Baixar aplicativo
24.76% T.I.M (treasure in murder) / Chapter 53: Chapter 52; Case 2: Perdagangan organ bagian 40

Capítulo 53: Chapter 52; Case 2: Perdagangan organ bagian 40

Mahesa sekarang mengerti, yang di hubungi Mikha tadi itu kakak laki-laki gadis misterius yang datang tadi pantas saja mereka dekat. Sementara itu Daniel yang sampai setelahnya tampak berjalan ke arah mereka dengan langkah kakinya yang tak terdengar, Mikha baru saja ingin mengatakan sesuatu namun Adnan memotong perkataannya.

"Oh kakak! Kakak yang aku temui di Perpustakaan waktu itu ya? Kalian saling kenal?"

Mikha yang sadar itu adalah isyarat Adnan menyuruhnya untuk diam hanya menurut. Dia tidak tahu apa yang sedang mereka berdua rencanakan saat ini.

"Iya, aku inget kita bertemu beberapa hari lalu kan? Siapa nama kamu?"

"Namaku Felicia Cilcilia red fox salam kenal kak senior!"

Ujarnya dengan wajah yang tampak ramah bahkan suaranyapun persis seperti perempuan. Kemampuan Akting dan skill penyamarannya benar-benar tingkat tinggi. Siapa laki-laki ini sebenarnya?

"Oh aku Mahesa, umur kamu berapa?"

"Delapan belas! Aku baru lulus tahun ini hehe."

Mendengar perkataan Adnan Mahesa menaikkan sebelah alisnya dengan wajah yang tampak heran.

"Eh tapi buku yang waktu itu kamu pinjem bukannya buat kelas yang lebih tinggi? Kenapa kamu pinjem buku itu?"

Adnan agak panik mendengar pertanyaan Mahesa mengingat dia memang meminjam buku yang sebelumnya di pinjam oleh Aileen. Sementara itu Mikha yang melihat Adnan tampak sedikit panik langsung menutupi kecerobohannya.

"Oh itu aku minta dia buat bantu aku pinjem buku ke perpus, aku harus ketemu dosen waktu itu tapi dosennya malah gak ada."

Dia tidak sepenuhnya bohong, dia hanya bohong jika dia meminta laki-laki itu untuk meminjamkan buku untuknya, Mikha melirik Daniel yang tampak sudah berada tepat di belakang Mahesa. Ia sama sekali tidak tahu apa yang sedang Daniel lakukan. Daniel menempelkan alat pelacak berbentuk lingkaran dia tempel pada bagian dalam hoodie jaket Mahesa agar laki-laki itu tidak menyadarinya setelahnya dia berjalan mundur kembali dan berbalik tanpa suara sampai dia telah berada di ujung koridor. Melihat tugas mereka sudah beres Adnan tersenyum.

"Oh kak Mikha liat itu kak Daniel!"

Mendengar nama itu Mahesa langsung menengok ke belakangnya. Ia melihat seorang laki-laki berambut hitam tampak berjalan ke arah mereka lebih tepatnya dia berjalan ke arah Mikha. Wajahnya tampak tegas dan sangat tenang, dia memakai jaket hitam, kaos dengan kerah berbentuk V dengan warna hijau tua, celana jeans berwarna putih dan sepatu kulit warna hitam. Dia tidak pernah melihat laki-laki itu sebelumnya jadi bisa ia asumsikan kalau laki-laki itu adalah teman Mikha dari luar kampus.

"Maaf lama, aku tadi muter-muter dulu. Tempat ini besar."

Daniel tidak berbohong, sebelum Mikha menghubunginya dan Adnan meninggalkannya sendirian dia memang sudah berputar-putar tanpa arah sambil menghafalkan jalan kalau-kalau suatu saat nanti ia membutuhkannya.

"Iya gak apa-apa, jadi... mau kemana dulu?"

"Ayo kita makan, aku yang traktir"

"Eh seriusan? Padahal yang telat kan aku"

"Gak apa-apa, kamu mau makan apa?

"Aku pingin soto daging sapi!"

Ujarnya dengan wajah yang tampak berbinar-binar, entah karena dia sudah lupa dengan situasinya saat ini atau dia sedang pura-pura agar bisa cepat-cepat keluar dari situasi ini.

"Tunjuk tempat yang enak ntar aku bayarin, kamu juga Felice."

Ujar Daniel sambil berusaha menahan tawanya yang malah membuatnya tampak seperti seorang kakak yang sedang tersenyum kepada adiknya. Reaksi Daniel membuat Adnan ingin sekali menendang kakinya namun dia menahan rasa kesalnya dan tetap tersenyum.

"Kalau gitu aku sama kakakku pergi dulu ya?, sampai nanti!"

Ujarnya sambil tersenyum kepada Mahesa yang di balas senyuman 'ramah' oleh laki-laki itu dan berbalik pergi merubah senyum manisnya menjadi senyuman miring.

'Di penjara.'

Tambahnya dalam hati sambil berjalan bersama Mikha dan Daniel. Merekapuj pergi ke tempat makan dengan Mikha sebagai penunjuk arah. Sementara Mahesa menggertakkan giginya melihat targetnya di bawa pergi dan pergi menuju kelasnya.

'Aku harus mencari cara lain.'

Sementara itu Daniel yang berjalan bersama Mikha menuju sebuah warung soto ayam di dekat kampus menghubungi Angga dan Aksa yang sedang berada di tempat lain.

"Misi selesai sekarang sisanya kami serahkan pada kalian."

Aksa dan Angga mengangguk dan merekapun pergi kembali ke markas untuk menjalankan rencana lanjutan.

Sudah pukul satu saat ini dan Mikha tidak kembali ke kampus. Ia, Daniel dan Adnan sedang makan di sebuah rumah makan yang cukup jauh dari kampusnya. Alhasil Mikha yang tadinya tidak ingin bolos menjadi bolos hari ini. Seperti tujuan awal Mikha memesan soto ayam, adnan memesan mie kocok sementara Daniel memesan sate kambing. Mereka sedang menunggu pesanan mereka sekarang Adnan tampak sudah berganti pakaian sekarang dan dia terlihat seperti laki-laki remaja pada umumnya. Dia terlihat menggunakan celana panjang warna hitam, jaket berwarna pink yang membuatnya terkesan cute dan kaos warna putih dengan tulisan I'm a Wolf dengan gambar srigala di atas tulisan tersebut dia juga tampak memakai sneakers berwarna ungu.

"Kamu gak apa-apa?"

Tanya Daniel yang duduk di sampingnya. Mikha dari tadi diam sepanjang jalan dan itu membuat Daniel khawatir padanya. Ia tidak pernah melihat Mikha yang seperti ini. Mikha yang dia kenal punya mulut yang tajam, senang melakukan sesuatu sesukanya, kuat dan pemberani. Dia tidak pernah melihat Mikha yang tampak lemah seperti sekarang. Dia terlihat seperti perempuan biasa. Jangan salahkan dirinya ia tanpa sadar sudah lupa kalau orang yang bisa menghajar lebih dari tiga puluh orang ini juga perempuan biasa. Mikha yang tadinya melamun tiba-tiba tersadar dari lamunannya dan tersenyum pada Daniel.

"Iya aku gak apa-apa, makasih udah nolongin aku. Aku gak tau apa yang bakalan terjadi kalau kalian gak ada."

Adnan yang melihat interaksi di antara mereka berdua entah mengapa kembali merasa menjadi nyamuk. Namun ia menepis pikirannya itu dan membalas perkataan Mikha dengan senyuman di wajahnya.

"Itu bukan apa-apa kok kak, ini semua udah tugas kami."

Tidak lama kemudian seorang pelayan datang membawakan pesanan mereka. Pelayan itu tampak memiliki rambut yang cukup panjang dan tampak diikat agar tidak mengganggu pekerjaannya dan poni yang menutupi wajahnya seperti Haruou tapi berbeda dengan Haruou yang memiliki rambut berwarna perak warna rambut laki-laki itu berwarna merah.

"Terimakasih."

"Sama-sama, selamat menikmati."

Pria itupun tersenyum dan pergi begitu saja sementara ketiganya mulai memakan makanan mereka masing-masing dengan tenang tapi Daniel yang tidak yakin dengan perkataan Mikha jika dia baik-baik saja. Mikha yang di tatap dari tadi oleh Daniel menengok ke arahnya dan membalas tatapan Daniel.

"Ayo makan, kenapa kamu malah natap aku kayak gitu?"

"Bukan apa-apa, apa kamu takut?"

Pertanyaan yang terasa bodoh untuk di tanyakan kepada seseorang yang hampir menjadi korban pembunuhan itu terlontar begitu saja dari mulut Daniel.

"Tentu aku takut, mengetahui ada orang yang bisa mengetahui jadwal pribadimu seperti itu bukankah menakutkan? Dari mana juga dia tahu?"

Jawaban Mikha sama seperti yang dia pikirkan. Tentu saja bukankah menakutkan jika kau tahu ada seseorang yang tahu semua jadwalmu dan memanfaatkannya untuk melakukan tindak kejahatan? Jawabannya tentu saja menakutkan!.

Daniel yang mendengar pertanyaan Mikha memutuskan untuk memberitahukan apa yang mungkin terjadi.

"Itu mudah, dia cuma tinggal tanya sama orang di sekitarnya  misalnya "Apa kamu bareng sama Mikha di kelas praktek?" Kalau mengangguk atau menjawab iya dia bakal nanya waktu pelajaran di mulai setelah itu dia bakal nanyain hal yang sama tapi dengan mata pelajaran yang berbeda. Ini mungkin gak efisien tapi akurasa itu yang dia lakuin."

Mikha tiba-tiba merinding mendengar penjelasan Daniel. Kalau Mahesa benar-benar melakukan hal itu dia berarti benar-benar berniat untuk membunuhnya, sekarang dia mulai merasa takut. Jadwal yang tidak pernah dia beritahukan saja dia bisa tahu kalau begitu bagaimana dengan alamatnya yang terdata dengan jelas di dalam data siswa?!!. Bahkan tidak perlu melihat data siswa pun dia tinggal tanya dengan orang yang pernah kerja kelompok dengannya!!

"Kalau begitu aku harus gimana?"

"Jangan pulang ke rumah dan nginep di rumah teman atau orang tua kamu."

"Aku gak mau ngelibatin temen kamu dalam masalahku apalagi Aileen dan Reyna. Aileen lagi sakit sekarang sedangkan Reyna dia punya adik yang harus dia jaga meski aku tahu mereka gak akan keberatan. Kalau orang tua... Aku punya sedikit masalah sama mereka jadi aku gak bisa juga."

Daniel diam sebentar dan mulai berfikir. Aileen tidak akan keberatan kalau Mikha menginap di apartemen toh masih ada banyak ruangan kosong yang tidak di gunakan tapi yang jadi masalah adalah dia tidak bisa membawa Mikha ke apartemen karena keberadaan T.I.M adalah rahasia. Mikha tidak boleh terlibat lebih jauh lagi atau dia akan berada dalam bahaya. Aileen juga sadar dengan hal ini dan karena itu dia juga tidak berkata apa-apa pada Mikha ataupun Reyna. Sepertinya cara pikir Aileen dan Mikha sangat mirip tapi bedanya jika Mikha cukup mudah di dekati maka Aileen sebaliknya kalau Reyna dia tidak tahu. Reyna seperti penengah di antara mereka berdua untuk mencerahkan suasana. Daniel ingat Mikha pernah bilang "Meski Aileen tidak ada kalau bersamamu rasanya seperti ada Aileen di sini" mungkin karena itu dia bisa bicara pada Mikha karena tanpa ia sadari ternyata sifatnya dan Aileen juga agak mirip. Hanya saja Aileen lebih banyak bicara ketimbang dirinya.

"Mau gimana lagi biar aku aja yang jaga kamu."

Ujarnya sambil memakan makanannya.

"Eh?"

"Kamu bilang kamu gak tahu harus kemana kan? Biar aku aja yang jadi bodyguard kamu. Aku di tugasin buat janga kamu selama seminggu tapi kayaknya aku harus meminta tugasku di perpanjang."

Mikha merasa senang, untuk pertama kalinya ada orang yang peduli padanya selain Aileen dan Reyna.

"Daniel..."

Daniel yang mendengar namanya di panggil hanya bergumam mendengar namanya di panggil oleh Mikha.

"Makasih."

Saat itulah untuk pertama kalinya Daniel melihat Mikha tersenyum dengan lembut dan wajahnya entah mengapa terasa memanas melihat senyuman itu. Sementara itu Adnan yang melihat situasi di antara keduanya hanya menghela nafas dan bergumam di dalam hati.

'Sepertinya aku gak seharusnya ada di sini, aku ngerasa seperti lalat di antara mereka'


Load failed, please RETRY

Presentes

Presente -- Presente recebido

    Status de energia semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Pedra de Poder

    Capítulos de desbloqueio em lote

    Índice

    Opções de exibição

    Fundo

    Fonte

    Tamanho

    Comentários do capítulo

    Escreva uma avaliação Status de leitura: C53
    Falha ao postar. Tente novamente
    • Qualidade de Escrita
    • Estabilidade das atualizações
    • Desenvolvimento de Histórias
    • Design de Personagens
    • Antecedentes do mundo

    O escore total 0.0

    Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
    Vote com Power Stone
    Rank NO.-- Ranking de Potência
    Stone -- Pedra de Poder
    Denunciar conteúdo impróprio
    Dica de erro

    Denunciar abuso

    Comentários do parágrafo

    Login