Baixar aplicativo
19.15% T.I.M (treasure in murder) / Chapter 41: Chapter 40; Case 2: Perdagangan organ bagian 28

Capítulo 41: Chapter 40; Case 2: Perdagangan organ bagian 28

Reyna, Mikha dan Aileen sudah tebiasa diikuti oleh stalker, orang mesum atau penjahat dan semacamnya karena penampilan mereka hingga mereka bisa sadar kalau ada seseorang yang mengikuti mereka dari belakang. Tapi tadi Reyna tidak menyadari apa-apa itu artinya Daniel lah yang mengikuti mereka. Tapi untuk apa?. Mikha tidak tahu apa alasan Daniel mengikuti mereka tapi dia tidak berniat buruk. Kalau dia berniat buruk dia tidak mungkin masuk kedalam cafe dan menunggu mereka di luar mengingat Mikha bisa menyadari keberadan Daniel seperti Aileen.

"Apa sekarang kamu dapet tugas lagi?"

Pertanyaan Mikha di balas anggukan oleh Daniel, ia tahu Mikha sudah sadar kalau dia yang mengikuti mereka. Dia sengaja memberitahukan Mikha apa yang bisa dia ketahui agar gadis itu merasa tenang dan tidak perlu mengkhawatirkan keberadaannya di sekitar mereka. Tapi dia hanya berniat memberi tahu Mikha hal yang harus di ketahuinya saja. Lagipula hal ini terlalu berbahaya untuk di ketahui olehnya. Ia tidak mau dua orang yang Aileen percayakan padanya untuk ia lindungi terlibat dengan masalahnya suatu saat nanti.

"Apa tugas kamu kali ini?"

Tanya Mikha lagi sambil menatap Daniel dengan wajah yang tampak penasaran yang di balas tatapan serius olehnya.

"Aku di suruh ngejagain seseorang."

"Ngejagain?"

"Dari apa?"

Tanya Mikha dan Reyna saling bergantian.

"iya, nanti juga kalian bakalan tahu."

Reyna melirik Mikha yang duduk di sebelahnya. Mikha tampak menatap Daniel dengan tatapan tajamnya. Mikha sudah masuk kedalam mode waspada tapi Reyna sama sekali tidak mengerti apa alasannya. Keheningan di antara merekapun hilang seketika ketika seorang pelayan robot membawakan makan siang yang mereka pesan dan ketiganya mulai makan dengan tenang.

***

Selesai makan Reyna, Mikha dan Daniel keluar dari cafe. Kedua perempuan itu tampak naik bus sementara Daniel tampak mengikuti bus yang mereka tumpangi menggunakan motornya, Mikha yang melihat Daniel mengikuti mereka menggunakan motornya menghela nafas dan tidak mempermasalahkannya. Dari cerita Daniel ia sadar kalau mereka sudah menjadi target seseorang. Mikha tidak takut karena dulu dia mantan ketua geng motor tapi dia sudah bersumpah untuk tidak menyelesaikan masalah dengan kekerasan lagi seperti dulu meski niatnya baik. Apa ia harus melanggar sumpahnya? Tidak, ia tidak harus melakukannya. Tapi kalau kondisinya sudah terdesak ia akan lakukan. Jika itu demi keselamatan temannya Mikha akan lakukan apapun. Reyna dan Mikha turun di pemberhentian bus dan pergi menuju Rumah mereka masing-masing. Sesampainya di depan Rumahnya Reynapun beralih menatap Mikha.

"Mau masuk dulu Mikha?"

Mikha yang mendengar pertanyaan Reyna tampak tersenyum dan menggeleng.

"Gak usah Reyna, aku mau langsung pulang aja. Bilang hi ke Diana dari aku ya?"

Mendengar perkataan Mikha Reyna terdengar berdumam dan berkata.

"Yaudah kalau gitu, hati-hati di jalan Mikha."

"Kamu juga, hati-hati di rumah."

Setelah Reyna masuk kedalam Mikhhapun kembali berjalan menuju gedung apartemennya yang letaknya lebih jauh dari perumahan di mana Reyna tinggal.

Perumahan itu sangat sepi, tidak ada orang, motor, atau mobil lain yang lewat hingga Mikha dapat dengan jelas mendengar suara langkah kakinya dan suara dari mesin motor Daniel yang membuatnya merasa aman. Dia mungkin memang mantan ketua geng motor tetapi dia tetap perempuan. Apalagi saat ini dia tidak punya tenaga sama sekali untuk meladeni orang yang ingin cari masalah dengannya. Suara motor Daniel yang terdengar semakin keras membuat Mikha sadar Daniel memutuskan untuk tidak mengawasinya dari jauh lagi. Ia menengok kebelakang dan melihat Daniel tampak menjalankan motornya dan berhenti tepat di hadapannya. Laki-laki itupun membuka bagasi motornya dan mengeluarkan sebuah helm cadangan dari dalam bagasinya, setelah itu dia menutup bagasinya kembali dan menyodorkan helm itu ke pada Mikha.

"Butuh tumpangan?"

Tanyanya sambil memberikan sebuah helm cadangan pada Mikha, perempuan itu tampak langsung mengambil helm yang di berikan Daniel dan memakainya kemudian iapun duduk di belakang Daniel sambil memegang pinggangnya.

"Kenapa gak dari tadi?"

"Aku gak mau Reyna tahu, kamu tahu aja udah lebih dari cukup"

Mendengar perkataan jujur Daniel Mikha tahu perkiraannya benar. Seseorang sedang mengincar ia dan Reyna dan ada seseorang yang mengetahui hal ini dan meminta Daniel untuk menjaga mereka. Entah siapa orang itu tapi ia benar-benar merasa berterimakasih kepadanya.

"Jadi yang kamu awasi beneran aku sama Reyna iya kan?"

"Iya, itu tugasku. Soal siapa orang yang minta aku buat ngejaga kalian aku gak akan kasih tahu."

"Cih pelit."

Decih Mikha, tapi daniel tampak tidak memperdulikan hal itu dan berkata.

"Kamu gak perlu tahu, itu cuma bakalan ngebahayain keselamatan kamu. Organisasi dimana aku bekerja mungkin emang baik tapi kami punya banyak musuh. Kamu yang gak punya hubungan apa-apa sama organisasi kami mendingan tetap gak tahu. Itu lebih aman."

"Emang sih, Aku juga dulu mantan anggota geng motor dan musuh aku bisa di bilang banyak juga tapi selama ini mereka kalau mau nyelakain aku gak pernah secara diem-diem begini. Mereka lebih suka muncul di depan aku dan langsung nyerang secara terang-terangan. Lagian orang ini kok bengecut banget sih?"

"Mana aku tahu, tapi yang jelas si pengecut yang kamu maksud lagi mengincar kamu sekarang."

Jawab Daniel dengan tenang seakan itu bukan masalah besar.

"Itu orang maunya apa sih?"

"Dia mau ngebunuh kamu, bukan cuma kamu tapi juga kedua temen kamu."

Perkataan Daniel sontak membuat Mikha terkejut. Mikha mengira yang diincar orang itu hanya dia tapi Reyna dan Aileen juga?, ini hal tergila yang pernah di Alami oleh seorang Mikha Wijaya.

"HAH?!! KENAPA KAMU GAK BILANG DARI TADI?!!"

"Tenang, kamu kira buat apa aku ada di sini?"

"Oh iya bener juga."

Dengan keberadaan Daniel ia dan Reyna sudah terlindungi tapi bagaimana dengan Aileen? Temannya itu sedang izin dan dia sebenarnya tidak perlu terlalu khawatir dengan Aileen mengingat dia selalu membawa senjata api bersamanya. Namun sebagai teman ia tetap merasa khawatir. Bagaimana kalau sesuatu terjadi kepadanya?

"Temen kamu Aileen gak akan apa-apa, ada Rei yang mengawasi dia. Kamu tahu dia kan?"

Pertanyaan Daniel membuat Mikha tiba-tiba teringat dengan laki-laki yang wajahnya sangat mirip dengan Rendi. Ia ingat laki-laki itu mengatakan hal yang tidak jauh berbeda dengan Daniel juga.

"Eh kalau begitu jangan-jangan atasan kamu itu mas-"

"Udah aku bilang makin sedikit yang kamu tahu semakin bagus ngerti? Sekalipun kamu tahu mendingan kamu pura-pura gak tahu."

Mikha langsung bungkam mendengar perkataan Daniel. Ia mengerucutkan bibirnya dengan wajah yang tampak agak kesal namun ia mengerti kenapa Daniel berkata seperti itu. Daniel yang melihat ekspresi wajah Mikha lewat kaca spionnya tersenyum miring melihat ekspresi wajahnya. Sesampainya di depan gedung apartemen Mikha perempuan itu turun dari motor Daniel dan melepas helm cadangan milik Daniel dari kepalannya dan menmberikannya kembali kepada Daniel.

"Makasih buat tumpangannya."

"Sama-sama."

"Mau masuk dulu?"

"Gak usah, kerjaan aku masih banyak. Kamu mendingan masuk sekarang, oh iya satu hal lagi."

Mikha melihat Daniel tampak merogoh sakunya mencari sesuatu di dalamnya setelahnya laki-laki itu memegang tangan Mikha dan memberikan benda itu padanya. Itu adalah sebuah kalung dengan bandul berbentuk semanggi dan hiasan permata berbentuk seperti bunga kecil berwarna ungu muda bagian pinggirnya.

"Ini... kenapa kamu ngasih kalung ini?"

"Ada pelacak di dalamnya, buat jaga-jaga kalau sesuatu terjadi sama kamu. Dengan begitu aku bakal langsung tahu kamu di mana."

Mikha yang mendengar alasan Daniel tidak bicara apa-apa dan langsung memakai kalung itu di hadapan Daniel. Kalung itu tampak sangat cocok untuk Mikha apa lagi bagian bunga juga tampak berwarna ungu gelap seperti warna rambutnya.

"Makasih."

"Jangan pernah lepasin kalung itu ya? Ngomong-ngomong itu anti karat juga tahan panas jadi kamu bawa mandi juga gak masalah."

Jelasnya sambil memasukkan helm cadangan yang di pakai Mikha tadi ke dalam bagasi motornya, setelah ia menutup kembali bagasi motornya iapun kembali menaiki motornya dan menyalakannya kembali.

"Aku harus pergi sekarang."

"Hati-hati di jalan."

Daniel hanya mengangguk dan melaju kembali kendaraannya kembali ke apartemennya sementara Mikha masuk ke dalam apartemennya dan berbaring di atas sofa.

***

Aileen sedang memeriksa beberapa laporan mengusap punggung Luna yang tampak berbaring dan tidur dengan nyaman di pangkuannya ketika ia melihat Rei yang tampak memegangi kepalanya dan memijat dahinya sambil bersandar pada kursinya.

"Rei?, kamu kenapa?"

Tanyanya sambil berdiri dan menggendong Luna yang masih tidur. Rei menengok ke arah Aileen. Wajahnya yang tampak kelelahan membuat Aileen meletakkan Luna di atas sofa dan mendekati Rei untuk mengecek kondisinya.

"Kamu gak apa-apa?"

Tanyanya sambil memeriksa suhu tubuh Rei dengan punggung tangannya namun Rei menghentikannya dan menatapnya dengan tatapan serius.

"Aku gak apa-apa, urus aja pekerjaan kamu yang lain."

Aileen melepaskan tangannya dari Rei dengan mudah dan tidak mengindahkan perkataannya. Ia tidak mendengarkan Rei dan meletakkan punggung tangannya di dahi Rei.

"Aku ini dokter, ini pekerjaanku. Kamu demam Rei."

"Aku gak bisa istirahat sekarang, tinggal sedikit lagi Aileen."

Aileen yang mendengar perkataan Rei menghela nafasnya. Dia ini benar-benar keras kepala.

"Apa gunanya kalau kamu gak bisa mikir Rei? Kamu gak akan bisa kerja dengan benar kalau kamu sakit."

Rei yang mendengar omelan Aileen langsung bungkam, ia sadar tidak akan bisa menang dalam debat mereka kali ini. Tapi tinggal sedikit lagi, sedikit lgi ia akan meneemukan siapa orang yang membeli organ-organ itu dari Mahesa. Dia tidak bisa istirahat sekarang.

'Kenapa aku harus sakit di saat kayak begini sih?'

Gerutunya dalam hati sambil melirik Aileen .

"Sekarang kamu harus istirahat, ikut aku Rei."

Baru saja Rei akan menjawab tiba-tiba kedua matanya kembali tertuju kepada monitor di hadapannya. Kedua tangannya kembali bergerak di atas keyboard dan ia menemukan nama ysng ia cari. Iapun memulai pencarian dari nama yang di temukannya dan mulai mencari latar belakang, social media yang di gunakan orang tersebut, nomor handphone juga lain sebagainya. Setelah dia mendapatkan semua data yang di butuhkan dan menghapus jejaknya iapun berdiri dan berjalan menghampiri Aileen.

"Pekerjaanku selesai, sekarang aku bisa istirahat."

"Siapa orang itu?"

Tanya Aileen sambil berjalan ke arah lift dengan Rei yang mengekorinya dari belakang.

"Aku bakal kasih atahu nanti kalau semua orang udah berkumpul. Sekarang aku cuma mau tidur."

Ujarnya sambil menyandarkan tubuhnya pada Aileen setelah masuk kedalam lift.

"Jangan tidur disini!!"


PENSAMENTOS DOS CRIADORES
LynKuromuno707 LynKuromuno707

Beri, vote coment dan review kalau kalian suka cerita ini dan kalau ada kekurangan tolong beri tahu juga, kalau ada yang mau ngasih gift juga juga boleh. Makasih buat semua dukungan kalian dalam bentuk apapun itu see you :)

Load failed, please RETRY

Presentes

Presente -- Presente recebido

    Status de energia semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Pedra de Poder

    Capítulos de desbloqueio em lote

    Índice

    Opções de exibição

    Fundo

    Fonte

    Tamanho

    Comentários do capítulo

    Escreva uma avaliação Status de leitura: C41
    Falha ao postar. Tente novamente
    • Qualidade de Escrita
    • Estabilidade das atualizações
    • Desenvolvimento de Histórias
    • Design de Personagens
    • Antecedentes do mundo

    O escore total 0.0

    Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
    Vote com Power Stone
    Rank NO.-- Ranking de Potência
    Stone -- Pedra de Poder
    Denunciar conteúdo impróprio
    Dica de erro

    Denunciar abuso

    Comentários do parágrafo

    Login