Baixar aplicativo
7.47% T.I.M (treasure in murder) / Chapter 16: Chapter 15; Reputasi yang menyeramkan

Capítulo 16: Chapter 15; Reputasi yang menyeramkan

Rei yang dengan santai membuat kopi menggunakan mesin espresso di dapur tidak menengok kearah Aksa, dia memperhatikan mugnya yang perlahan tampak terisi oleh kopi dan menjawab.

"Kalau yang kamu maksud tentang T.I.M dan kematian Adara iya aku udah kasih tahu dia."

"Gimana reaksinya?"

Pertanyaan Aksa bisa membuat orang salah faham karena dia terdengar seakan mencurigai Aileen yang berada di balik kematian kakaknya sendiri namun itu sama sekali tidak benar. Aksa yang paling tahu sedekat apa hubungan Aileen dengan Adara, Adara yang membesarkannya dari kecil seperti Reyna yang membesarkan Diana. Dia bahkan terlihat lebih seperti ibunya daripada kakaknya. Aksa bertanya hanya karena ia benar-benar ingin tahu bukan karena dia punya kecurigaan kepada Aileen.

"Dia tentu marah, adik mana yang gak marah saat tahu kakaknya yang dia sayang di bunuh?"

Aileen mungkin tidak memperlihatkan kemarahannya di wajahnya namun dia jelas marah, dia tidak memperdulikan lukanya dan langsung kembali ke apartemen seakan berharap kalau mungkin akan ada petunjuk baru jika ia cepat kembali. Dia juga mengajukan diri untuk membantu melakukan otopsi seakan ingin tahu kalau pelakunya mungkin berhubungan dengan kakaknya atau tidak. Kalau bukan karena ingin segera menangkap pelakunya kenapa dia lakukan ini semua?

"Jadi dia terima posisi buat jadi anggota nomer delapan?"

Rei mengambil mugnya yang sudah penuh dengan kopi hitam dan duduk kembali di kursi yang sebelumnya ia duduki tepat di samping kursi yang diduduki oleh Aileen tadi. Aileen tidak bilang dia setuju atau tidak untuk menjadi anggota tapi dari kelakuannya sudah pasti dia setuju.

"Kalau dia gak terima ngapain dia ngajuin diri buat meriksa mayat yang di temuin hari ini Aksa?"

Aksa sebenarnya tidak ingin Aileen terlibat sama sekali namun ia tahu mau bagaimanapun Aileen sudah diincar dari awal, identitasnya sebagai seorang aktifis yang tidak bisa di sentuh bukan sekedar omong kosong Aileen punya reputasi yang cukup menakutkan. Sekali dia memutuskan untuk ikut campur pada sebuah kasus yang jadi musuhnya tidak pernah berakhir baik. Aileen tidak pernah kalah dalam perang social media juga perang di pengadilan, tidak ada yang bisa berkutik setelah Aileen memperlihatkan bukti yang dia dapatkan karena itu banyak yang menginginkan kematiannya.

Adara ingin Aileen bisa hidup dengan normal namun di sisi lain jalan yang Aileen tempuh dari awal sudah dipenuhi oleh duri. Dia tidak bisa menjadi 'normal' karena dari awal dia memilih untuk tidak mengambil jalan yang biasa untuk menikmati hidupnya. Saat ada masalah yang dia rasa ia harus turun tangan sendiri ia akan lakukan bahkan sekalipun itu akan membahayakan hidupnya dia tidak takut. Karena itu dia ditakuti, sebab dia bersikap seperti tidak peduli dengan nyawanya.

Rei meminum kopi dalam mugnya sementara Aileen kembali sambil membawa Luna di gendongannya, Rei terkejut saat melihat ada seekor anak harimau di pelukan Aileen yang dengan santai dia bawa seperti saat dia menggendong kucing dewasa biasa. Yang jadi masalah ini anak harimau bukan kucing!! Kenapa Aileen dengan santai membawanya tanpa kandang seperti ini?!! Selain itu dia juga membawa botol susu dan memperlakukannya seperti bayi!!

"A-Aileen itu harimau beneran?"

Aileen dengan polosnya mengangguk, Aksa tampak tenang melihat Luna karena dia kenal dengan Luna sejak dia Aileen rawat. Dimata Aksa sebesar apapun Luna dia hanya seekor anak kucing yang suka main bola sepak makanannya saja yang berbeda. Haruou yang sudah melihat Luna kemarin juga tampak tenang-tenang saja dan dengan santai mengambil Luna yang sedang minum susu dari gendongan Aileen.

"Dia harus minum susu setiap empat jam sekali, ini susunya. Ikutin aja takarannya. Anggap aja kamu ngurus bayi yang kegedean. Oh iya hati-hati, dia ini suka gigit-gigit jail, kalau udah kayak gitu tuker aja apa yang dia gigit sama bola. Tenang gak akan berdarah di gigit sama dia paling biru dikit. Mas Aksa udah pengalaman jadi tolong jelasin sisanya ke Haruou ya Mas?"

Luna yang baru selesai menghabiskan susunya melepaskan pegangannya dari botol bayi dan terdengar mulai mengeluarkan suara serta mengendus-endus bau Haruou sebelum kemudian menjilat wajahnya. Angga yang awalnya agak takut malah jadi tertawa melihat Luna menjilat Haruou, Rei terlihat menahan tawanya sementara Aksa hanya tersenyum melihat kelakuan Luna. Dulu ia yang biasa jadi korban melihat orang lain sekarang menggantikan posisinya Aksa tidak bisa menahan bibirnya untuk tersenyum lebar.

"Gimana rasanya di jilat sama harimau?"

"Kayak di gosok sama amplas."

Luna tiba-tiba melompat ke lantai dan mulai mengelilingi setiap sudut ruang makan seakan sedang mempelajari seluk beluk rumah barunya. Dan seperti seorang baby sitter Haruou mengikuti Luna kemana-mana seakan dia adalah bayi manusia yang baru bisa berjalan dan menjauhkannya dari barang-barang yang mudah pecah dan sofa di ruang sebelah supaya tidak dia gigiti dan berakhir rusak karena menjadi korban gigi susu Luna.

"Oh bakat alami."

Aksa mengangguk mendengar perkataan Aileen, ia bahkan tidak perlu memberi tahu Haruou apa saja yang harus dilakukan untuk mengurus Luna. Haruou melakukannya sendiri dengan lancar meskipun ini untuk pertamakalinya Haruou menjaga Luna.

"Aku mau tidur, sampai nanti."

Ujar Daniel setelah selesai memakan makanannya sambil pergi keluar ruang makan menuju loby untuk masuk kedalam lift dan kembali ke ruang apartemennya.

"Sampai nanti, jangan tidur kelamaan kalau gak kepala kamu bakalan sakit."

Ujar Aileen tanpa menengok.

"Iya bu~"

Balas Daniel dengan nada datar tanpa menengok ataupun berhenti berjalan.

"Udah aku bilang jangan panggil aku ibu, kamu itu lebih tua dariku dasar burung hantu."

Daniel tidak marah sama sekali di panggil burung hantu oleh Aileen karena ia sadar diri kalau kelakuannya mirip burung hantu, setidaknya burung hantu masih mending. Rei sering kali meledeknya sebagai kelelawar atau vampir dan burung hantu bisa di kategorikan normal.

"Iya terserah."

Pintu ruang makan pun kembali tertutup setelah Daniel keluar, setelah selesai mencuci piring Aileen mengeringkan tangannya dan tampak mengambil tasnya bersiap-siap untuk pergi.

"Mas aku pergi ke kampus dulu ya?"

Aksa mengangguk. Tiba-tiba dia tampak seakan mengingat sesuatu dan beralih menatap Rei.

"Oh iya, Rei anterin Aileen ke kampus. Kamu lagi gak sibuk kan?"

Mendengar Aksa yang menyuruhnya untuk mengantar Aileen secara tiba-tiba Rei yang sedang meminum kopinya tampak terbatuk-batuk, Aileen yang sigap tampak mengambilkan air putih untuknya dan iapun meminum air dalam gelas itu sampai habis. Setelah merasakan tenggorokannya kembali nyaman iapun beralih menatap Aksa dan bertanya.

"Kenapa harus aku?"

Tanyanya sambil menunjuk dirinya sendiri.

"Karena aku sibuk ngurus orang yang kita tangkap kemarin dan aku gak mau Aileen dianterin sama Angga, aku gak percaya sama dia."

Angga tampak merajuk sendirian di ujung ruang makan tapi tidak ada satupun dari mereka yang tampak mendengarkan rajukannya.

"Aksa kamu jahat."

Ujarnya dengan dramatis seakan dia adalah seorang gadis yang baru putus dari kekasihnya. Aksa menatap Angga dengan tatapan datar.

'Ini anak buah satu lebay bener perasaan. Udah lebay pundungan lagi, heran dulu aku mikir apaan rekrut anggota kayak begini.'

Pikirnya dalam hati. Aileen tampak tidak memperdulikan Angga yang jongkok di pojokan dan mengalihkan pembicaraan.

"Mas, aku bisa pergi sendiri, REI gak perlu anter aku."

Aileen sepertinya tidak mau diantar oleh Rei dan menolak dengan cukup sopan meski saat menyebut nama Rei dia terdengar agak ngegas.

"Liat? Orangnya aja gak mau aku anterin."

Aksa tampak mengabaikan Rei, orang ini kalau tidak ada kerjaan hanya akan membahayakan ketenangan mereka yang ada di partemen. Jadi akan lebih baik kalau Rei mengantar Aileen dari pada Angga. Angga itu kadang lemot, dan tidak mengerti apa maksud dari keputusannya tapi toh dia ini Angga. Moodnya akan kembali normal seperti biasa kalau salah satu teman kencannya menghubunginya nanti untuk mengajaknya kencan.

"Gak Aileen nanti kamu telat, lagian juga dia gak ada kerjaan hari ini."

Balasnya dengan senyuman yang masih terpasang di wajahnya membuat Rei menaikkan sebelah alisnya. Kenapa dia disamakan dengan orang seperti Angga? Dia ini rajin tidak seperti Angga yang jarang mendapatkan pekerjaan karena posisinya yang sebagai pengguna sniper tapi tetap dibayar full perbulan sekalipun dalam sebulan dia tidak bekerja. Bukankah hidupnya terlalu santai di bandingkan dirinya yang bukan hanya harus mencari informasi dari semua target tapi juga penanggung jawab di bagian pengembang teknologi dan persenjataan di T.I.M? Dia ini orang sibuk!! Tidak ada salahnya libur satu hari hanya untuk sekedar tidur kan?! Tapi tidak!! Tidak pernah ada kata libur untuknya!! Kalau bukan karena gajinya yang tertinggi di T.I.M mana mau ia kerja hampir tanpa libur?!!

"Jangan samain aku sama dia aku gak terima."

Ujar Rei sambil menatap Angga yang tampak sudah berhenti merajuk dan telponan dengan salah satu teman kencannya.

"Sekarang kamu ngerti apa kekhawatiran aku kan?"


PENSAMENTOS DOS CRIADORES
LynKuromuno707 LynKuromuno707

Beri, vote coment dan review kalau kalian suka cerita ini dan kalau ada kekurangan tolong beri tahu juga, kalau ada yang mau ngasih gift juga juga boleh. Makasih buat semua dukungan kalian dalam bentuk apapun itu see you :)

Load failed, please RETRY

Presentes

Presente -- Presente recebido

    Status de energia semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Pedra de Poder

    Capítulos de desbloqueio em lote

    Índice

    Opções de exibição

    Fundo

    Fonte

    Tamanho

    Comentários do capítulo

    Escreva uma avaliação Status de leitura: C16
    Falha ao postar. Tente novamente
    • Qualidade de Escrita
    • Estabilidade das atualizações
    • Desenvolvimento de Histórias
    • Design de Personagens
    • Antecedentes do mundo

    O escore total 0.0

    Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
    Vote com Power Stone
    Rank NO.-- Ranking de Potência
    Stone -- Pedra de Poder
    Denunciar conteúdo impróprio
    Dica de erro

    Denunciar abuso

    Comentários do parágrafo

    Login