Resa. Pria itu saat ini sedang berdiri bengong menatap isi rumah berlantai tiga milik Zhu Zheng dengan tampang bodoh.
"Apa yang kamu lihat, bawa kopermu beserta semua barang-barangmu di kamarmu... Dan jangan berpikir aku akan membantumu."
"Oh, ok."
Pria mungil itupun menarik koper dan beberapa barang miliknya termaksud boneka beruang berwarna pink menuju ke lantai dua. Pada saat menaiki setiap anak tangga, mulut Resa tidak henti-henti untuk mengomel dan mengutuk pria yang bernama RanRan ini. Bagaimana tidak, Resa harus bersusah payah membawa semua barang-barang berharga milik RanRan, mulai dari berbagai jenis boneka, perhiasan, pakaian, sepatu, aksesoris, bahkan yang lebih parahnya lagi dua kardus penuh yang hanya di isi dengan Make up. Resa sudah berusaha mengatakan pada Lili dan Ibunya, bahwa ini semua tidak perlu di bawah, cukup membawa pakaian, dan beberapa hal lainnya. Namun jawaban yang di dapat Resa dari kedua wanita cantik itu membuatnya mau tidak mau harus menerimannya dengan lapang dada.
Lili dan Ibunya mengatakan, apa maksudmu(?) Kenapa kamu akhir-akhir ini terlihat sangat aneh(?) Barang-barang ini adalah barang-barang kesayanganmu, kamu bahkan tidak mengizinkan Lili untuk menyentuh make up dan memegang semua boneka milikmu.
Jadi apa yang bisa Resa lakukan(?) dia bukan RanRan, dan seutuhnya juga bukan Resa, untuk menghilangkan kecurigaan orang lain, Resapun hanya mengikuti kedua ibu dan anak itu.
Setelah selesai memasukan semua barang bawaannya ke dalam kamar, Resapun membuang dirinya ke atas tempat tidur yang hangat dan nyaman miliknya.
"Oh tempat tidurku tercinta~" Resa mencium selimut hitam kotak-kotak itu dengan penuh cinta dan kasih sayang.
"Siapa yang menyuruhmu memasuki kamar ini?!"
Resa menghentikan aktifitas gilanya dan menatap ke arah sumber suara.
Zhu Zheng, pria tinggi itu kini sedang bersandar di bingkai pintu dengan kedua tangan terlipat di depan dada, sambil menatap Resa angkuh.
"Aamm... Bukannya tadi kamu mengatakan untuk membawa semua barang-barang miliku ke dalam kamarku?"
"Apa tadi aku mengatakan bahwa ini adalah kamarmu?"
Dengan wajah polos, Resa menggeleng kepalanya.
"Kamarmu berada di lantai satu, jadi turunkan semua barang-barang milikmu kembali ke lantai satu."
Resa, "..."
"Kenapa hanya diam, cepat turunkan."
"Aku tidak mau. Aku sudah terlanjut menyukai kamar ini."
Sebenarnya Resa baik-baik saja dan dapat menerima kenyataan pahit bahwa kamar miliknya berada di lantai satu. Akan tetapi yang Resa tidak dapat terima adalah barang-barang milik RanRan yang begitu banyak sampai membuatnya kualahan membawanya ke lantai dua, dan sekarang Zhu Zheng memintanya untuk kembali ke lantai satu.
Siapa yang mau menerimanya(!!)
"Kamu yakin mau menggunakan kamar ini?"
"Tentu saja aku yakin."
"Kamu tidak merasa takut?"
Resa mengerutkan keningnya, "Takut? Kenapa aku harus merasa takut?!"
Zhu Zheng berjalan menghampiri Resa yang saat ini masih setia duduk di atas tempat tidur tanpa ada niat sedikitpun untuk berdiri.
"Aku membeli rumah ini dari seorang ibu yang sudah kehilangan anaknya karena bunuh diri."
Resa terdiam menatap Zhu Zheng.
"Orang yang dulu tinggal di sebelah kamar ini, mati gantung diri."
Terdiam.
"Kamar yang berada tepat di depan kamar ini di tempati oleh seorang gadis cantik. Gadis itu mengakhiri hidupnya dengan membuang dirinya dari lantai dua."
Resa tertunduk diam.
"Dan kamar yang kamu ingin tempati sekarang adalah kamar milik seorang pria kesepian ... yang mengakhiri hidupnya dengan cara membuang dirinya sendiri dari atas jembatan sampai tenggelam ke dasar sungai terdalam ..... Bagaimana, apa kamu masih ingin berada di lantai dua?"
Resa menatap Zhu Zheng sendu, "Kenapa kamu membeli rumah ini?"
"Karena aku menyukainya."
Resa tertunduk kembali, "Sejak kapan kamu membelinya?"
"Apa aku harus menjawab setiap pertanyaanmu?"
"Maaf, aku hanya penasaran."
"Oh ... Hanya penasaran."
Resa kembali menatap Zhu Zheng dengan wajah serius, "Aku tetap memilih kamar ini!!"
"Terserah padamu." Setelah mengatakan itu Zhu Zheng pun berjalan keluar dari kamar. Di depan pintu Zhu Zheng menghentikan langkahnya dan kembali menatap Resa, "Jika kamu membutuhkan sesuatu, atau ada yang ingin kamu tanyakan, maka temui saja aku di lantai tiga." Zhu Zheng pun menutup pintu kamar.
Rumah yang di tempati Zhu Zheng dan Resa saat ini adalah rumah lama milik kedua orangtua Resa dahulu sebelum kejadian berdarah terjadi dan merebut semua kebahagiaan Resa bersama adik, kakak, dan kedua orangtuanya.
Saat memasuki gerbang rumah lamanya untuk pertama kali, Resa merasa hawa dingin, sepi, dan suram menyerangnya kembali, sampai tanpa sadar membuatnya gemetar kedinginan.
Rumah mewah berwarna putih coklat muda ini adalah saksi detik-detik terpuruknya mental Resa karena kehilangan orang-orang yang berharga dalam hidupnya, rumah yang telah menyaksikan detik-detik kematian adik dan kakaknya, dan rumah yang menjadi saksi bisu kehidupan Resa yang telah di tinggalkan kedua orangtuanya selama delapan tahun. Akan tetapi rumah mewah ini, tidak dapat menyaksikan kematian Resa yang sangat putus asa.
Pada saat Zhu Zheng keluar dari kamar, pikiran Resa mulai melayang kemana- mana, beberapa pertanyaan mulai bermunculan di kepalanya.
'Bagaimana bisa ibu menjual rumah ini? Apakah Ayah masuk dalam penjualan rumah ini juga? Jika Ayah dan Ibu sudah sepakat menjual rumah ini ... Berarti mereka tidak akan pernah kembali lagi di rumah ini. Ayah dan Ibu telah melupakanku ... (menangis) ... Ibu, mengapa pada saat aku mengakhiri hidupku sendiri, baru ibu mau datang padaku? (menangis)'
(info : pada saat napas terakhir Resa, dia sempat mendengar suara tangis ibunya yang terdengar di sampingnya ; terdapat di BAB 8).
Bbrraaakkk ...
Bunyi suara bantingan pintu terdengar di depan kamar resa. Bunyi yang sangat kuat itu mengagetkan Resa dari semua pikiran kacaunnya. Resa bangun dari tidurnya dan menghapus air mata di kedua pipi cantiknya.
Brraaaakkkk ...
Bunyi itu kembali terdengar lagi, namun itu terdengar di ruangan sebelah yang merupakan kamar almarhum adik Resa yang meninggal karena gantung diri.
"Tian, apa itu kamu?" Teriak Resa cukup keras dari dalam kamar.
Namun teriakannya tidak di tanggapi.
Braaakkk ...
Merasa jengkel dan tidak suka, Resa pun berjalan keluar kamar menuju kamar kakaknya, dan mencoba membukannya, namun kamar milik kakaknya terkunci rapat. Resa pun kembali berjalan ke kamar adiknya dan membuka pintu, hasilnya kamar adiknya juga terkunci rapat.
"Adiku, jangan membuka terlalu lebar pintu kamarmu."
Brraakkk ...
Resa mematung di tempat, itu suara kakaknya, dan itu terdengar tepat di belakangnya.
Dan kata-kata itu sering di ucapkan kakaknya semasi hidup dulu.
"TIIAAAAAANNN...."
Teriakan Resa yang sangat kuat itu mengagetkan Zhu Zheng yang saat ini sedang mengeringkan rambutnya menggunakan haduk. Tanpa berpikir panjang kali lebar, Zhu Zheng pun berlari dengan panik menuju ke lantai dua, dan bertabrakan dengan Resa pada saat tangga terakhir. Wajah Resa terlihat pucat dan panik bahkan tubuhnya terlihat gemetar.
"Apa yang terjadi?"
"Tian." Panggil Resa lembut, "Ayo ke atas dulu."
.....
Zhu Zheng memberi gelas berisi air mineral buat Resa, agar Resa merasa sedikit tenang.
Melihat tampilan Resa yang sudah menggulung dirinya seperti kepompong di dalam selimut, membuat Zhu Zheng hanya bisa menggelengkan kepalanya.
Zhu Zheng menarik kembali tangannya dan menaruh gelas yang sama sekali tidak di ambil Resa. Zhu Zheng menghembuskan napas dan duduk di samping Resa yang sedang gemetaran.
"Apa yang terjadi? Coba ceritakan padaku..."
"Aku melihat salah satu anak dari penghuni rumah ini ... Jadi bolehkan aku tidur di kamarmu malam ini?"
"Tidak."
"Tian..." Ucap Resa dengan wajah yang terlihat sangat putus asa.
"Kembali ke kamarmu."
"Tidak mau."
"Terserah." Zhu Zheng berjalan menuju lemari pakaian dan mengambil baju kaos hitam dan celana hitam selutut. Entah di sengajai atau tidak, dengan tidak tahu malunya Zhu Zheng membuka jubah mandinya dan menampilkan tubuhnya yang tanpa busana di depan Resa yang polos. Melihat itu, Resa pun dengan cepat memalingkan wajahnya yang sudah memerah ke arah lain.
"Sepuluh tahun yang lalu tubuhnya tidak sekekar ini." Guman Resa pelan.
"Apa yang membuatmu merasa malu melihat tubuh telanjangku? Bukanya kamu selalu tidak tahu malu melihat tubuh telanjang seorang pria?!"
Resa memalingkan kembali wajahnya ke arah Zhu Zheng yang saat ini sudah menyelesaikan acara gantiannya.
"Apa maksudmu?"
"Buka semua pakaianmu, aku ingin kamu telanjang di depanku."
Resa mengeratkan selimut kepompongnya dan berteriak, "Apa kamu sudah gila!!!"
"Bukannya kamu senang melakukan itu padaku?" Zhu Zheng berjalan ke arah tempat tidur.
"Itu dulu dan sekarang tidak!!"
"Oh yah? Kenapa aku merasa ragu dengan ucapanmu barusan?"
Zhu Zheng mengulurkan tangannya dan meraih selimut kepompong.
"Apa yang kamu lakukan! Aku tidak mau telanjang di depanmu!!"
Taasskk ... (dahi Resa di kutik/di suntil)
(kutik/suntil : saya tidak tahu apa bahasa benarnya)
Resa, "Aawww..."
"Buat makan siang untuku."
"Kamu tidak menyewa asisten dapur?"
"Tidak."
"Kenapa?"
"Berhenti bertanya, apa kamu tidak merasa lapar? Ini sudah jam makan siang."
"Tidak, aku selalu merasa kenyang."
Zhu Zheng menatap Resa lekat, "Pantas kamu sangat kurus."
(Ucapan Zhu Zheng mengarah ke arah lain)
"Apanya yang kurus, lihat lenganku, sangat gemuk." Ucap Resa sambil menunjukan lengannya pada Zhu Zheng.
Melihat tingkah Resa membuat Zhu Zheng terkekeh pelan, dan Zhu Zheng pun naik ke tempat tidur menangkap ulat kecil itu dengan rumah kepompongnya.
"Aaaaaa!!... Apa yang kamu lakukan?!" Teriak Resa panik.
"Apa ini yang namanya gemuk? Aku bahkan bisa menggendongmu yang masih menggunakan selimut tebal ini dengan satu lenganku..."
"Aku hanya bercanda dengan ucapanku barusan, tidak perlu sampai menimbangku seperti ini!"
Tidak ingin mendengar ocehan Resa lebih banyak lagi, Zhu Zheng pun langsung membawa keluar Resa yang masih dalam gendongannya menuju ke lantai satu.
"Tunggu turunkan aku, jangan menggendongku seperti ini. Ini sangat memalukan."
Masa bodoh dengan teriakan Resa, Zhu Zheng malah membawa Resa di bahunya, dan memikulnya seperti karung berasa.
"Tian turunkan aku. Aku bisa jalan sendiri!!"
"Kamu terlalu lambat."
.
.
.
Bersambung ...
Selesai pengetikan pada hari—
Minggu, 21 – 06 – 2020
Pukul, 19. 30 Wita