Selepas kepergian Adam Lucas...
Akira tetap tak meninggalkan ruangan privat yang dia gunakan tadi untuk bertemu.
"Boss! Sapa anak buah kepercayaan Akira Taoka hormat, memecah emosi yang masih membekas.
"Hmm..., balas Akira acuh.
Menyerahkan map coklat di hadapan boss besarnya, yang terlihat dalam mood tidak baik.
Akira melirik sedikit map coklat yang di letakan pada meja di hadapannya, dari balik cangkir teh hijau yang tengah di nikmati. Meraih benda itu dengan satu tangannya yang bebas. Meneliti lembaran foto yang ada. Dahinya mengkerut, alisnya bertaut menjadi satu. "Katakan apa ini? Tanya Akira tak paham.
"Nona muda benar ada di Kota D ini boss... Seorang mata-mata di Jepang mengatakan bila nona muda melarikan diri ke China daratan mengunakan pasport palsu. Oleh karena itu kita kehilangan jejak, karena tidak ada nama nona muda yang melakukan perjalanan meninggalkan Jepang di bagian imigrasi. Dan foto itu di dapatkan saat hari dimana nona muda keluar dari bandara.
"Lalu? Akira menunggu penjelasan lagi.
"Maaf... hanya itu yang baru kami dapatkan. Membungkuk takut.
"Plak! Akira membanting berkas dan foto ke lantai. "Fuck! Cari lagi, perbanyak orang untuk mencarinya. Jagan sampai lolos kali ini. Kita ada di wilayah kekuasaan Keparat Adam, Jagan membuang waktu. Rahangnya mengeras. "Gadis manja... mau kabur lagi? jangan mimpi! Sinis Akira.
_____________
Adam menghempaskan tubuhnya lelah di kursi kemudi, Melonggarkan dasi yang terasa mulai mencekik lehernya. "Tsk! Gusar. Membakar rokok dan menikmatinya secara hikmat. Matanya menatap jendela Mension pribadinya dari dalam mobil. Tepatnya pada jendela di lantai dua yang merupakan kamar pribadinya, kamar itu terlihat gelap. Jelas saja saat ini sudah menunjukan pukul satu dini hari. "Pasti sudah tidur. Memikirkan gadis yang tengah menempati kamar itu. "Gadis? Tunggu.... Bukannya dia sudah tidak cocok dengan sebutan gadis, tapi.. wanita! Kegadisannya sudah menjadi milik ku. Adam tertawa sinis.
Saat dia mengucapkan itu, wajahnya langsung menoleh menuju kursi penumpang di sampingnya. Matanya tertuju pada bercak noda darah yang mengering di lapis kursi beludru berwarna putih. Mata Adam mengelap, di hisapnya nikotin itu dalam dan menghembuskannya berlahan ke udara, sangat arogan. Seolah memikirkan kejadian malam panas itu, tepat di dalam mobil mewah kesayangannya ini. "Jade... hmm, aku tidak sabar kalau saja..., gumam Adam serak pada dirinya sendiri.
Tadi sore adam menerima kabar dari kepala pelayan pribadinya. Mengatakan nona muda dalam keadaan baik, lukanya tidak serius hanya tergores tidak terlalu dalam tidak sampai mengenai urat nadinya. Hanya banyak darah yang keluar percuma, membuatnya lemas dan harus beristirahat total agar dapat pulih dalam dua hari kedepan. Nona sudah makan dan minum obat lalu segera tertidur karena pengaruh obat dan efek syok.
Adam menyugar rambut hitam legamnya kasar, membuang sisa rokok yang tengah dia nikmati. Membawa tubuh kebanggaannya keluar dari mobil, melangkah pasti menuju ke dalam Mension pribadi miliknya.
Malam ini Adam akan beristirahat di kamar tamu, dia tidak ingin merasa frustasi berada di satu kamar bahkan satu ranjang bersama Jade tanpa melakukan apa-apa. "Arrgh! geram Adam tepat berada di depan kamar miliknya yang tengah tertutup rapat. Adam berbalik meninggalkan kamarnya menuju kamar tamu yang berada di sisi yang berbeda dari kamarnya. Baru setengah jalan, Adam berhenti. Berbalik kembali menuju pintu kamar miliknya.
Sekarang Adam sudah benar-benar gila, dia begitu ingin melihat sosok orang yang tengah menempati ranjangnya. "Click. Adam membuka pintu kamar itu perlahan. Berjalan pelan menuju ranjang di tengah gelapnya ruangan. Hanya bias sinar rembulan yang mengintip malu, masuk dari celah jendela yang tertutup tirai.
Adam berdiri mematung melihat sosok yang tengah tertidur pulas. Spontan Adam duduk di tepi ranjang samping jade. Menatapnya dalam, tangannya meraih anak rambut yang dengan nakal menutupi wajah cantik namun sembab lelah menangis milik Jade. Nafas Jade terlihat begitu teratur menandakan dia begitu tertidur sangat nyaman.
"Kau lebih manis lagi bila dalam keadaan tertidur, tidak ada tatapan benci, tidak ada rengekan dan cacian. yang di alamatkan untuk Adam setiap mereka bertemu. Meneliti setiap inci wajah dan tubuh jade, Mata Adam semakin kelam dan berkabut. "Shit! Shit! Batin Adam.
Benar- benar tidak dapat menahan dirinya. Diraupnya bibir mungil Jade dengan rakus, menikmati setiap sensasi yang di timbulkan oleh bibir mungil yang sama sekali tidak merespon. Namun Adam tak perduli, dia menginginkan sosok di bawahnya ini. Sekarang!
Puas menikmati bibir itu, adam mulai bermain di leher, selangka dan dada yang tidak mengunakan penyanggah hanya terbungkus kemeja putih milik Adam. Meremas, Menyesap lahap. Dan memberikan kiss Mark di seluruh tubuh jade lagi. Semakin panas permainan itu Adam semakin gelap mata. Terlebih sosok di bawahnya hanya diam, terlalu menikmati tidurnya di bawah pengaruh obat yang di konsumsi. Adam benar-Benar sudah di ujung tanduk. Menginginkan segera tengelam bersama.
"Uugh..., suara rintihan lolos dari bibir Jade.
Adam bangkit menatap Jade saat mendengar suara rintihan itu. "God, damn! Adam tanpa sadar mencengkram pergelangan tangan Jade yang terluka, saat begitu bernafsu. Seketika kabut gairah Adam sirna. "Fuck! Rutuk Adam. Bangkit menutupi tubuh Jade dengan selimut.
"Kali ini kau lolos lagi. Bisik adam.
Meraih handphone yang berada di kantung celananya. Mencari sebentar dan men dial nomor itu.
"Astaga Lucas! kau kah ini? Kau menghubungi ku!!! Suara jeritan wanita di sebrang sana begitu antusias.
"Temui aku di tempat biasa, sekarang! Titah Adam.
"Aku milik mu Lucas!!!
Adam tak membalas, mematikan telpon itu sepihak. Merasa risih mendengar jeritan euporia wanita yang sangat haus akan ke ahlian adam. See... Setiap wanita di luar sana begitu mendambakan sosok Adam, rela mengemis hanya untuk dapat berakhir di atas ranjang bersamanya. Lihat wanita yang satu ini, yang tengah tertidur seperti bayi. Dia rela menyayat nadinya sendiri untuk mengakhiri hidupnya hanya karena tidur dengan sosok seorang adam. Menatap sinis kepada Jade yang masih tertidur pulas. "Ini salah mu... Tunggu hukuman mu! Berlalu meninggalkan kamar itu dengan aura yang tak terbaca. "Brak!