Baixar aplicativo
4.06% INDIGO / Chapter 7: #Makhluk Berakar

Capítulo 7: #Makhluk Berakar

Banyak orang tidak percaya akan apa yang aku ceritakan. Tapi sekali lagi, aku tidak meminta kalian percaya. Percaya atau tidak, itu urusan kalian.

==========

Rasanya sudah hampir seminggu ini, kejadian itu telah berlalu. Banyak tetanggaku melihat aneh kepadaku, banyak omongan yang keluar dari mulut mereka. Banyak diantara mereka membicarakan keluargaku. Dengan sebutan.

"Pengikut Setan"

"Anak Setan"

"Orang Tua Main Ilmu Hitam"

"Blaaaa.. blaaaa ...blaaaaa dan Bllllaaaa blaaaa"

Setelah kejadian tersebut ayah merasa sangat bersalah sekali. Kuceritakan padanya tentang apa yang ku alami. Tentang dimana aku berada, dan tentang siapa yang terbaring dibalik kain putih yang berada di atas ranjang. Ya itu aku. Sudah di nyatakan meninggal sejak 3 jam lamanya sebelum akhirnya aku terbangun lagi dari ranjang. Hingga membuat semua orang terkejut dan berbondong-bondong untuk melarikan diri dari rumahku.

Bersyukur sekali rasanya masih bisa bertemu lagi dengan keluargaku. Dan sekali lagi aku bersyukur sekarang, bahwa ini sebuah karunia yang tidak semua orang bisa mendapatkannya dan ini adalah sebuah titipan yang harus di jaga. Aku tidak akan melakukannya lagi. Tidak akan.

Ya ayahku bilang kepadaku bahwa aku barusan saja mengalami Mati Suri, tidak semua orang bisa mengalaminya. Hanya orang-orang tertentu. Yang kurasakan hanya 3 menit saja rasanya aku berada disana, Di tempat yang serba putih itu. Tetapi dalam duniaku sudah 3 jam lamanya. Itu adalah sebuah pengalaman yang sangat-sangat menakutkan dalam hidupku. Karena apa?, aku melihat mereka yang melalui gerbang tersebut memiliki kehidupan baru kata ayahku, dan seperti Reinkarnasi. Kehidupan baru yang belum tentu, karena mereka tidak tahu akan dikawal oleh siapa atau apa sebelum mereka melalui gerbang tersebut. Dan kata ayahku itu tergantung dari perbuatan apa saja yang telah kita lakukan didunia ini, ada sebuah timbangan kehidupan. Jika dia dikawal oleh bayi, maka dia akan terlahir lagi menjadi bayi. Dia dikawal oleh hewan, maka dia akan terlahir pun sama menjadi hewan. Dan bagaimana mereka yang di kawal oleh batu, oleh tunas, oleh biji-bijian, oleh air. Aku tidak bisa membayangkannya.

Begitulah kehidupan, ada sesuatu yang harus di pertanggung jawabkan atas apa yang telah kita lakukan.

Ujian sekolah sudah usai, dan pastinya aku juga sudah naik kelas.😆.

Kelas 8D. Kelas paling sedikit untuk muridnya. Hanya ada 20 an anak disini.

Dan aku lebih nyaman dengan kelas baruku.

Setelah kejadian itu, kepalaku sering mengalami pusing yang luar biasa. Dan setelah pusing pasti aku mimisan, sakit sekali rasanya disaat darah itu keluar dari hidungku. Yang sakit adalah kepala bagian belakang.

Aku tidak menceritakannya kepada orang tuaku. Karena aku takut malah banyakin beban pikiran mereka.

Dan kuberitahu kalian, bahwa kemampuanku tidak berkurang sedikitpun. Setelah ayah melakukan hal itu seminggu lalu, kemampuanku semakin bertambah. Akan kubahas disaat itu memang sudah pasti akan kuceritakan nanti detailnya.

Aku sudah semakin terbiasa menggunakan mataku, aku bisa mengontrol yang mana yang mau kulihat dan mana yang tidak. Tetapi hari ke hari, penglihatanku semakin tajam. Sekarang aku bisa melihat makhluk lain, kecuali makhluk yang berbentuk manusia. Aku bisa melihat sesosok makhluk yang berbadan besar, penuh dengan rambut dari ujung kaki sampai rambutnya. Dan ketika aku menanyakannya kepada ayahku makhkuk itu bernama Genderuwo. Aku melihatnya ketika aku hendak kencing di toilet sekolah dekat kantin, aku tidak pernah memakainya lagi setelah aku tahu bahwa penunggunya dia.

Dan ada lagi sesosok perempuan memakai baju putih, berambut panjang suka mengeluarkan gumaman seperti menyanyi. Aku melihatnya di pohon pisang dibelakang rumahku. Kadang dia memanggilku, tetapi ayahku melarang karena ayah bilang disaat aku mendekatinya maka dia akan membawaku dan menyembunyikanku disuatu tempat yang tidak diketahui.

Dan kemarin aku melihat ada sesosok makhluk putih berbadan tinggi besar sekali menghalangi jalan, waktu aku pulang dari sekolah. Aku tidak bisa melihat wajahnya, karena dia sangatlah tinggi menjulang ke langit. Aku bersama temanku hanya melewatinya, menembus kakinya. Ya karena temanku tidak melihatnya jadi tidak masalah baginya, tetapi bagiku melewatinya adalah sesuatu yang aneh.

Berberapa teman di sekolahku sudah mengetahui apa yang terjadi kepadaku. Tapi aku tidak mempermasalahkannya. Karena aku meiliki sebuah prinsip tersendiri.

"Aku Tidak Menuntut Untuk Kalian Harus Percaya Padaku, Aku Hanya Menceritakan Pengalamanku Dan Bercerita Tentang Sebuah Kebenaran Yang Aku Alami. Jadi Percaya Atau Tidak Itu Bukan Masalah Bagiku."

Hari ini aku pulang lebih awal, karena sekarang hari Jum'at. Teman yang biasa mengantarku pulang disaat aku tidak membawa motorku adalah Yudi. Ya dia satu kampung denganku jadi terkadang dia ajak aku berangkat bersama dengan motornya, terkadang sebaliknya.

"Gak mampir dulu Yud?"

"Udah, aku duluan. Soalnya mau ke pasar ngantar ibuk belanja"

"Owh, siap siap. Thanks u Yud"

Setelah dia pergi, aku masuk kedalam rumah. Seharian ini rasanya tidak ada nongol yang namanya Awan.

Karena terlalu lelah dengan aktivitas hari ini, kuputuskan untuk berbaring diranjang.

Baru saja ku mau bermimpi, tiba-tiba aku seperti mimpi terjatuh dari jurang hingga membuatku terkejut, antara nyata dan mimpi kubisa merasakannya.

Tapi kulanjutkan untuk tidur dan kemudian aku terlelap dan kegelapan.

***

"Mengapa aku di tempat yang sama, Gerbang itu terlihat lagi. Kali ini kuputuskan untuk berbalik arah dan berlari. Kumencoba untuk berlari sekuat tenaga tetapi rasanya kakiku melambat, dan berat. Tangan itu kembali lagi padaku"

Kuterengah-engah terduduk sambil melingkarkan kedua tanganku di lutut. Aku baru saja mengalami mimpi buruk. Deras keringat jatuh membasahi wajah dan leherku. Kubergegas untuk menuju dapur mengambil segelas air putih, kering sekali rasanya tenggorokkanku.

Ayah sedang tidur di ruang tengah, ibu sedang membuat menu makan malam. Aku sekarang berada di dapur dengan ibuku, duduk di dekat perapian untuk menghangatkan badan.

"Hei Nak, ayo cepat mandi. Ibu sudah bikinkan air hangat untukmu"

"Rasanya aku gak mandi deh bu, kurang enak badan kurasa"

Kepalaku sudah mulai pusing sekarang, dan Adzan Maghrib mulai berkumandang.

"Buk, bukk"

Kurasakan hidungku basah, dan kucium bau amis.

"Bukkk, aku mimisan"

Karena setiap kali darah keluar dari hidungku. Kepala bagian belakangku terasa sangat sakit, hingga ku meminta tolong ibu untuk memegangiku.

_Aku tidak begitu ingat dengan kejadian ini. Karena pada saat itu hanya sakit yang kurasakan, jadi aku hanya menceritakan apa yang ku ingat._

Tapi samar-samar kumelihat ada sesuatu yang keluar dari dalam tanah menuju kepermukaan. Tidak begitu jelas. Tapi seperti akar yang mencoba mengkeruak memaksa keluar dari dalam tanah. Ibuk tidak melihat nya, tetapi aku melihatnya.

Aku mengabaikannya pada saat itu. Karena aku tidak berfokus pada sesuatu tersebut.

Tetapi sesuatu itu makin lama makin besar ukurannya. Tidak bisa ku berpaling darinya. Ibuku membawaku kekamar dan duduk di tepi ranjang, dengan membasuh bekas darah yang berada di sekitar hidung dan wajahku.

Dan lagi lagi, sesuatu itu sudah ada di pojokkan dari kamarku. Sekarang aku bisa melihatnya dengan jelas, disetinggi 2 meter. Berambut dari atas hingga bawah, rambutnya kaku semua. Dan ini seperti akar hidup yang sedang melihatku sekarang. Dia terus bergerak gerak seperti kepanasan ditempatnya. Dia meiliki sebuah tangan, dengan tiga jari di ujungnya. Kukunya panjang sekitar 10cm. Dan aku tidak bisa melihat wajahnya. Tidak bisa melihat wajahnya.

"Ibu, ada sesuatu di pojokkan kamar ini."

"Sesuatu apa nak?"

Kuceritakan sesuai apa yang kulihat. Semua kuceritakan kepada ibu.

"Tenang saja, dia tidak akan mengganggumu"

"Tapi dia melihat kearahku terus bu!"

Sekarang aku mulai ketakutan dengam makhluk ini.

"Sebentar ya Ibu bangunkan Ayahmu"

Disaat ibu meninggalkanku sendiri untuk membangunkan ayah. Tiba-tiba Makhluk itu menjulurkan tangan kanannya menuju kearahku, dia tidak bergerak sama sekali. Hanya tanganya bisa memanjang kearahku. Tangan itu terus menuju kearahku.

Kunaikkan kakiku keranjang dan kumemojok di ujung ranjang.

Tangan itu mengikuti naik ke ranjang dan sekarang tepat berada di depanku.

Kubisa melihat kuku berwarna Hitam pekatnya yang begitu runcing. Aku bergetar sekarang, aku bergetar ketakutan.

Dan tidak terasa darah dari hidungku mengalir lagi. Dengan cepat kurasakan tangan itu menggenggam erat kakiku di tariknya aku dengan sangat kencang kearahnya.

"IBUKKKKKKKK"

Aku berteriak memanggil ibuku, karena aku panik sekarang. Makhluk itu bisa menyeretku dari ranjang.

Aku terjatuh sangat keras ke lantai dan terseret lagi menuju pojok kamarku, dia keluar dengan menembus dinding kayu di depanku. Tertinggal aku sekarang yang dengan sangat keras menabrak dinding tersebut.

Kakiku perih, terluka tiga sayatan dari cengkramannya.

Apa yang sedang terjadi.

Tangan itu kembali lagi, dan mencengkram lengan kiriku.

Seketika itu ayah dan ibu datang masuk kekamarku.

"Ayahh Ibuuuu"

....

==========

Malam ini akan menjadi malam yang panjang bagiku.

Kukatakan padamu, jangan sampai mengalami hal yang sama seperti yang aku alami.

==========

_____

Akan kulanjutkan di selanjutnya ya, thank U Guys.

🙏🙏🙏


Load failed, please RETRY

Presentes

Presente -- Presente recebido

    Status de energia semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Pedra de Poder

    Capítulos de desbloqueio em lote

    Índice

    Opções de exibição

    Fundo

    Fonte

    Tamanho

    Comentários do capítulo

    Escreva uma avaliação Status de leitura: C7
    Falha ao postar. Tente novamente
    • Qualidade de Escrita
    • Estabilidade das atualizações
    • Desenvolvimento de Histórias
    • Design de Personagens
    • Antecedentes do mundo

    O escore total 0.0

    Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
    Vote com Power Stone
    Rank NO.-- Ranking de Potência
    Stone -- Pedra de Poder
    Denunciar conteúdo impróprio
    Dica de erro

    Denunciar abuso

    Comentários do parágrafo

    Login