"Di mana ini?" gumam Karen, nama perempuan itu, ia setengah ketakutan karena berada di tempat yang tak dikenalnya sendirian.
Ia mencoba mengingat kejadian beberapa waktu yang lalu sebelum ia sampai di sebuah pulau misterius tersebut.
Karen teringat jika dirinya dan ketiga temannya yaitu Ken, Galen dan Nana sedang berada di sebuah kapal menuju pulau untuk liburan yang ia dapatkan dari kantornya.
Sebuah pulau yang katanya masih asli dan perawan karena belum banyak yang menjamah ke sana.
Seketika ia teringat dengan teman-temannya yang tak terlihat di sekitar pulau membuatnya panik.
"Nana! Ken! Galen!!" teriaknya sekeras mungkin. Ia memanggil nama teman-temannya satu persatu berharap ada yang mendengar teriakannya.
Karen mengitari sekitar pulau namun ia tak menemukan ketiga temannya tersebut. Hingga matanya terbelalak kaget ketika ia menemukan bayangan seseorang yang terlihat tengkurap di pinggir pantai yang letaknya lumayan jauh dari ia tersadar tadi.
Perempuan mungil itu lalu berlari berharap jika seseorang itu adalah salah satu temannya.
"Galen. Apa itu kau???" tanya Karen meskipun ia tau jika seseorang yang ia tanya tersebut tak bisa mendengarnya.
Ia menghampiri tubuh itu, hingga jarak lima langkah darinya, Karen terkejut karena dia adalah bukan Galen ataupun Ken. Kemudian Karen mencoba untuk membalikkan tubuh yang pemiliknya adalah seorang laki-laki yang sangat ia kenal.
"Rafael," lirihnya.
Ia terkejut saat mendapati ternyata tubuh yang tengah pingsan tersebut adalah Rafael anggota dari duo Handsome yang sangat ia idolakan selama ini.
"Tak mungkin. Ini tak mungkin kan??" berkali-kali Karen menampar pelan kedua pipinya secara bergantian seakan apa yang sedang terjadi itu adalah mimpi.
Namun Karen sadar jika itu bukanlah mimpi. Ia lalu mendekatkan jari telunjuknya di depan hidung Rafael untuk mengecek apakah ia masih hidup. Karen bisa bernapas lega karena Rafael hanya pingsan. Terlihat dadanya naik turun karena tarikan napasnya.
Kemudian Karen berinisiatif untuk menyeret tubuh idolanya tersebut menuju ke tempat yang teduh karena siang itu matahari berada tepat di atas kepala mereka. Dengan susah payah Karen menyeretnya hingga memakan waktu setengah jam lebih. Ia membawanya ke bawah pohon yang cukup teduh.
Peluhnya bercucuran dan napasnya terdengar terengah-engah setelah selesai membawa Rafael ke tempat yang dirasanya lebih aman daripada dibibir pantai.
Ia menyandarkan kepala Rafael pada sebuah batang pohon tumbang yang ada di depannya sebagai bantal. Kemudian Karen berkeliling pulau kembali untuk mencari teman-temannya yang mungkin saja juga terdampar di sekitar sana.
Satu jam berlalu ia mengelilingi pulau asing tersebut. Namun ia tidak menemukan apapun disana. Hingga akhirnya ia menyerah dan duduk di tepi pantai.
Karen melihat laut yang ada di depannya yang nampak asing. Ia tak menyangka jika akan berakhir menjadi seperti ini. Liburannya setelah bekerja selama satu tahun … ah tidak dia seharusnya senang karen bisa bersama dengan Rafael sekarang, bukan?
Jantung Karen tiba-tiba berdegup kencang. Ia merasa jika ada seseorang yang sedang mengawasinya dari belakang. Ia tak berani menoleh namun kakinya juga tak bisa ia gerakkan untuk kabur dari tempat itu. Digenggamnya pasir di tangan kanannya, ia sudah siapkan sebagai senjata untuk melempar pasir tersebut ke wajah mahkluk yang sedang berjalan menuju ke arahnya.
"AAARGGGGH" Karen memejamkan matanya namun tangannya terus melemparkan pasir ke arah mahkluk tersebut.
"Karen!!! Ini aku?!!!" Karen membuka matanya sebelah, ia sangat hafal dengan suara berat tersebut.
"Ken?!!!!" seru Karen dia menghambur ke arah laki laki tersebut seraya menangis.
Ia sudah hampir menyerah karena tidak bisa menemukan teman-temannya yang menghilang. Namun kehadiran Ken membuatnya bisa sedikit tenang.
"Galen dan Nana ke mana??" tanya Ken pada Karen.
"Aku juga tidak tau mereka ada di mana. Kita berempat padahal berada di satu perahu. Tapi kenapa bisa terpencar seperti ini sih?!" Karen masih menangis, Ken menepuk pelan pundak temannya tersebut untuk menenangkannya.
"Nanti kita cari bersama. Pasti mereka masih berada di satu pulau dengan kita." tutur Ken, ada beberapa luka di kening dan tangannya.
"Kamu... Kenapa bisa dari dalam sana?!" tanya Karen.
"Aku juga tidak tau. Saat sadar aku sudah berada di antara pohon-pohon."
Ucapan Ken membuatnya teringat dengan Rafael yang ia tinggalkan beberapa waktu yang lalu. Ia raih tangan Ken lalu membawanya ke tempat Rafael yang mungkin belum sadarkan diri.
"Ada apa?? Apa kau menemukan sesuatu?" tanya Ken penasaran, ia hanya pasrah mengikuti langkah Karen yang begitu terburu-buru.
"Kamu tak akan percaya jika belum melihatnya langsung."
Ken mengerutkan keningnya. Ia semakin penasaran dengan ucapan Karen. Ken melihat wajah Karen begitu cerah saat mengatakan hal tersebut padanya.
"Lihat, siapa yang aku tolong." Karen dan Ken sudah berada di depan Rafael yang masih pingsan.
"Rafael??!!" Ken terkejut dengan apa yang dilihatnya namun sedetik kemudian pandangannya berubah menjadi tidak suka.
Ken sangat membenci Rafael namun ia membencinya bukan tanpa alasan.
Salah satu penyebab mengapa ia membenci Rafael adalah karena Karen begitu sangat menyukainya bahkan sangat terobsesi padanya. Ken yang memiliki perasaan yang tulus pada Karen pun harus menerima kenyataan jika perasaannya tidak pernah dianggap olehnya.
"Aku menemukannya di pinggir pantai. Lalu aku membawanya ke sini." ucap Karen, Ken hanya mengangguk lalu memalingkan pandangannya.
"Kalau ia sadar jangan perlihatkan rasa sukamu yang berlebihan itu padanya."
"Kenapa???"
"Tapi terserah. Aku tak peduli sih."
Rafael menggerakan jari-jarinya, Karen langsung menoleh ke wajah pria yang memiliki senyum manis tersebut.
"Kau.. Tak apa-apa kan??" tanya Karen dengan sangat hati-hati, ia tak ingin membuat Rafael terkejut.
Rafael memegangi dadanya, wajahnya menampakkan kesakitan semenjak ia tersadar. Karen mencoba membantu menegakkan punggung Rafael agar bisa bersandar di pohon yang berada dibelakangnya. Namun Ken dengan cepat menepis tangan Karen.
"Biar aku saja. Kau duduk saja di sana." usir Ken, Rafael hanya bisa mengamati wajah Karen yang berubah menjadi murung.
Ken hanya tak ingin jika Karen terlalu dekat Rafael waktu itu. Rasa cemburunya pun semakin menjadi saat Karen hanya memperhatikan Rafael.
"Kita sedang berada di mana sekarang?" tanya Rafael, ia belum menyadari jika perempuan yang ada di depannya adalah fans beratnya.
"Kita sedang ada di pUlau. Tapi aku juga tak tau pulau apa ini." jawab Karen, pandangannya tak bisa lepas dari Rafael. Ia tidak menyangka jika akan tersesat di pulau yang benar benar perawan!
"Kau tak ingat apa yang sedang terjadi sebelum kejadian ini?" tanya Karen kemudian.
Rafael nampak berpikir sejenak. Hingga selang beberapa waktu ia belum bisa mengingat apa-apa.
"Aku hanya ingat jika aku dan Liam sedang ada perjalanan pribadi menggunakan helikopter. Waktu itu hanya ada aku Liam manajerku dan pilot. Setelah itu aku tak mengingat apa-apa lagi."
"Kau bersama Liam?!" Karen nampak terkejut karena Liam juga pasti ikut dalam kecelakaan tersebut.
Rafael mengangguk pelan, ia merasakan kepalanya sakit. Karen yang melihatnya memeriksanya namun ia meminta ijin pada Rafael terlebih dahulu.
"Maaf, tapi bolehkah aku memeriksa kepalamu sebentar. Sepertinya terkena benturan keras." Karen meminta ijin pada Rafael lalu di setujui olehnya.
Karen melihat darah yang sudah kering pada kepala Rafael. Ia berpikir mungkin saja Rafael terbentur oleh sesuatu sebelum pada akhirnya terdampar di pulau dengannya.
"Aku harus mencari Liam." Rafael mencoba berdiri dengan sisa tenaga yang ada namun Karen menahannya karena melihat kondisinya yang tidak memungkinkan untuk berjalan pada malam hari.
"Besok saja. Aku besok juga harus mencari teman-temanku. Lagipula hari sudah gelap kita tak bisa mencarinya tanpa bantuan cahaya. Akan percuma apalagi kita belum mengetahui binatang apa saja yang ada di sini."
Rafael terdiam lalu menuruti pendapat Karen yang masuk akal. Lalu ia menoleh ke arah Ken yang sejak tadi memberikan tatapan benci kepadanya.
"Aku akan pergi." ucap Ken ia berdiri lalu pergi tanpa melihat Karen.
"Ke mana?"
"Mencari Nana dan Galen."
"Tapi ini sudah malam." ucap Karen mencoba mencegah Ken.
Ia menarik lengan Ken agar dia tidak pergi malam itu, namun Ken menepis tangan Karen dengan kasar.
"Sejak kapan kamu peduli padaku?" Ken menatap Karen sekilas kemudian melangkah pergi.
"Ken!!!!!!" teriak Karen, namun Ken mengabaikannya hingga ia berjalan semakin jauh dan bayangannya mulai menghilang.
— 次の章はもうすぐ掲載する — レビューを書く