya membuatnya kesal.

"Dasar bagianku yang tidak berguna! aku akan menelanmu dan membuatmu menyatu dengan diriku!"

"Coba saja kalau begitu!"

"Menarik...", gumam Luxia.

"Hei rubah kecil, mau aku bantu?"

"Terima kasih dengan tawaranmu tetapi aku merasa salah jika aku mengandalkan kekuatan orang lain untuk menghadapi diriku sendiri."

Mendengar itu Luxia pun melihat ke belakangnya.

"Apa kamu sudah puas dengan ini?"

Disana terlihat Edward yang menampakkan dirinya dari ketiadaan.

"Tuan Edward? Semenjak kapan?! Yang lebih peting, apa tuan tidak kenapa-napa?"

"Serangan seperti itu tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan tinju Yamamoto. Tetapi..."

Edward mengusap rambut Kon.

"Kau sudah menemukan jawabanmu, Kon...tidak, Tamamo no Mae!"

Kata-kata itu, kata-kata itu benar-benar membuat Kon senang.

"Tidak tuan Edward, aku bukanlah Tamamo no Mae, tetapi aku adalah Kon sang rubah kecil!", ucap kon sambil tersenyum manis kepada Edward.

"Begitu ya? Kalau begitu aku sudah tidak membutuhkan topeng ini."

Edward melepas topengnya dan membuka tudung kepalanya.

Ini adalah sesuatu yang memang sudah Edward rencanakan semenjak awal jika Kon berhasil sampai ke jawabannya sendiri, sebuah jawaban yang sangat bagus dan patut untuk diapresiasi.

"Aku tidak akan bertarung bukan sebagai The Death, tetapi sebagai Edward!"

[Ah...aku tahu ini...dia bukanlah orang yang tidak mempunyai hati, dia bukanlah orang yang jahat]

Kon pun merasa kalau dirinya sangat beruntung telah bertemu dengan Edward di dalam hidupnya yang panjang ini, orang yang sangat pantas untuk ia hormati.

Dia yakin kalau Edward sudah mengalami penderitaan yang lebih dari dirinya alami, tetapi dia sama sekali tidak tenggelam dalam kegelapan hatinya. Tidak aneh kenapa banyak orang yang tertarik kepadanya karena dia adalah Edward, bukan sebagai calon kaisar atau apapun.

"Koharu, suruh semua anggota Leon untuk segera mundur dan umumkan kemenangan kita!"

"Dimengerti!"

Mendengar itu Koharu pun merasa lega dan dia pun pergi dari tempat itu.

"Lily..."

Tanpa diperintah, Lily sudah tahu apa yang diinginkan oleh Edward. Lily juga membuka tudung kepalanya dan dia kembali seperti Lily yang biasanya.

"Ya~"

"Tetapi tuan Edward, apa yang kita lakukan sekarang?"

"Tenang saja, aku punya sebuah rencana untuk menyatukan dirimu lagi."

Mereka bertiga pun maju secara berdampingan. Edward dengan pedang yang dia buat dengan Cahayanya, Lily yang sudah tidak dalam mode Red Lily yang ada di sampingnya dengan pedangnya yang berbeda dari pedang hitam yang ia bawa tadi, dan Kon yang ada di belakang mereka berdua.

"Ayo kita selesaikan ini, Lily, Kon!"

"Ya~"

"Baik, tuan!"

Tidak ada keraguan yang tersisa di hati Kon, dia sekarang percaya penuh dengan laki-laki yang ada di depannya itu. Takdirnya, masa depannya, semuanya ia percayakan kepada Edward.

Ini adalah jawaban dari seorang gadis rubah kecil dari antah berantah yang telah bertemu dengan seorang pria yang ia bisa mengatakan dengan membusungkan dadanya kalau dia sangat menghormatinya.

[Aku memang sangat beruntung sekali...bisa bertemu dengan orang-orang ini]


PENSAMENTOS DOS CRIADORES
OlphisLunalia OlphisLunalia

W suka fakta kalau Lily adalah karakter yang paling sulit yang pernah w ciptain baik sifat, kepribadian, bahkan desain karakternya udah ada sejak tahun 2018 tapi baru ketemu yang pas kemaren Juli.

Load failed, please RETRY

Status de energia semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Pedra de Poder

Capítulos de desbloqueio em lote

Índice

Opções de exibição

Fundo

Fonte

Tamanho

Comentários do capítulo

Escreva uma avaliação Status de leitura: C80
Falha ao postar. Tente novamente
  • Qualidade de Escrita
  • Estabilidade das atualizações
  • Desenvolvimento de Histórias
  • Design de Personagens
  • Antecedentes do mundo

O escore total 0.0

Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
Vote com Power Stone
Rank NO.-- Ranking de Potência
Stone -- Pedra de Poder
Denunciar conteúdo impróprio
Dica de erro

Denunciar abuso

Comentários do parágrafo

Login