BAB 22. Zhu Zheng 10 Tahun Yang Lalu (4)
______________________________________
Hampir kurang lebih empat jam Zhu Zheng menagis di ruangan UGD, dan sekarang ia sudah terlihat lemas dan berantakan.
Tapi Zhu Zheng masih belum bergerak sedikitpun dari posisi sebelumnya, mayat Resa masih setia dalam pelukannya, tanpa ada niat untuk di lepas.
"Maaf nak, anakku akan di bawa pulang sekarang untuk di makamkan." Kata Ibu Resa.
Zhu Yiran, "Ia Zheng, jadi lepaskan dulu Resa yah... Kasian dia kalau tidak di makamkan..."
Zhu Zheng menggelengkan kepalanya sambil memeluk Resa, "Tidak. Zhu Zheng belum siap jauh dari Resa." Ucap Zhu Zheng dengan suara serak akibat terlalu lama menagis dan berteriak.
Saat Zhu Zheng berbicara lagi, air matannya kembali tumpah membanjiri kedua pipinya.
Ayah tiri Zhu Zheng yang sedari tadi berdiri menatap kedua anaknya, Resa dan Zhu Zheng hanya mampu diam tanpa mengatakan apa-apa walau hanya sedikit.
Ayah Resa tidak menyangka bahwa selama ini pria yang di cari anak tirinya adalah anaknya sendiri.
Ayah Resa bahkan menyesal karena sudah menutup akses biodata mengenai keluarga lamanya. Dan jika pada saat itu dia (Ayah Resa) menepati janjinya pada sang anak.mungkin hal ini tidak akan pernah terjadi.
Karena pada saat dua bulan itu, Ayah Resa akan memperkenalkan Resa pada anak-anak Zhu Yiran. Namun karena beberapa hal yang terjadi sampai membuat Ayah Resa melupakan janjinya.
(Info : Janji akan mengunjungi Resa setelah dua bulan, sebelum kematian Resa).
Begitulah takdir. Karena takdir tidak akan pernah bisa di ubah.
.....
Setelah beberapa bujukan dari keluarganya, akhirnya Zhu Zheng mau melepaskan Resa dari pelukannya.
Namun dengan satu sarat...
Resa akan di masukan ke dalam ruangan pendingin yang akan Zhu Zheng siapkan nanti.
Awalnya semua orang termaksud ibu Resa tidak menerimanya, tapi karena memikirkan kondisi yang tidak memungkinkan dan di tambah watak Zhu Zheng yang keras kepala dan tidak terbantahkan. Mau tidak mau, mereka semua harus menerimannya, apa lagi hal ini berkaitan dengan seseorang yang berharga bagi Zhu Zheng.
Mereka juga mulai berpikir terbuka. Betapa Zhu Zheng sangat merindukan Resa.
Sekitar jam dua siang, Ayah dan ibu Resa mulai membahas mengenai rumah lama mereka dan berniat untuk menjualnya. Apa lagi rumah besar itu sudah kosong sekarang. Setelah itu mereka berubah pikiran kembali untuk tidak menjualnya, dan akan menjaga rumah itu sebagai kenang-kenangan.
Saat Zhu Zheng tidak sengaja mendengar pembicaraan dari kedua orang yang sudah berusia itu, iapun maju dan memotong pembicaraan mereka.
"Aku akan membelinya... Aku akan membeli rumah itu."
Mungkin memotong pembicaraan orang tua itu terdengar tidak sopan. Tapi itu adalah refleks dari mulut Zhu Zheng.
Ayah dan ibu Resa saling menatap.
"Tapi kami tidak berniat lagi menjual rumah itu." Kata Ibu Resa.
Ayah Resa menahan bahu mantan istrinya dan berkata pada Zhu Zheng, "Jika itu yang kamu inginkan. Kami akan menjualnya padamu."
Ibu Resa menatap mantan suaminya dan keambali menatap Zhu Zheng. Helaan napas pasrah terdengar dari mulut ibu Resa.
"Baiklah kamu boleh memiliki rumah itu..." Kata ibu Resa, "di samping rumah kami ada gedung kecil berwarna biru muda, berbentuk persegi, atau bisa di katakan kulkas besar. Kami biasa menyimpan bahan mentah di dalam. Tapi mungkin sekarang sudah tidak lagi ter urus, dan itu harus di bersikan terlebih dahulu... Jika kamu berniat tinggal di sana, kamu bisa menyimpan jenazah Resa di dalamnya." Saran dari ibu Resa, "Itu hanya beberapa saran kecil dariku."
"Makasih atas sarannya." Kata Zhu Zheng, dan kemudian pergi menuju An yang sedang berdiri di samping mayat Resa.
"An..."
"Ada apa?"
"Pergi ke rumah Resa yang ada di kota C. Cari gedung kecil berwarna biru muda, dan siapkan semua keperluan yang di butuhkan Resa."
"Baik." An pun pergi menjalankan perintah.
Zhu Zheng kembali duduk di samping Resa, "Begitu dekat kamu denganku, bahkan hanya membutuhkan waktu tiga sampai empat jam. Tapi aku tetap tidak berhasil menemukanmu."
Telpon Zhu Zheng berdering dan di angkat oleh Zhu Yiran. Tulisan yang tertera di layar ponsel adalah Tante Mirna.
"Halo..."
[Di mana Zheng?]
"Ada di sampingku."
[Kakak ingin merepotkanmu lagi mengenai RanRan.]
"RanRan sudah siuman?"
[Sudah. Baru saja. Umm.. bisa katakan pada Zheng untuk datang ke ruang ICU sebentar? Hanya sebentar saja.]
Zhu Yiran menggaruk kepalanya karena pusing tambah bingung.
"Auumm... Aku akan mencoba mengatakan padanya... Do'akan saja semoga saja anakku yang keras kepala ini tidak mencekikku."
[Hehe... Semoga kamu selamat Yiran.]
"Baiklah, aku akan menutup panggilan."
[Ok.]
"Huff... Kenapa anakku yang keras kepala ini harus di sukai oleh anak Mirna yang cerewet minta ampun itu sih. Di tamba keduanya juga bersaudara." Guman Zhu Yiran.
Zhu Yiran menatap anaknya Zhu Zheng.
"Zheng..." Panggil Zhu Yiran.
"Ada apa ibu."
"Tantemu memintamu ke ruang ICU."
Zhu Zheng mengerutkan keningnya mendengar ucapan ibunya.
"Pergilah dulu."
"Tidak, Zhu Zheng masih mau menemani Resa."
"Pergilah dulu Zheng, walaupun hanya sebentar. Itu tidak akan merugikanmu khan? Dan jangan khawatir, Ayah akan mengurus semua hal-hal untuk kepulangan Resa." Kata Ayah Resa.
"Baiklah."
Setelah itu Zhu Zheng pun berjalan menuju ke ruangan ICU yang letaknya tidak terlalu jauh dari UGD.
Zhu Zheng mengetuk pintu ruangan ICU tempat RanRan di rawat. Suara teriakan masuk terdengar dari dalam. Zhu Zheng pun membuka pintu dan berjalan ke arah tempat tidur.
Zhu Zheng menatap RanRan dengan tampang tidak suka.
"Ibu akan tinggalkan kalian berdua sebentar di dalam. Zheng bicara baik-baik dan jangan terlalu menekannya."
"Hilangkan wajah jijikmu itu dari anak tante." ( – _ – ) Bisik Mirna sebelum meninggalkan ruangan.
Zhu Zheng menatap RanRan malas, sakin malasnya sampai membuat dirinya tidak berbicara.
Zhu Zheng hanya diam tanpa mengatakan apa-apa.
Hanya menatap dan menatap.
"Ti–tian, apa ada yang ingin kamu katakan?" Ucap RanRan dan malah di tatap aneh oleh Zhu Zheng.
Zhu Zheng memicingkan matannya ketika mendengar nama kecilnya di sebut oleh RanRan.
Zhu Zheng berpikir, siapa yang memberitahu nama panggilan kecilnya pada RanRan(?) Karena setau Zhu Zheng, tidak ada seorangpun yang mengetahui nama panggilan ini selain, Ibunya, An, Resa, Lili, dan Anita. Bahkan Ayah tirinyapun tidak mengetahuinya.
Jika di pikir, mana mungkin Lili memberitahu adiknya mengenai nama panggilannya. Tapi jika benar Lili memberitahu adiknya, maka seharusnya selama ini RanRan akan memanggil Zhu Zheng dengan Tian, dan bukan kakak Zheng. Apa lagi di lihat dari watak RanRan yang keras kepala dan tidak tahu malu.
"Kamu memanggilku apa tadi?!"
"Ti–tian." Ucap RanRan ragu-ragu.
"Ulangi."
"Tian."
"Ulangi."
"Tian..." Ucap RanRan dengan suara yang sangat pelan.
"Ulangi."
Resa, "..."
"Sudah lupakan. Istirahatlah dengan baik. Semoga cepat sembuh." Ucap Zhu Zheng dan kemudian meninggalkan RanRan sendirian di dalam ruangan.
.....
Di kantor saat makan siang, Lili selalu saja mengoceh tentang kepribadian adiknya yang berubah drastis saat sadar dari komanya selama tiga bulan.
Awalnya Zhu Zheng sangat malas mendengarnya, tapi kemudian lama kelamaan cerita itu membuat Zhu Zheng tertarik.
Zhu Zheng tertarik dengan kepribadian RanRan yang patuh dan lemah lembut.
Dan itu mengingatkan Zhu Zheng kembali pada Resa.
Benar saja kata Lili, RanRan telah berubah.
Saat bertemu di ruang tamu untuk membahas kembali RanRan yang ingin tinggal bersama Zhu Zheng, di situ Zhu Zheng melihat perbedaan dari kepribadian RanRan.
Yang pertama, RanRan tidak menggunakan Make up tebal seperti biasanya.
Kedua, RanRan lebih banyak tertunduk diam. Bahkan malu untuk menatap Zhu Zheng.
Merasa penasaran dengan kepribadian RanRan yang berubah drastis, Zhu Zheng pun mengijinkan RanRan untuk tinggal bersamanya.
Saat keduanya sampai di dalam rumah Resa yang di beli Zhu Zheng. RanRan bahkan tidak banyak bertanya dan hanya menatap isi rumah dalam diam.
"Apa yang kamu lihat, bawa kopermu dan semua barang-barangmu ke kamarmu ... Dan jangan berharap aku akan membantumu."
"Oh, ok." Kata RanRan dan kemudian menarik kopernya yang sangat berat.
Sangat patuh seperti Resa. Pikir Zhu Zheng.
Saat RanRan membawa naik semua barang-barang miliknya. Zhu Zheng sempat mendengar sekilas RanRan memarahi dan mengutuk dirinya sendiri pada saat menaiki tangga dengan tangan yang di penuhi kardus.
Zhu Zheng berpikir tidak ada seorangpun yang akan memarahi dan mengutuk dirinya sendiri.
Jantung Zhu Zheng berdetak sangat kencang pada saat melihat kamar yang di masuki RanRan. Itu adalah kamar Resa. Padahal ia sama sekali tidak memberitahu RanRan kamar mana yang akan dia tempati.
Dan itu membuat Zhu Zheng sangat gugup.
'Apa RanRan adalah Resa?' Ucap Zhu Zheng dalam hatinya.
"Tidak. Aku tidak boleh berpikir omomgkosong... Aku harus mengujinya dulu. Benar aku harus menguji RanRan terlebih dahulu."
Selama beberapa hari, Zhu Zheng mulai menguji RanRan.
Yang pertama, Zhu Zheng berkata dengan sangat yakin pada RanRan untuk membuat makanan kesukaannya. Dan RanRan pun membuatnya dengan sangat mudah, rasanya juga sama dengan buatan Resa.
Satu hal yang harus kalian semua tahu, RanRan sama sekali tidak pandai memasak, bahkan hanya sekedar menyalakan kompor atau mengupas bawang. Dan RanRan juga tidak tahu apa makanan kesukaan Zhu Zheng.
Kedua, Zhu Zheng selalu bugil di depan RanRan dan itu membuat RanRan langsung pucat ketakutan.
Jika itu RanRan yang dulu, mungkin dia akan langsung membuang dirinya sendiri di pelukan Zhu Zheng.
Ketiga, RanRan tidak lagi secentil dulu.
Empat, RanRan sangat berhati-hati dengan setiap tindakannya, dan bahkan dirinya sedikit menjaga jarak dengan Zhu Zheng.
Ke lima, cara berbicara dan logat RanRan berubah drastis. Dan sangat mirip dengan Resa.
Masih banyak lagi tindakan RanRan yang sama dengan Resa.
Namun lima hal itu saja sudah bisa meyakinkan Zhu Zheng bahwa RanRan adalah Resa.
Mungkin kedengaran sangat aneh. Tapi Zhu Zheng adalah tipe orang yang sangat mempercayai hal-hal yang berbau fantasi.
Dia juga percaya, hal-hal yang berkaitan dengan menukar tubuh.
Itu hanyalah sebua keyakinan dari seorang Zhu Zheng.
.
.
.
Bersambung ...
Selesai pengetikan pada hari–
Kamis, 02 – 06 – 2020
Pukul, 19.43 Wita.