Moa meringis ketika pintu di depannya tertutup dengan suara yang cukup keras. Menandakan sang pelaku masih diliputi emosi. Gadis itu hanya bisa mendesah pasrah. Kini ia tidak lagi mempunyai teman untuk berbincang ketika berada di flat. Padahal, Moa sengaja mencari flat yang di tempati dua orang, karena ia tidak ingin kesepian. Tapi lihat saja sekarang. Moa memutar tubuh—mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru ruangan yang bisa dicapai netranya. Menghela nafas yang terasa begitu berat. Sepi. Sekarang dia sendirian. Ah … rasanya Moa pengin nangis sekarang. Ditinggalkan seolah dia berbuat kesalahan fatal. Padahal, Noel yang seharusnya Joan salahkan—bukan dia. Moa mulai merancang omelan apa saja yang akan ia muntahkan nanti—tepat di depan muka cowok itu. Dia tidak akan mengomel melalui sambungan ponsel. Nggak akan puas. Berjalan dengan menghentak kedua kaki, Moa membawa langkahnya menuju ke dapur mininya. Perutnya benar-benar sudah melilit.