"Ma, alangkah baiknya jika Papa masih bersama kita …."
Air mata mengalir di mata Pei Ge saat berbicara dengan suara dipenuhi kesedihan.
Zhang Manhua terdiam ketika mendengar putrinya menyebutkan suaminya. Kemudian, dia menggelengkan kepalanya sambil tersenyum.
"Anak bodoh, mengapa kamu tiba-tiba menyebutkan papamu?"
"Aku hanya … merindukannya …" ujar putrinya dengan lembut, terisak saat senyum tipis muncul di wajahnya.
"Huhh … dalam sekejap mata, bertahun-tahun telah berlalu sejak Papamu meninggalkan kita. Aku juga merindukannya …." ujar Zhang Manhua, suaranya dipenuhi dengan emosi.
"Ma, aku tidak pernah memahaminya. Bukankah Papa hanya pergi bekerja pada hari itu? Bagaimana bisa sesuatu seperti itu terjadi padanya?"
Air mata mengumpul di mata putrinya setelah menanyakan pertanyaan itu.
Zhang Manhua merasakan air mata mengumpul juga setelah mendengar rasa sakit dalam suara putrinya.