Tiba-tiba Anya memeluknya erat. Jefri pun tercekat, dia terdiam dalam isak tangis bahagia sang wanita pujaan yang terdengar di dalam dadanya.
"Aku seneng, ayah bisa selamat Jef," tutur Anya penuh syukur di sela isak. Ia lantas melepas pelukannya yang membuat debar tak menentu di hati Jefri, lalu menatap sang pria berahang tegas di depannya itu dengan genangan air. "Kalau bapak nggak ada, mungkin aku bisa ikut ma-"
"Sttttt! Jangan dilanjutin, nggak baik!" tegur Jefri cepat, ia langsung melepaskan diri dari ketegangan yang ditumbulkan oleh Anya, karena tak mau mendengar wanita cantik itu patah semangat.
Jefri lalu menggenggam tangan Anya-wanita yang lebih tinggi darinya-seraya menatap lekat manik mata berwarna hitam pekat milik Anya, dengan penuh kelembutan. "Jangan pernah berpikir Om Indro akan ninggalin kamu, ya?" pintanya.