Sinta sadar dari perangkap pesona Iko. Ia lantas segera menjauhkan tubuhnya dari pria itu
"Ah! Ng-ng-nggak, nggak kok," jawabnya dengan gugup dan gagap seraya menyembunyikan wajahnya.
"Aku bawa obat banyak Mbak dari ruang obat. Mbak bisa diperiksa Anya nanti kalau memang sakit," lanjut Iko yang tak mengerti arti kegugupan dari Sinta.
"Ah ya, nanti," sahut Sinta tanpa menatap Iko, ia berlalu pergi tanpa pamit.
Sinta ingin segera mengalihkan perhatiannya dari Iko, agar jantungnya tak meledak. Ia gamang di pintu mobil.
'Apa ini benar? Atau aku sudah gila?'batinnya.
Sinta menggelangkan kepalanya kencang, ia membuang semu pemikiran itu, kemudian mengambil sisa-sisa wadah obat.
"Bruk!"
Karena tak fokus, ia menabrak seseorang yang baru saja sampai di belakangnya. Hingga obat yang ia bawa berceceran di tanah.
"Haduhhh," seru Sinta dengan menatap obat-obat itu. Ia bergegas memunguti satu persatu.
"Duh, ceroboh banget," keluhnya ke diri sendiri.